Thursday, 30 June 2016

Barzah, Dunia dan Maya

Lekas tersenyum bagi raga yang telah lama pergi meninggalkan sanak di dunia.
Tiada bertemu sewaktu harus berada disananya sebuah dunia.

Dunia lama membebaskan manusia tersenyum ikhlas tanpa prasangka.
Dunia sekarang membebaskan manusia tersenyum ikhlas subyektif dengan prasangka.

Keluasan memaknai sebuah arti membuat manusia lebih berharga dengan mudahnya menjalin persaudaraan.
Kesempitan memaknai sebuah arti membuat manusia harus mencari pembenaran untuk menjalin persaudaraan.

Jiwa-jiwa yang telah tenang, memetik sebuah madu yang diusahakannya.
Sementara jiwa-jiwa yang masih goyah masih saja belum mampu membaca keadaan yang akan segera ditemuinya.

Sibuk keadaan melihat peradaban dhohir manusia, silaunya dunia serta kesamaan atas pembenaran. Pohon cinta manusia telah ikut ditebang tergerus bersama prasangka yang begitu amat mendalam.

Ambilah kembali sifat cinta meski itu terasa berat lalu kemudian berikanlah kepada siapapun, meskipun anjing yang sangat kelaparan.

Mungkin itu menjadikan kebaikan mengalahkan dari segala sesuatunya yang diusahakan lalu memudar karena tingkah polah yang kaprah.

Tunduk, takluk, betapa sungguh manusia tak mempunyai daya serta upaya. Lalu seakan lupa pernah mengatakan bahwa kebaikan hanya dari Tuhan Nya serta kesalahan dari tabiat manusia.

Manusia hanya khalifah yang berproses sepatutnya mengakui atas kesalahan dan kepasrahan kebenaran hanya Dia yang memperhitungkan.

Maha Pencipta membuat bumi serta isinya hanya untuk manusia lalu cermin sebagai refleksi sudah pantaskah kita kembali. Cermin yang bertasbih tiap hari kita jumpai seakan berbalik tanya...sudah siapkah...sudah siapkah...sudah siapkah....

Bahwa kejutan itu datangnya tak kan terduga.

No comments:

Post a Comment