Wednesday, 15 June 2016

Pecangakan, 14 Juni 2016

Di parkiran tempat kerja aku sengaja menempatkan motor agak ke belakang, siang menjelang sore hari itu aku pulang agak lambat. Kunci kontak sudah aku posisikan on, diseberang lorong parkiran temenku Erik duduk dipinggir taman, sepertinya dia menunggu sesuatu untuk pergi berombongan. Tanpa berpikir lama aku langsung bertanya,

“Sedang nunggu siapa rik?” tanyaku
“Nih sedang nunggu Royan mau takziah”
“Emang yang meninggal siapa rik?’
“Ibunya mukti kron semalem meninggal di ICU lha sekarang mau takziah kesana”
“Oh aku ikut sekalian ya!”
“Ya silakan kalo mau ikut”

Aku berpamitan jalan dulu, jarum indikator bensin sudah menunjukkan di E artinya harus cepet menuju pom bensin. Layaknya dikejar setoran aku melaju ke pompa bensin yang jaraknya 200 meter dari tempat kerja. Antrian disana tidak seperti biasanya nunggu giliran 1 motor tiba giliranku motor astrea grand diisi beberapa liter bensin.

Rombongan motor tiba menghampiri kemudian bersama-sama menuju ke Comal. Jalan Pantura terkenal dengan keramaian akses penggunanya sebagian besar kendaraan besar seperti truk muatan berton-ton serta bus besar silih berganti menyalip menambah riuhnya suasana jalanan. Asap hitam mengepul mengenai masker hijau bekas dari tempat kerja berubah menjadi agak kehitam-hitaman. Sesampainya di pasar Wiradesa ada 2 orang yang telah menunggu mempunyai tujuan yang sama bertakziah ke rumahnya Mukti.

Perempatan Blandong menjadi jalan terakhir Pantura karena rombongan berbelok ke kiri  menuju jalan kecamatan. Desa Pecangakan merupakan gang menuju rumah Mukti atau lebih tepatnya rumah duka yang merupakan tujuan akhir rombongan. Erik menjadi pemandu jalan agar mengetahui kapan motor ini bisa berhenti tepat di depan rumahnya. Rumah berwarna kuning menjadi pilihan Erik untuk berhenti dan parkir didepannya. Empat buah kursi didepan teras rumah terlihat ada dua orang yang usianya cukup dibilang tidak muda lagi sedang ngobrol berdua. Tak lama kemudian Mukti mengenakan baju muslimnya berwarna hitam keluar dari ruang tengah menyambut kedatangan rombongan. Ucapan demi ucapan mengiringi suasana akrab serta rasa berbela sungkawa atas kepergian ibunya. 

Masih terlihat sayup mata bekas tangisan duka mendalam menggelayut keadaan hati Mukti yang beberapa jam lalu almarhum ibunya telah dimakamkan. Susana duka terpancar dari wajah kerabat Mukti yang setia mendampinginya menerima tamu nya. Cerita demi cerita dilontarkan antar beberapa teman Mukti yang merawat detik-detik Ibunya akan menghadap keharibaan-Nya. Aku pun hanya terdiam tidak maksud apa yang dibicarakan mereka dengan istilah keperawatan  menceritakan variable-variabel nilai sebagai tanda keadaan tiap organ tubuh manusia. Istilah tersebut hanya sesame perawat ICU yang memahaminya.

Waktu sore telah tiba kami pun berpamitan pulang dan ketika itu pula perwakilan perawat menyudahi pertemuan tersebut. Ucapan bela sungkawa kembali terucap atas perwakilan yang datang tidak hanya itu ucapan doa agar segala amal kebaikan ibu dapat diterima disisi Allah SWT. Satu per satu meninggalkan rumah Mukti.

Perjalanan pulang ke rumah masing – masing melewati jalur kearah Sragi tanda gerimis sudah mulai terasa, aku melambatkan laju kendaraan mengenakan jas hujan. Ternyata memang benar langit semakin mendung menghitam. Alhamdulillah jas hujan ku bisa menjaga dari tiupan angin bahkan air hujan yang semakin besar. Arah ke Sipait hujan begitu lebatnya tiada terbesitnya untuk berhenti sebentar berteduh. Setidaknya mulut ini tidak berhenti untuk ber-online ria kepada Nya agar bisa selamat sampai tujuan. Jalanan yang rata-rata sudah berbentuk cor memudahkan roda kendaraan tidak mudah tergelincir disaat terkena hujan. Namun kejadian  tak diduga ada lubang yang cukup dalam hingga aku tidak bisa menghidar. Roda depan berbunyi “preeek’ menghantam lubang yang tidak terlihat dalam karena tertutup air hujan. Serasa kaget dengan keadaan yang datangnya tiba-tiba, semoga bannya aman dan tidak bocor. Alhamdulillah hujan penuh keberkahan menemani hingga di Wiradesa aku pun terus mengucap rasa syukur dengan keadaan kedinginan menunggu adzan magrib untuk berbuka puasa.



No comments:

Post a Comment