Gedung Kesenian Kabupaten
Pekalongan menjadi tempat Kegiatan Majelis Masyarakat Maiyah Suluk Pesisiran
edisi 11 Juni 2016 yang mengambil tema Garuda Bermental Emprit. Lantunan
sholawat oleh Grup Duror Roudhothus Sa’adah menjadi pembuka acara sebagai
cerminan semangat generasi muda yang energik penuh semangat, harapan lebih baik
dalam membangun bangsa.
Acara yang dihadiri beberapa
elemen masyarakat diantaranya kalangan ulama, pengurus veteran, kalangan dosen
, tokoh bimbingan masyarakat dari Kepolisian, mahasiswa, relawan peduli banjir,
korban bajir air pasang (rob), dan para
hadirin lainnya membaur dalam atmosfer kebangsaan membahas semangat garuda yang
mengalami degradasi mental yang pernah dimiliki pejuang pendahulu kita.
Gus Mansyur didaulat oleh
pembawa acara sebagai penyampai materi sebagai pendahuluan yaitu memaparkan
mengenai sejarah garuda yang mempunyai esensi dari sejarah tersebut bahwa
garuda sebagai jiwa pembebasan dari penindasan dan keterpurukan apabila makna
tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka setiap individu mempunyai
tugas mulia menjadi pembebas kesulitan dan kesesengsaraan bagi sesamanya.
Pembahasan agak mendalam
mengenai sejarah perjuangan di Kabupaten Pekalongan yang tak lain berkat jasa
para pejuang dan pembela tanah air yang hingga sekarang masih hidup yang
disampaikan oleh Bapak Oscarudin selaku pengurus veteran sekaligus diiringi
oleh penampilan Mbah Pri membacakan puisi yang berjudul Sembahyah Rerumputan
yang sangat lekat dengan nuansa penghambaan kepada Sang Pencipta.
Pesan dari Bapak Akrom dari
tokoh bimbingan masyarakat dari Kepolisian kepada Majelis Masyarakat Maiyah
agar menjadi sosok burung garuda yang selama ini berada disarangnya agar bisa
terbang mengajak masyarakat dalam kebaikan. Selain itu beliau mengharapkan ada
regenerasi pemimpin yang bisa menjadi panutan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Bersinggungan dengan peran
garuda yang sesungguhnya Bapak Suryo sebagai wartawan mengajak agar Majelis
Masyarakat Maiyah berkontribusi langsung tanggap atas bencana air pasang (rob)
yang melanda di pesisir pantai Pekalongan. Semangat garuda serta motivasi
diberikan oleh Gus Mufid dengan rumusan dasar untuk merubah keadaan sekitar agar
lebih maka dimulai dari mengenal diri sendiri kemudian direpresentasikan
kebaikan bagi sesamanya. Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak
Ribut sebagai dosen pendidik bahwa untuk melakukan perubahan secara menyeluruh
dimulai dari kemauan diri sendiri yang dibuktikan dengan tindakan nyata menuju
kebaikan.
Pengerucutan makna burung garuda
sebagai jati diri serta mentalitas bangsa Indonesia. Berbagai masalah yang
terjadi karena tiap individu tidak mengsinergikan antara indera, akal pikiran
dan hati. Indera berfungsi sebagai penerima informasi masalah, akal pikiran
dapat menganisis penyebab serta mencari permasalahannya dan hati berfungsi
sebagai muhassabah diri mengingat kepada Allah SWT. Maka pencerahan mengenai
makna garuda mengajak orang lain untuk mempunyai sifat tidak mudah mengeluh, mampu
menganalisis masalah dan mencari solusinya bersama-sama. Wujud negara
sesungguhnya merupakan tindakan nyata rakyatnya untuk bangsanya.
Sesi berikutnya dilanjutkan dengan
diskusi bersama membahas mengenai morfologi bahasa yang berhubungan dengan
lambang garuda. Momen diskusi semakin hangat dan tak terasa pukul telah
menunjukkan 01.35 WIB sebagai tanda untuk segera memuncaki acara. Suasana
khusyuk melingkupi rangkaian sholawat shohibu baiti yang menjadi penutup acara
yang dilanjutkan dengan doa bersama agar kebaikan senantiasa dapat dilakukan
oleh diri kita, orang lain dan bisa memberikan kontribusi kepada negara kita
Indonesia tercinta.
No comments:
Post a Comment