Sunday, 26 June 2016

Istilah Jatuh

Dalam tata bahasa Jawa istilah jatuh disebut "dhawah ataupun tibo". Dua istilah tersebut penggunaannya berbeda"dhawah" termasuk krama halus, apabila usia orang yg jatuh lebih tua dari orang yg bicara (memberitakan) dan bisa juga untuk mengajarkan tata cara.
Sedangkan istilah "tibo" termasuk krama ngoko, apabila usia orang yg jatuh lebih muda dari orang yg bicara (memberitakan) dan bisa juga digunakan untuk benda.
Namun, istilah jatuh juga mempunyai aneka istilah menurut cara kejadiannya. Diantaranya yaitu :
1. KEPLARAK= jatuh yg berhubungan dg permukaan licin, yg didahului adegan kaki tergelincir.
2. KEPENGKOK = jatuh dimulai dg posisi pantat lebih dahulu mengenai permukaan baik licin mapun kasar.
3. NJEDHAG = jatuh dg posisi pundak atapun tulang punggung lebih dahulu.
4. NJLUNGUP = jatuh dg posisi terbelit benda kemudian posisi kepala lebih dahulu.
5. KONTAL = jatuh yg disebabkan kalah karna bertabrakan dan terlempar jauh.
6. MLESTREK = jatuh yg disebabkan karena pengulangan hingga tidak bisa dikendalikan.
7. NGGLOSOR = jatuh dg posisi tengkurap hampir seluruh badan mengenai permukaan dg tergelincir.
8. NGGLEDAK = jatuh dg posisi telentang hampir seluruh badan mengenai permukaan tanpa didahuli dg tergelincir.
9. KRUNGKEP = KUNGSEP = GONGSHEB = jatuh tengkurap tapi posisi kepala lebih dahulu tersungkur ke permukaan.
Apabila ada istilah jatuh cinta bukan berarti bisa digabungkan antara kata jatuh dg cinta (tresno) misalkan keplarak tresno, apalagi mlestrek tresno dsb.
Bahasa Jawa memang istimewa.

No comments:

Post a Comment