Tukang sayur, pantasnya bukan seperti
itu sebutannya, “Ohh..iya lebih jelas penjual sayur tepatnya”. Pagi sekitar jam
10 motor bebek berkali-kali menyuarakan klakson melintas tepat di rumah saya
membawa keranjang besar setinggi pengendara didepannya. Sayuran, bahan makanan
lainnya dibawanya keliling masuk keluar gang mencari pelanggannya.
Klakson adalah sebagai cara uniknya
memanggil pelanggannya yang rata-rata berada didalam rumah. Komplek perumahan
sepi dipagi hari membuat suara klakson berkali-kali menjadi tanda kedatangan
penjual sayur sudah datang, ibu-ibu pun mulai keluar rumah. Menyambutnya dengan
penuh rasa harap bisa belanja sesuai yang diinginkannya.
Suara khas ibu-ibu menanyakan harga sayuran,
dengan segenap pertanyaannya.
”Wortelnya bagus pak, gede-gede”
“Ya bu...silakan dipilih aja buat sop
enak ini”
“Kok gak seperti biasanya pak?”
“Biasanya lebih kecil bu, ini wortel
dari Slawi”
“Ohh...iya pak ini satu plastiknya
berapa pak?”
“Satu plastik isi tiga bu harganya enam
ribu”
“Kok lebih mahal dari yang biasanya ya
pak?”
“Kan lebih bagus bu wortelnya”
“Harganya dikurangin lah jangan enam
ribu”
“Saya kurangin lima ratus bu, jadi lima
ribu lima ratus gak apa-apa ya buat ibu”
“Kok Cuma dikurangin lima ratus pak?”
“Iya bu dari sananya sudah mahal bu”
“Tapi saya butuhnya cuma satu pak”
“Yah kalo satu gak boleh bu, harus
satu plastik sekalian”
“Kalau saya beli satu plastik saya
terlalu banyak pak”
(Penjual sayur pun sejenak diam)
“Oiya gak papa deh bu buat ibu saya jual eceran yang penting bisa laku”
“Jadi kalau beli eceran satuannya
berapa pak?”
“Kalau eceran satuannya dua ribu bu”
“Oh kok jatuhnya sama pak harganya, mbok dikurangi lagi ?”
“Kok minta dikurangi bu harganya? ini
sudah murah lho bu”
“Dikurangi lah harganya pak, jadi
seribu lima ratus ya?”
(Penjual sayur pun diam lagi sejenak,
kemudian dengan kepasrahannya penjual sayur kembali menjawab)
“Iya bu seribu lima ratus per biji,
sayur lainnya silakan bu mumpung masing seger-seger
nih”
(mungkin dalam hatinya penjual sayur
berharap bisa membeli sayuran lainnya agar dia mendapat keuntungan lainnya)
“Kalau perbiji seribu lima ratus
dibolehkan aku belinya gak jadi satu
pak, saya beli tiga ya pak?”
(penjual sayur hanya tersenyum kecil
sambil memasukkan sekantong wortel kedalam plastik)
“Iya bu...buat penglaris saja”
Bapak penjual sayuran sangat legowo, telaten dan sabar dengan keadaan
masing-masing karakter pembelinya sangatlah pantas. jika hari dia berhenti di
samping rumah sudah ada empat pembeli yang berdatangan kepadanya. Mereka asyik
dengan kegiatan memilih bahan makanan, variasi barang dagangan beraneka ragam
hingga bumbu dapur pun tersedia hingga buah-buahan sehingga pembeli merasa puas
dengan lengkapnya segala kebutuhan yang mereka inginkan.
Disisi lain ada pemandangan yang
membuat saya terenyuh (terharu) yaitu
diwaktu bersamaan datang penjual sayur melintasi kerumunan itu. Seorang ibu berbadan
kurus berkulit agak coklat tua menggunakan sepeda bututnya membawa keranjang
sayur, namun barang bawaannya tidak semeriah bapak penjual sayur tadi. Hanya
beberapa kebutuhan sayur pokok yang saya lihat, bahasa tubuh ibu ini melirik
rekan sejawat penjual sayur (bapak penjual sayur) yang asyik sedang melayani
pembelinya. Dengan kayuhan pelan ibu ini melintasi seakan dia tidak ada yang
menghiraukan kedatangannya. Semua sibuk dengan aktifitasnya memilih barang
belanjaan. Entah sesuatu apa yang ada dipikiran ibu penjual sayur ini. Panas
pun semakin menyengat ibu penjual pun terus mengayuh menjauh dan mencari calon
pembeli lainnya yang mau membeli barang dagangannya.
”Ya
Allah... Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan serta kebahagiaan rasa
bersyukur. Usia yang tidak muda lagi senantiasa masih berjuang demi kebutuhan
untuk menyambung hidup. Barang dagangan tidak sebanyak itu membuktikan bahwa
modal dari ibu ini tidaklah besar. Namun keadaan ini tidak membuatnya pasrah
dengan keadaan. Ia tetap berusaha menawarkan barang dagangannya kepada calon
pembelinya dan berharap calon pembelinya mau menerima apa adanya barang yang ia jajakan mungkin
hanya itu yang dapat ia jual. Salam hormatku kepada ibu penjual sayur semoga
semangatmu akan mendapatkan ganti sebagai kebahagiaan kekal yang akan menyertaimu kelak di syurga Nya
Allah SWT, Amin”.
No comments:
Post a Comment