Semburat layar megah menyembur halusinasi dua mata hanyut seakan lupa. Sayup lirih zaman kerajaan laksana keris terkekang dibalik jarik dan stagennya. Menautkan hati dan pikiran untuk selalu tidur bersamanya. Diatas jari kemudian hidup didunia yang bukan sebenarnya. Dunia yang bukan miliknya hanya sebatas tulisan.
Penghuni dunia marah disaat fatamorgana terlukis begitu saja. Matanya membuka lebar terbangun sebegitu kagetnya. Sadar bahwa ia hidup dalam dunia nyata. Menjadi tugu diperempatan yang selalu tersenyum kepada sesamanya.
Buih air gemercik tak pernah terbesit menjadi penghalang kemesraan diantara keduanya. Jika itu telah menjadi separuh jiwa bercintalah dikamar hingga orang lain tak mengetahuinya.
No comments:
Post a Comment