Bersepeda
mempunyai makna filosofi kehidupan yang mendalam. Aktifitas bersepeda secara
fisik menggerakkan seluruh anggota badan termasuk juga konsentrasi pikiran.
Tidak diragukan lagi secara kesehatan bahwa bersepeda mempunyai manfaat apabila
sesuai dengan tujuan, keadaan tubuh dan waktu bersepeda. Adapun tujuan
bersepeda diantaranya sebagai alat transportasi baik bekerja ataupun aktifitas,
olah raga ataupun sebagai budaya kehidupan.
Filosofi
bersepeda dapat mengajarkan kebaikan diantaranya rendah hati,
kesederhanaan, tenggang rasa dan kebersamaan. Seseorang bersepeda akan lebih
mudah untuk berkomunikasi dengan orang yang ditemuinya dijalan. Kayuhan sepeda
tidak secepat alat transportasi lainnya yang menggunakan mesin sehingga
didalamnya ada usur santai bisa bertegur sapa bahkan bisa berhenti mendadak
disaat orang lain memanggilnya. Karakter tersebut dapat dijumpai pada masa
dahulu sebelum merebaknya alat transportasi mesin seperti sekarang.
Melakukan
kebaikan memang bergantung setiap individu manusia sendiri. Alangkah baiknya
apabila tiap kegiatan manusia selalu dihubungkan dengan pemberi tauladan
kebaikan yaitu seorang Nabi. Pada umumnya seseorang enggan untuk mempelajari
figur seorang tauladan mengenai kebaikannya, kedermawaan, kesopanan, kesabaran
dan sifat lainnya sebagai rujukan dasar dalam bertindak. Kegiatan olahraga pada
zaman Nabi menurut para ahli yang mempelajari beberapa literatur hadist sangat
erat kaitannya dengan keadaan di zamannya misalkan memanah, berkuda, anggar dan
berenang. Tidak jarang kalangan tertentu menyebutnya olah raga tersebut sunnah karena dijalankan
langsung oleh Nabi. Barang siapa menghidup-hidupkan sunnah-ku (kata Nabi) tidak
lain balasannya adalah syurga. Sangat bahagianya bagi orang bisa mengamalkan
olah raga yang dicontohkan Baginda Nabi atas dasar kecintaan kepadanya.
Manusia
hanya bisa terus berharap atas semua yang telah dikerjaan. Sebagai hamba yang
masih banyak kesalahan terkadang masih jauh dari harapan menjadi orang baik, seperti
dicontohkan oleh Nabi nya. Begitu pun dengan cara hambanya melatih kebugaran
tubuh dengan bersepeda, dalam hati masih terbesit belum bisa sepenuhnya mengikuti
jejaknya. Maka hanya nilai-nilai moral bersepeda harus digali agar kebaikan
senantiasa bisa dilakukan dan berharap kelak Nabi juga menyukainya.
Berkuda
salah satu olah raga pacuan yang sering dilakukan Baginda Nabi. Konon tatkala
beliau bertempur, kuda sering dijadikan tunggangannya. Semoga hal ini menjadi
harapan kecil bagi hamba untuk belajar lebih baik kepada beliau, paling tidak
bersepeda mempunyai persamaan yaitu olah raga pacuan atau balapan. Satu persatu
harus mempelajari hal-hal yang dilakukan beliau sebelum berkuda, diantaranya
yaitu sholat safar yang sering disebut juga sholat ketika akan berpergian.
Baginda Nabi mempunyai sifat penyayang kepada ciptaan Allah SWT bahkan ketika
akan berpergian beliau selalu mengecek kembali kesehatan kudanya agar bisa
berpacu dalam perjalanan.
Paparan
singkat mengenai kegemaran beliau dapat dianalogikan dalam bersepeda, yaitu
melakukan sholat safar sebelum perjalanan hingga mengecek kembali keadaan
sepeda sebelum berangkat. Selanjutnya memulai dengan niat berjihad disaat
sepeda digunakan untuk bekerja menjemput rezeki atau pun berniat untuk
silaturahmi kepada teman ketika bersepeda bertujuan untuk olah raga. Hamba yang
paling bodoh ini hanya bisa berniat dengan ketulusan hati untuk bisa melakukan
kebaikan di atas dua roda sepeda dengan upaya agar semua yang dilakukan
mendapatkan Ridho dari Allah SWT.
Tujuan
Baginda Nabi berkuda seringnya sebagai sarana menuju kebaikan berjihad dijalan
Allah SWT. Bersepeda apabila dimaknai sebagai sarana berjihad termasuk dalam
konteks bekerja memberi nafkah kepada istrinya Menurut para ulama seseorang
yang gugur disaat bekerja termasuk orang yang berjihad dijalan Allah SWT. Secara
esensi bahwa bersepeda pun hampir mirip dengan berkuda, apabila sama sama
diikuti niat ketulusan.
Melakukan
kebaikan dan senantiasa ingat kepada Allah SWT disaat bersepeda adalah ibadah.
Komunitaas terbentuk dari kesamaan hobi melahirkan kemesraan diantara mereka.
Satu kayuhan pedal mempunyai makna setiap pesepeda (goweser) mempunyai tujuan
yang sama olah raga, sosial dan bahagia. Selain berolah raga bersepeda mengajarkan
bersahabat, meredam ego pribadi, melatih kesabaran, merekatkan persaudaraan
meskipun tidak pernah bertemu sebelumnya dan hampir mirip ajang bersilaturahmi
antar sesama. Selain itu, bersepeda apabila diperjalanan tidak henti-hentinya bersholawat
kepada Nabi dan selalu mengingat Allah SWT atas hasil ciptaan-Nya, maka
semuanya akan bernilai ibadah.
Hamba
tidak berani menganggap bahwa bersepeda adalah sunnah karena tidak ada dasar
apapun yang membuktikannya. Secara akal pun teknologi bersepeda juga belum
secanggih zaman industri seperti sekarang. Geografis daerah timur tengah kurang
mendukung untuk olah raga yang mengandalkan tenaga kayuhan diatas putaran
pedal.
Hamba
hanya bisa meniru kebaikan dari tingkah laku beliau dan semuanya perlu proses
yang sangat panjang. Masih jauh dari suri tauladan sebenarmya bahkan menyebut
ahli meniru sifat Nabi sepertinya juga tidaklah pantas. Bahwasanya Nabi adalah manusia pilihan Allah SWT
sebagai dijadikan figur panutan manusia diseluruh alam. Berharap disetiap
langkah agar kelak Nabi bisa tersenyum bangga melihat umatnya saling bertegur
sapa, berkawan baik, selalu menebar kebaikan, menjaga kerukunan, tawadhu dalam
berbicara, menerima nikmat dengan rasa syukur dan hanya itu yang dapat hamba
lakukan sebagai umatnya.
setuju..jadi makin bersemangat nih. sepedaannya
ReplyDeletehehe...iya mas itu tadabbur saya seperti itu semoga bisa mengambil esensi dari silaturahmi melalui gowes
ReplyDelete