Dalam tata bahasa Jawa istilah jatuh disebut "dhawah
ataupun tibo". Dua istilah tersebut penggunaannya
berbeda"dhawah" termasuk krama halus, apabila usia orang yg jatuh
lebih tua dari orang yg bicara (memberitakan) dan bisa juga untuk mengajarkan
tata cara.
Sedangkan istilah "tibo" termasuk krama ngoko, apabila
usia orang yg jatuh lebih muda dari orang yg bicara (memberitakan) dan bisa
juga digunakan untuk benda.
Namun, istilah jatuh juga
mempunyai aneka istilah menurut cara kejadiannya. Diantaranya yaitu :
1. KEPLARAK= jatuh yg berhubungan
dg permukaan licin, yg didahului adegan kaki tergelincir.
2. KEPENGKOK = jatuh dimulai dg
posisi pantat lebih dahulu mengenai permukaan baik licin mapun kasar.
3. NJEDHAG = jatuh dg posisi
pundak atapun tulang punggung lebih dahulu.
4. NJLUNGUP = jatuh dg posisi
terbelit benda kemudian posisi kepala lebih dahulu.
5. KONTAL = jatuh yg disebabkan
kalah karna bertabrakan dan terlempar jauh.
6. MLESTREK = jatuh yg disebabkan
karena pengulangan hingga tidak bisa dikendalikan.
7. NGGLOSOR = jatuh dg posisi
tengkurap hampir seluruh badan mengenai permukaan dg tergelincir.
8. NGGLEDAK = jatuh dg posisi
telentang hampir seluruh badan mengenai permukaan tanpa didahuli dg
tergelincir.
9. KRUNGKEP = KUNGSEP = GONGSHEB
= jatuh tengkurap tapi posisi kepala lebih dahulu tersungkur ke permukaan.
Apabila ada istilah jatuh cinta
bukan berarti bisa digabungkan antara kata jatuh dg cinta (tresno) misalkan
keplarak tresno, apalagi mlestrek tresno dsb.
Bahasa Jawa memang istimewa.
No comments:
Post a Comment