Tuesday, 21 June 2016

Bersepeda, Semoga Nabi ku Suka

Bersepeda mempunyai makna filosofi kehidupan yang mendalam. Aktifitas bersepeda secara fisik menggerakkan seluruh anggota badan termasuk juga konsentrasi pikiran. Tidak diragukan lagi secara kesehatan bahwa bersepeda mempunyai manfaat apabila sesuai dengan tujuan, keadaan tubuh dan waktu bersepeda. Adapun tujuan bersepeda diantaranya sebagai alat transportasi baik bekerja ataupun aktifitas, olah raga ataupun sebagai budaya kehidupan.

Filosofi bersepeda dapat mengajarkan kebaikan diantaranya rendah hati, kesederhanaan, tenggang rasa dan kebersamaan. Seseorang bersepeda akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan orang yang ditemuinya dijalan. Kayuhan sepeda tidak secepat alat transportasi lainnya yang menggunakan mesin sehingga didalamnya ada usur santai bisa bertegur sapa bahkan bisa berhenti mendadak disaat orang lain memanggilnya. Karakter tersebut dapat dijumpai pada masa dahulu sebelum merebaknya alat transportasi mesin seperti sekarang.

Melakukan kebaikan memang bergantung setiap individu manusia sendiri. Alangkah baiknya apabila tiap kegiatan manusia selalu dihubungkan dengan pemberi tauladan kebaikan yaitu seorang Nabi. Pada umumnya seseorang enggan untuk mempelajari figur seorang tauladan mengenai kebaikannya, kedermawaan, kesopanan, kesabaran dan sifat lainnya sebagai rujukan dasar dalam bertindak. Kegiatan olahraga pada zaman Nabi menurut para ahli yang mempelajari beberapa literatur hadist sangat erat kaitannya dengan keadaan di zamannya misalkan memanah, berkuda, anggar dan berenang. Tidak jarang kalangan tertentu menyebutnya  olah raga tersebut sunnah karena dijalankan langsung oleh Nabi. Barang siapa menghidup-hidupkan sunnah-ku (kata Nabi) tidak lain balasannya adalah syurga. Sangat bahagianya bagi orang bisa mengamalkan olah raga yang dicontohkan Baginda Nabi atas dasar kecintaan kepadanya.

Manusia hanya bisa terus berharap atas semua yang telah dikerjaan. Sebagai hamba yang masih banyak kesalahan terkadang masih jauh dari harapan menjadi orang baik, seperti dicontohkan oleh Nabi nya. Begitu pun dengan cara hambanya melatih kebugaran tubuh dengan bersepeda, dalam hati masih terbesit belum bisa sepenuhnya mengikuti jejaknya. Maka hanya nilai-nilai moral bersepeda harus digali agar kebaikan senantiasa bisa dilakukan dan berharap kelak Nabi juga menyukainya.

Berkuda salah satu olah raga pacuan yang sering dilakukan Baginda Nabi. Konon tatkala beliau bertempur, kuda sering dijadikan tunggangannya. Semoga hal ini menjadi harapan kecil bagi hamba untuk belajar lebih baik kepada beliau, paling tidak bersepeda mempunyai persamaan yaitu olah raga pacuan atau balapan. Satu persatu harus mempelajari hal-hal yang dilakukan beliau sebelum berkuda, diantaranya yaitu sholat safar yang sering disebut juga sholat ketika akan berpergian. Baginda Nabi mempunyai sifat penyayang kepada ciptaan Allah SWT bahkan ketika akan berpergian beliau selalu mengecek kembali kesehatan kudanya agar bisa berpacu dalam perjalanan.

Paparan singkat mengenai kegemaran beliau dapat dianalogikan dalam bersepeda, yaitu melakukan sholat safar sebelum perjalanan hingga mengecek kembali keadaan sepeda sebelum berangkat. Selanjutnya memulai dengan niat berjihad disaat sepeda digunakan untuk bekerja menjemput rezeki atau pun berniat untuk silaturahmi kepada teman ketika bersepeda bertujuan untuk olah raga. Hamba yang paling bodoh ini hanya bisa berniat dengan ketulusan hati untuk bisa melakukan kebaikan di atas dua roda sepeda dengan upaya agar semua yang dilakukan mendapatkan Ridho dari Allah SWT.

Tujuan Baginda Nabi berkuda seringnya sebagai sarana menuju kebaikan berjihad dijalan Allah SWT. Bersepeda apabila dimaknai sebagai sarana berjihad termasuk dalam konteks bekerja memberi nafkah kepada istrinya Menurut para ulama seseorang yang gugur disaat bekerja termasuk orang yang berjihad dijalan Allah SWT. Secara esensi bahwa bersepeda pun hampir mirip dengan berkuda, apabila sama sama diikuti niat ketulusan.

Melakukan kebaikan dan senantiasa ingat kepada Allah SWT disaat bersepeda adalah ibadah. Komunitaas terbentuk dari kesamaan hobi melahirkan kemesraan diantara mereka. Satu kayuhan pedal mempunyai makna setiap pesepeda (goweser) mempunyai tujuan yang sama olah raga, sosial dan bahagia. Selain berolah raga bersepeda mengajarkan bersahabat, meredam ego pribadi, melatih kesabaran, merekatkan persaudaraan meskipun tidak pernah bertemu sebelumnya  dan hampir mirip ajang bersilaturahmi antar sesama. Selain itu, bersepeda apabila diperjalanan tidak henti-hentinya bersholawat kepada Nabi dan selalu mengingat Allah SWT atas hasil ciptaan-Nya, maka semuanya akan bernilai ibadah.

Hamba tidak berani menganggap bahwa bersepeda adalah sunnah karena tidak ada dasar apapun yang membuktikannya. Secara akal pun teknologi bersepeda juga belum secanggih zaman industri seperti sekarang. Geografis daerah timur tengah kurang mendukung untuk olah raga yang mengandalkan tenaga kayuhan diatas putaran pedal.

Hamba hanya bisa meniru kebaikan dari tingkah laku beliau dan semuanya perlu proses yang sangat panjang. Masih jauh dari suri tauladan sebenarmya bahkan menyebut ahli meniru sifat Nabi sepertinya juga tidaklah pantas.  Bahwasanya Nabi adalah manusia pilihan Allah SWT sebagai dijadikan figur panutan manusia diseluruh alam. Berharap disetiap langkah agar kelak Nabi bisa tersenyum bangga melihat umatnya saling bertegur sapa, berkawan baik, selalu menebar kebaikan, menjaga kerukunan, tawadhu dalam berbicara, menerima nikmat dengan rasa syukur dan hanya itu yang dapat hamba lakukan sebagai umatnya.


2 comments:

  1. setuju..jadi makin bersemangat nih. sepedaannya

    ReplyDelete
  2. hehe...iya mas itu tadabbur saya seperti itu semoga bisa mengambil esensi dari silaturahmi melalui gowes

    ReplyDelete