Saturday, 18 June 2016

Balada Tukang Sayur

Tukang sayur, pantasnya bukan seperti itu sebutannya, “Ohh..iya lebih jelas penjual sayur tepatnya”. Pagi sekitar jam 10 motor bebek berkali-kali menyuarakan klakson melintas tepat di rumah saya membawa keranjang besar setinggi pengendara didepannya. Sayuran, bahan makanan lainnya dibawanya keliling masuk keluar gang mencari pelanggannya.

Klakson adalah sebagai cara uniknya memanggil pelanggannya yang rata-rata berada didalam rumah. Komplek perumahan sepi dipagi hari membuat suara klakson berkali-kali menjadi tanda kedatangan penjual sayur sudah datang, ibu-ibu pun mulai keluar rumah. Menyambutnya dengan penuh rasa harap bisa belanja sesuai yang diinginkannya.

Suara khas ibu-ibu menanyakan harga sayuran, dengan segenap pertanyaannya.
”Wortelnya bagus pak, gede-gede
“Ya bu...silakan dipilih aja buat sop enak ini”
“Kok gak seperti biasanya pak?”
“Biasanya lebih kecil bu, ini wortel dari Slawi”
“Ohh...iya pak ini satu plastiknya berapa pak?”
“Satu plastik isi tiga bu harganya enam ribu”
“Kok lebih mahal dari yang biasanya ya pak?”
“Kan lebih bagus bu wortelnya”
“Harganya dikurangin lah jangan enam ribu”
“Saya kurangin lima ratus bu, jadi lima ribu lima ratus gak apa-apa ya buat ibu”
“Kok Cuma dikurangin lima ratus pak?”
“Iya bu dari sananya sudah mahal bu”
“Tapi saya butuhnya cuma satu pak”
“Yah kalo satu gak boleh bu, harus satu plastik sekalian”
“Kalau saya beli satu plastik saya terlalu banyak pak”
(Penjual sayur pun sejenak diam)
“Oiya gak papa deh bu buat ibu saya jual eceran yang penting bisa laku”
“Jadi kalau beli eceran satuannya berapa pak?”
“Kalau eceran satuannya dua ribu bu”
“Oh kok jatuhnya sama pak harganya, mbok dikurangi lagi ?”
“Kok minta dikurangi bu harganya? ini sudah murah lho bu”
“Dikurangi lah harganya pak, jadi seribu lima ratus ya?”
(Penjual sayur pun diam lagi sejenak, kemudian dengan kepasrahannya penjual sayur kembali menjawab)
“Iya bu seribu lima ratus per biji, sayur lainnya silakan bu mumpung masing seger-seger nih”
(mungkin dalam hatinya penjual sayur berharap bisa membeli sayuran lainnya agar dia mendapat keuntungan lainnya)
“Kalau perbiji seribu lima ratus dibolehkan aku belinya gak jadi satu pak, saya beli tiga ya pak?”
(penjual sayur hanya tersenyum kecil sambil memasukkan sekantong wortel kedalam plastik)
“Iya bu...buat penglaris saja”

Bapak penjual sayuran sangat legowo, telaten dan sabar dengan keadaan masing-masing karakter pembelinya sangatlah pantas. jika hari dia berhenti di samping rumah sudah ada empat pembeli yang berdatangan kepadanya. Mereka asyik dengan kegiatan memilih bahan makanan, variasi barang dagangan beraneka ragam hingga bumbu dapur pun tersedia hingga buah-buahan sehingga pembeli merasa puas dengan lengkapnya segala kebutuhan yang mereka inginkan.

Disisi lain ada pemandangan yang membuat saya terenyuh (terharu) yaitu diwaktu bersamaan datang penjual sayur melintasi kerumunan itu. Seorang ibu berbadan kurus berkulit agak coklat tua menggunakan sepeda bututnya membawa keranjang sayur, namun barang bawaannya tidak semeriah bapak penjual sayur tadi. Hanya beberapa kebutuhan sayur pokok yang saya lihat, bahasa tubuh ibu ini melirik rekan sejawat penjual sayur (bapak penjual sayur) yang asyik sedang melayani pembelinya. Dengan kayuhan pelan ibu ini melintasi seakan dia tidak ada yang menghiraukan kedatangannya. Semua sibuk dengan aktifitasnya memilih barang belanjaan. Entah sesuatu apa yang ada dipikiran ibu penjual sayur ini. Panas pun semakin menyengat ibu penjual pun terus mengayuh menjauh dan mencari calon pembeli lainnya yang mau membeli barang dagangannya.

”Ya Allah... Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan serta kebahagiaan rasa bersyukur. Usia yang tidak muda lagi senantiasa masih berjuang demi kebutuhan untuk menyambung hidup. Barang dagangan tidak sebanyak itu membuktikan bahwa modal dari ibu ini tidaklah besar. Namun keadaan ini tidak membuatnya pasrah dengan keadaan. Ia tetap berusaha menawarkan barang dagangannya kepada calon pembelinya dan berharap calon pembelinya mau menerima apa adanya barang yang ia jajakan mungkin hanya itu yang dapat ia jual. Salam hormatku kepada ibu penjual sayur semoga semangatmu akan mendapatkan ganti sebagai kebahagiaan  kekal  yang akan menyertaimu kelak di syurga Nya Allah SWT, Amin”.

No comments:

Post a Comment