Ku biarkan kau datang langkahmu tertatih-tatih membawa asa mu
untuk hidup. Sayup mata bergaris dengan kulit memucat keringat dingin saat
berjabat tangan. Segelas air putih aku berikan saat itu, keringatmu bercucuran,
mengucur tiada derasnya. Kain yang aku beli dari pasar kemarin, kemudian aku
ambil dalam lemari jati ku dalam sebuah kotak pusaka warisan nenek moyangku. Aku
basuh dikedua pelipismu hingga kamu tertidur pulas di kursi panjang sebagai
tamu istimewa. Siang menjelang malam, masih pulas mendengkur hingga aku biarkan
semuanya terjadi.
Tetangga datang lalu berkata, “Siapakah dia yang tidur di kursi
itu?”
“Dia adalah adik iparku
yang datang dari luar kota”
Mendengar hal itu maka tetanggaku melaporkan kepada pak RT,
kemudian beliau datang
“Hey ...sudah izinkah kamu atas dia yang bertamu hingga larut
malam?”
Aku pun menjawab, “Belum izin pak...Aku masih belum tega
dengannya yang masih terus tertidur”.
“Jika itu alasanmu, biarkan aku yang akan menariknya kerah
bajunya agar kancing baju paling atas lepas tiada terkira” luapan Pak RT dengan
mata membelalak.
“Jangan begitu pak...dia adik ipar saya...saya mohon biar esok
kami datang ke rumah Pak RT”.
Malam yang tak seperti biasanya dingin menerpa dalam pori-pori
dinding rumah. Selimut hanya satu yang sengaja aku berikan kepada anakku.
Biarlah dia masih bercerita sembari aku menunggu dia tertidur. Kunyanyikan
sajak kehidupan agar kelak dia lekas tidur lupa akan waktunya. Tanganku
mengisyaratkan dengan arah terdekat matanya, kemudian dia tidak bergeming ataupun
berontak. Selimut perlahan aku buka dari bagian yang menutup kedua kakinya. Aku
harus tega, aku harus tega, dan aku harus tega.
Tubuhmu menggigil kedinginan aku percaya karena kamu baru
merasakan udara malam. Selimut aku bentangkan menutup tubuhmu dan kamu masih
tetap tertidur pulas. Tengah malam aku baru merasakan nikmatnya hidup, aku
masih percaya Tuhan masih sayang kepada hamba-Ny
***
Fajar menyingsing dari depan rumah, meja dengan sarapan nasi
bungkus lengkap teh panas telah tersaji. Aku bahagia melihat kamu makan dengan
lahapnya satu bungkus bagianku turut aku berikan secara cuma-Cuma untukmu. Aku
biarkan kamu pergi membawa guci yang kamu bawa untuk dijual ke pasar.
Aku tersenyum dalam langkahnya denga doa bahwasanya lebih bisa
menghasilkan sebagaimana tujuan yang ia sampaikan. Ritme nafas aku hela
mendalam sedikit lega atas beban yang mendera. Anak dan istri masih bisa
menerima keadaan yang sangat bertolak belakang dengan keinginannya.
Magrib telah menjelang, tubuhku masih terguyur air dibelakang
rumah. Ketukan pintu yang tak seperti biasanya, keras dan semakin kencang,
terasa sudah bukan manusia yang mempunyai adat kebiasaan. Istri pun membuka
pintu depan kemudian terlihat tubuh manusia dekil karena asap solar mewarnai
kulit putihnya. Aku pun kembali mengizinkanmu masuk rumah, dari gelagatmu malam
ini masih sama dengan hari kemarin. Hari in, hari kedua kamu menginap di
rumahku yang terus berlanjut pada titik jenuh aku menyewakan kamar kos
kepunyaan juragan singkong khusus untuk tempat kembali beristirahat kepadamu.
Pada suatu masanya kejayaan menimpamu. Angkuh mengungguli
manusia bahkan atas nama Tuhan engkau sebut
demi kepentingan kepopuleran untuk dilihat kiprahmu bagi masyarakat dan sampai
sekarang aku belum percaya atas ketulusanmu.
Senyum manis mengetuk pintu
Hati dan tangan terbuka dipersilakan
Berbincang kesana kemari hingga capek berbusa
Lelah menghantar ucapannya dari duduk diruang tamu kemudian berjalan
Arah mulai ke belakang dengan dibawanya ideologi seorang tamu
Salah satu keluarga mulai geram atas pemutarbalikan atas ideologi yg dibawanya
Tamu pun kembali berulah masuk ke kamar pemilik rumah sedikit demi sedikit
Mengusik sesuatu yang pribadi dan bukan kewenangannya
Kurang ajar...
Hati dan tangan terbuka dipersilakan
Berbincang kesana kemari hingga capek berbusa
Lelah menghantar ucapannya dari duduk diruang tamu kemudian berjalan
Arah mulai ke belakang dengan dibawanya ideologi seorang tamu
Salah satu keluarga mulai geram atas pemutarbalikan atas ideologi yg dibawanya
Tamu pun kembali berulah masuk ke kamar pemilik rumah sedikit demi sedikit
Mengusik sesuatu yang pribadi dan bukan kewenangannya
Kurang ajar...
No comments:
Post a Comment