Bunyi
notifikasi Blackberry Massanger telah mengingatkan dari siang hari, sebuah
acara pertemuan dengan sedulur-sedulur maiyahan Suluk Pesisiran. Bertempat di Jalan
Teratai Pekalongan tepatnya di Ayam
Bakar Surabaya menjadi tempat berbagi cerita sekaligus menunggu untuk berbuka
puasa. Tidak hanya dari kalangan masyarakat maiyahan suasana parkiran berjajar
sepeda motor kebanyakan mereka dari kalangan kawula muda bersama teman
sebayanya dengan sabar menunggu pesanan menu makanan.
Salah
satu dari penggiat maiyahan Mas Idris Ar Rumi mengajak agar segera memasuki
ruang makan. Sebuah warung makan penjaja
makanan Ayam Bakar khas Surabaya yang mempunyai 2 lantai pada bagian pertama digunakan
sebagagai dapur dan beberapa bagian tampak berjejer meja makan. Sedangkan Mas
Idris memilih lantai 2 dengan menaiki tangga menyisiri dapur bagian belakang.
Senyum
ramah perempuan berjilbab hijau selalu menghias kepada pengunjung disetiap
berpapasan sembari membawa baki, hilir mudik memasuki ruangan lesehan begitu
banyaknya pesanan yang harus diantarkannya. Tak kalah sibuknya laki-laki
tangguh tanpa buku catatan pun merupakan teman sejawat perempuan itu, terus
mengingat setiap pesanan pelanggannya yang masing kurang jumlahnya. Ternyata tangga
berbentuk “L” ini, sudah menjadi lalu lintas kesibukan menjelang berbuka puasa.
Goresan
penat pikiran mereka seakan tak pernah pedulikan asalkan semua pengunjung bisa
nyaman dengan keadaan beserta sajian yang mereka persembahkan. Gaun panjang
perempuan yang tidak menyerupai laki-laki telah tampak berseragam membentuk
karakter kesabaran dalam langkahnya. Tidak memperdulikan kepraktisannya, namun
kesesuian gender bahwa dia hakikatnya sebagai perempuan sebaimana mestinya,
sungguh pemandangan yang langka.
Obrolan
diantara mereka disela penantian adzan maghrib seakan membasuh rasa kerinduan
atas kebersamaan (maiyah) menghantarkan keriangan menyambut kedatangan adzan.
Mas Asep sebagai pemimpin doa berbuka puasa dengan suara sendu harapan agar
puasa hari ini bisa diterima oleh Allah SWT. Bahagia atas rasa syukur bisa
dipertemukan kembali dalam keadaan yang sama atas kepentingan bersama membalut
rasa kedekatan jiwa menjadi mutiara-mutiara pemikiran sebagai penggiat maiyah
di Pekalongan.
Kesibukan
lain terlihat oleh Mas Uib Budin yang rela tidak menyantap menu buka puasa terlebih
dahulu melainkan ia memastikan jumlah pesanan untuk pengunjung yang datang.
Lembaran kertas yang selalu dibawanya berisikan daftar hadir terkadang ia
memanggil pramusajinya membereskan beberapa kekurangan menu yang belum
terpenuhi.
Unsur
pendidikan melayani pada diri manusia sangat perlu, bahkan yang dicipkan oleh
manusia sepatutnya sebagai pelayannya. Semisal pengingat pesan (reminder alert) atau notifikasi pada
perangkat smart phone, sangat
membantu manusia untuk mengingatkan jadwal kegiatannya. Pramusaji yang menerima
pengunjung dengan berbagai karakter, berbagai jenis makanan atau pastinya
segudang macam komplainan mereka terus merasakan setiap harinya. Penggiat
maiyah yang memeras segenap pemikirannya agar spirit pelaksanaan agenda bulanan
dapat dilaksanakan. Bahkan orang tua yang terus melayani anaknya semenjak lahir
hingga sekarang.
No comments:
Post a Comment