Thursday, 30 June 2016

Barzah, Dunia dan Maya

Lekas tersenyum bagi raga yang telah lama pergi meninggalkan sanak di dunia.
Tiada bertemu sewaktu harus berada disananya sebuah dunia.

Dunia lama membebaskan manusia tersenyum ikhlas tanpa prasangka.
Dunia sekarang membebaskan manusia tersenyum ikhlas subyektif dengan prasangka.

Keluasan memaknai sebuah arti membuat manusia lebih berharga dengan mudahnya menjalin persaudaraan.
Kesempitan memaknai sebuah arti membuat manusia harus mencari pembenaran untuk menjalin persaudaraan.

Jiwa-jiwa yang telah tenang, memetik sebuah madu yang diusahakannya.
Sementara jiwa-jiwa yang masih goyah masih saja belum mampu membaca keadaan yang akan segera ditemuinya.

Sibuk keadaan melihat peradaban dhohir manusia, silaunya dunia serta kesamaan atas pembenaran. Pohon cinta manusia telah ikut ditebang tergerus bersama prasangka yang begitu amat mendalam.

Ambilah kembali sifat cinta meski itu terasa berat lalu kemudian berikanlah kepada siapapun, meskipun anjing yang sangat kelaparan.

Mungkin itu menjadikan kebaikan mengalahkan dari segala sesuatunya yang diusahakan lalu memudar karena tingkah polah yang kaprah.

Tunduk, takluk, betapa sungguh manusia tak mempunyai daya serta upaya. Lalu seakan lupa pernah mengatakan bahwa kebaikan hanya dari Tuhan Nya serta kesalahan dari tabiat manusia.

Manusia hanya khalifah yang berproses sepatutnya mengakui atas kesalahan dan kepasrahan kebenaran hanya Dia yang memperhitungkan.

Maha Pencipta membuat bumi serta isinya hanya untuk manusia lalu cermin sebagai refleksi sudah pantaskah kita kembali. Cermin yang bertasbih tiap hari kita jumpai seakan berbalik tanya...sudah siapkah...sudah siapkah...sudah siapkah....

Bahwa kejutan itu datangnya tak kan terduga.

Tuesday, 28 June 2016

Negeri Dongeng

Dharma masih terasa entheng bekerja seperti biasanya suasana jalanan masih sepi. Terlebih pagi menjelang subuh warung-warung makan belum buka tapi entah lah jika fajar menyingsing mungkin jalanan ini sibuk dengan penuhnya parkiran motor melingkupi sekitaran warung. Kicauan suara masyarakat sekitaran telah reda atas azas keberadaan warung bagai gema disiang hari memilukan bulan penuh kesucian.

Bagi Dharma semua yang dikicaukan hanya tanggapan sebuah adegan sandiwara yang nanti melahirkan lakon-lakon kewayangan bagi negara dongeng yang sesama wayangnya sibuk atas jatidirinya. Tetap berjalan sesuai koridornya sebagai kepala keluarga Dharma memilih tersenyum sehat bagi Angger anak semata wayang harapan besar kelak dihari tua. Udara Ramadhan pun seakan berganti menyambut lebaran bulan yang penuh maaf.

Sepeda bututnya dipegangi berjalan diantara barang dagangan dibelakang sebuah anyaman bambu besar disamping kanan dan kirinya. Mata sayup terlalu dini untuk mengalah dengan ego membara. Hasratnya menjadi petuah bagi Angger yang masih ingin melihat bapak tersenyum menghadap sang fajar. Langkahnya memayung dari menghadapi keputusasaan hidup, mengeluhpun bukan alasan utama untuk selalu berjuang demi sebuah kewajaran hidup nya tak mengatakan tertatih  bahkan merintih. Asa terus diperbaharui mengalahkan untuk tunduk dari kemanjaan yang dinamakan kesusahan.

Setengah jam berlalu berkayuh diatas sepeda, Dharma terhenti di perempatan jalan kios penjaja burung kicauan. Gantungan kotak terpasang di teras kios menjadi pusat pandangan kicau mania sekedar bertegur sapa melihat kemolekan burung serta ketangguhan paruhnya menyuarakan kelantangan. Rohman seakan tau rezekinya datang seiring pintu kiosnya dibuka disaat itu pula Dharma datang melihat keasyikan memanjakan burung dengan sebidang kolam kecil yang terbuat dari plastik kemudian kedua sayapnya mengepakan kegirangan. Mangkok kecil berisikan jamu bagi burung agar tetap menjadi kebanggaan kejuaraan hidup yang terus menjadi label dan burung menjadi wajah eksploitasi dari kenyataan persaingan pemilik burung.

Jamu buatan bagi burung berkicau sekali lagi menjadi pemaksaan kodrat alam agar berbondong-bondong turut masuk menjadi sebuah program besar yang blur baik tujuan dan kapasitasnya. Maka Dharma mencoba larut seakan tergiur atas ajakan Rohman atas dasar ketangguhan dan sukses diajang yang katanya menuju sukses dunia perkicauan. Kantong celana telah dimasuki tangan kembali keluar sekonyong-konyongnya jumlah saku sesuatu didalam celana telah berkurang dalam menebus jamu bagi kicuan. Perjalanan hidup terus berjalan dengan segala kegiatan keseharian Dharma atas jual beli sebuah sistem dari perdagangan tradisional, lalu lelahnya seakan terbayarkan dengan langkah menuju pulang bertemu istri kedua yang hidup disebuah kotak bergelantung diatas atap rumah.

Yatmi wajah kesederhanaannya menyapa Dharma penuh kelembutan tatkala ia pulang dengan kagetnya  telah terlebih dahulu menyapa penghuni kotak, kemudian turut bersiul menyambangi kegirangan disaat keadaan rumah sunyi senyap melanda. Diambilnya jamu dari sakunya sembari menyiapkan seteguk air sebagai penyela kicauan yang telah ada. Yatmi masih melihat Dharma seketika itu ia menyebutkan telah adanya suara bahwa ada etikad orang yang tidak waras membuat jamu palsu untuk kicauan. Tak menggubrisi ulasan kesungguhan Yatmi menceritakan adanya ketidakwarasan kaum menjalani hidupnya atas penipuan yang terus bergulir kabar menyebar seakan melukiskan sebuah tanda bahaya.

Dharma dingin mendengarkan semua cerita Yatmi, bukan karena ketidakpercayaan atas beritanya melainkan masih berfikir dongeng apa yang melatarbelakangi dari penebaran sebuah informasi. Dongeng selalu muncul atas kepentingan besar yang masih abu-abu bahkan blur. Melayang sejenak melihat angkasa lalu mulai  menilik sebuah pengawasan jamu maka pun patut diberikan sebuah kesempatan untuk bicara alasan mengenai lolosnya kamuflase perdagangan. Sejak kapan merebak, untuk apa maksud tujuannya, kemudian darimana asal bahan-bahan yang digunakannya, seakan harus bertanggung jawab penuh atas kejadian. Lebih jauh melayang terlihat isu besar atas penguasaan dunia disegala lini kehidupan. Terlepas terbukti ataupun tidak pemainnya sangat halus menyusup direlung birokrasi yang bertindak kebenaran atas pendapatnya sendiri kalaupun tidak, pembenaran yang bersifat absolut dunia agar patuh atas doktrin-doktrin keilmuan.

Mengurangi jumlah koloni dengan merubah cara berfikir dan bertindak menghadapi sebuah persoalan kehidupan. Perang otak yang begitu halusnya tak menyadari bahwa sel-sel otak telah dirasuki pembenaran yang belum tentu benar. Jika masih ragu maka keraguan akan lebih bercondong untuk membenarkan dasar mereka yang terus dilindungi birokrasi yang disusun tanpa sadar akan merusak koloni perkicuauan itu sendiri.

Dibuatnya sebuah strategi rencana kecil dalam kurun waktu sangat singkat akan berdampak lama-lama membesar kemudian tujuan utamanya pelan-pelan merasuk dalam merubah paradigma menjadi instan berfikir dan bertindak. Silih bergilir dongeng-dongeng penghantar tidur bergantikan tema dalam sepekan lalu membahasnya dalam pergolakan pro maupun kontra, antara yang setuju maupun tidak dan sebagainya. Selayaknya anak kecil yang terus berkhayal diruang mimpi dengan iming kemudahan, matrialisme, budaya konsumtif, demokrasi bebas, dongeng terus diceritakan hingga mata tak mampu membuka, dengan lelapnya seluruh tempat tidur telah beralih fungsi menjadi kekayaan resmi bagi pendongengnya.

Berjalan dikesunyian berada dijalur tengah dengan kealpaan informasi namun berjuang demi kehidupan dirinya. Mengalahkan ego, meredakan amarah, luasan berfikir, memetakkan masalah termasuk didalamnya usaha cara-cara menempuh rasa kesyukuran atas pencapaian dini hari tanpa terlelap hingga fajar akan bersahabat menempuh esok pagi yang cerah bukan keadaan yang sekarang dan terus dirayakan kelemahannya. Sebaik-baiknya masalah maka kembali kepada Dzat yang bisa mengatasi masalahnya bahkan untuk selalu bersyukur patut untuk diusahakannya.

Monday, 27 June 2016

Pendidikan Melayani

Bunyi notifikasi Blackberry Massanger  telah mengingatkan dari siang hari, sebuah acara pertemuan dengan sedulur-sedulur maiyahan Suluk Pesisiran. Bertempat di Jalan Teratai Pekalongan  tepatnya di Ayam Bakar Surabaya menjadi tempat berbagi cerita sekaligus menunggu untuk berbuka puasa. Tidak hanya dari kalangan masyarakat maiyahan suasana parkiran berjajar sepeda motor kebanyakan mereka dari kalangan kawula muda bersama teman sebayanya dengan sabar menunggu pesanan menu makanan.

Salah satu dari penggiat maiyahan Mas Idris Ar Rumi mengajak agar segera memasuki ruang makan.  Sebuah warung makan penjaja makanan Ayam Bakar khas Surabaya yang mempunyai 2 lantai pada bagian pertama digunakan sebagagai dapur dan beberapa bagian tampak berjejer meja makan. Sedangkan Mas Idris memilih lantai 2 dengan menaiki tangga menyisiri dapur bagian belakang.  

Senyum ramah perempuan berjilbab hijau selalu menghias kepada pengunjung disetiap berpapasan sembari membawa baki, hilir mudik memasuki ruangan lesehan begitu banyaknya pesanan yang harus diantarkannya. Tak kalah sibuknya laki-laki tangguh tanpa buku catatan pun merupakan teman sejawat perempuan itu, terus mengingat setiap pesanan pelanggannya yang masing kurang jumlahnya. Ternyata tangga berbentuk “L” ini, sudah menjadi lalu lintas kesibukan menjelang berbuka puasa.

Goresan penat pikiran mereka seakan tak pernah pedulikan asalkan semua pengunjung bisa nyaman dengan keadaan beserta sajian yang mereka persembahkan. Gaun panjang perempuan yang tidak menyerupai laki-laki telah tampak berseragam membentuk karakter kesabaran dalam langkahnya. Tidak memperdulikan kepraktisannya, namun kesesuian gender bahwa dia hakikatnya sebagai perempuan sebaimana mestinya, sungguh pemandangan yang langka.

Obrolan diantara mereka disela penantian adzan maghrib seakan membasuh rasa kerinduan atas kebersamaan (maiyah) menghantarkan keriangan menyambut kedatangan adzan. Mas Asep sebagai pemimpin doa berbuka puasa dengan suara sendu harapan agar puasa hari ini bisa diterima oleh Allah SWT. Bahagia atas rasa syukur bisa dipertemukan kembali dalam keadaan yang sama atas kepentingan bersama membalut rasa kedekatan jiwa menjadi mutiara-mutiara pemikiran sebagai penggiat maiyah di Pekalongan.

Kesibukan lain terlihat oleh Mas Uib Budin yang rela tidak menyantap menu buka puasa terlebih dahulu melainkan ia memastikan jumlah pesanan untuk pengunjung yang datang. Lembaran kertas yang selalu dibawanya berisikan daftar hadir terkadang ia memanggil pramusajinya membereskan beberapa kekurangan menu yang belum terpenuhi.  

Unsur pendidikan melayani pada diri manusia sangat perlu, bahkan yang dicipkan oleh manusia sepatutnya sebagai pelayannya. Semisal pengingat pesan (reminder alert) atau notifikasi pada perangkat smart phone, sangat membantu manusia untuk mengingatkan jadwal kegiatannya. Pramusaji yang menerima pengunjung dengan berbagai karakter, berbagai jenis makanan atau pastinya segudang macam komplainan mereka terus merasakan setiap harinya. Penggiat maiyah yang memeras segenap pemikirannya agar spirit pelaksanaan agenda bulanan dapat dilaksanakan. Bahkan orang tua yang terus melayani anaknya semenjak lahir hingga sekarang. 

“Jiwa melayani adalah kemuliaan manusia di mata Tuhannya bahwa ia merelakan dirinya untuk didahului orang lain dan ia tidak memikirkan atas keberadaan dirinya".



Sunday, 26 June 2016

Dari Kita untuk Mereka

Jalan Jenderal Soedirman Pekalongan siang hari penuh berjejal beragam kendaraan besar. Truk kontainer terus membuntuti kendaraan di depannya, bus antar kota terus memadati sela-sela diantaranya berjubel motor roda dua. Basecamp Repoeblik MTB seakan tak terlihat dari sebrang jalanan sampai bisa melihat sebuah kendaraan Tossa warna merah telah terparkir didepan lorong dan beberapa kendaraan lainnya.

Telah berdiri diatas kendaraan mereka adalah Om Ipul Hoze, Om Indra dan seorang Kapten Mas Rowi telah siap akan agenda sore yang bertajuk sebuah bhakti sosial di daerah Jeruk Sari. Jumat sore bertepatan dengan hari Jawa Kliwon, notabene hari tersebut banyak yang tidak melakukan aktifitas pekerjaan seperti hari biasa. Wajah mereka sepertinya masih lelah atas kegiatan semalam yang menguras tenaga, bayang-bayang night ride terus menggelayut dalam benak mereka, kini harus berhadapan dengan kegiatan selanjutnya.

Motor Tossa meluncur dengan sigapnya seperti yang dikendarai oleh Om Ipul Hoze sepertinya menjadi pawang sebuah motor gerobak melintas Jalanan KH Mas Mansyur penuh hiruk pikuk atraksi senam jantung melibas berbagai pengguna jalanan lainnya. Kesemrawutan berakhir menuju Jalan Veteran untuk mengisi bekal bingkisan bagi korban banjir betepatan di Toko Manunggal. Owner dari toko tersebut sangat familiar bagi sesama goweser, yaitu Om Rizal. Kebaikan hatinya turut larut dalam kegiatan tersebut selain beliau menjadi seksi logistik ternyata kepedulian terhadap eksistensi pecinta sepeda di Pekalongan tidak diragukan lagi. Terbukti dia secara aktif terus ikut berpartisipasi dalam segala event sepeda, seperti kegiatan yang akhir-akhir ini  digelar oleh Tim Repoeblik.

Setelah semua logistik telah siap maka bergeraklah semua rombongan menuju titik pembagian bingkisan tepatnya di salah satu Mushola di Desa Jeruk Sari Kabupaten Pekalongan. Memakan waktu kurang lebih 10 menit dari Jalan Veteran menuju ke TKP. Sambutan warga sudah terlihat dari gang masuk menuju pemukiman. Aktifitas anak bermain menemani keceriaannya sembari mengikuti rombongan dibelakang kendaraan Tossa hingga semua tim turun bertemu langsung dengan  Bapak Ketua RT sekaligus menjadi penyambut acaranya.

Pembagian bingkisan dimulai dengan menukarkan kupon yang sebelumnya telah dibagikan oleh Mas Phyton selaku warga setempat. Antusiasme warga patut diacungi jempol tidak sampai setengah jam bingkisan telah didistribusikan dengan baik. Perjalanan menuju tempat penukaran kupon mereka lalui dengan kesabaran, jalanan yang penuh air serta permukaannya sangat licin membuat mereka terus hati-hati. Ucapan demi ucapan rasa terima kasih terus disuarakan atas sesuatu yang telah mereka terima. Sangat arif etika budaya jawa masih menyelimuti disetiap perasaan disaat ada kebaikan atas nama kepedulian.


Tak terasa semua  bingkisan dalam karung telah habis saatnya rombongan untuk berpamitan kepada perwakilan warga serta ucapan salam dan terima kasih terus diucapkan oleh Mas Phyton selaku tuan rumah dan juga salah satu anggota dari Repoeblik MTB. Semua yang dilakukan oleh rekan-rekan Repoeblik MTB tidak ada tendesi apapun kecuali untuk memupuk terus kepedulian sosial atas saudara-saudara sesama daerah Pekalongan. Selagi masih ada kesempatan untuk berbuat kebaikan maka laksanakan dengan rasa cinta dan keikhlasan.




Baru

Sesuatu dikatakan BARU
Makna Membeli, kemauan yang didapatkan atas dasar rasa suka, butuh, harapan, motivasi, relevansi terhadap fungsi benda itu sendiri.Makna Baru, pemberian label terhadap benda agar larut dalam sebuah perjanjian misalkan jual beli, kontrak dsb.

Siapa pemilik label Baru?
Adalah seseorang yang berusaha menguasai pikiran orang lain untuk bertindak sesuatu. Misalkan penjual, perantara, marketing, pemilik modal dsb.

Pembeli tidak akan pernah mendapatkan sesuatu yang Baru.
Karena apapun bentuknya yang telah diterimakan kepada pembeli sudah berubah label menjadi barang seken, meskipun itu masih baru. Maka belilah sesuatu atas dasar kebutuhan, bukan membeli label atas nama baru, dan selalu ingat pembeli tidak akan pernah mendapatkan makna barang baru.


Istilah Jatuh

Dalam tata bahasa Jawa istilah jatuh disebut "dhawah ataupun tibo". Dua istilah tersebut penggunaannya berbeda"dhawah" termasuk krama halus, apabila usia orang yg jatuh lebih tua dari orang yg bicara (memberitakan) dan bisa juga untuk mengajarkan tata cara.
Sedangkan istilah "tibo" termasuk krama ngoko, apabila usia orang yg jatuh lebih muda dari orang yg bicara (memberitakan) dan bisa juga digunakan untuk benda.
Namun, istilah jatuh juga mempunyai aneka istilah menurut cara kejadiannya. Diantaranya yaitu :
1. KEPLARAK= jatuh yg berhubungan dg permukaan licin, yg didahului adegan kaki tergelincir.
2. KEPENGKOK = jatuh dimulai dg posisi pantat lebih dahulu mengenai permukaan baik licin mapun kasar.
3. NJEDHAG = jatuh dg posisi pundak atapun tulang punggung lebih dahulu.
4. NJLUNGUP = jatuh dg posisi terbelit benda kemudian posisi kepala lebih dahulu.
5. KONTAL = jatuh yg disebabkan kalah karna bertabrakan dan terlempar jauh.
6. MLESTREK = jatuh yg disebabkan karena pengulangan hingga tidak bisa dikendalikan.
7. NGGLOSOR = jatuh dg posisi tengkurap hampir seluruh badan mengenai permukaan dg tergelincir.
8. NGGLEDAK = jatuh dg posisi telentang hampir seluruh badan mengenai permukaan tanpa didahuli dg tergelincir.
9. KRUNGKEP = KUNGSEP = GONGSHEB = jatuh tengkurap tapi posisi kepala lebih dahulu tersungkur ke permukaan.
Apabila ada istilah jatuh cinta bukan berarti bisa digabungkan antara kata jatuh dg cinta (tresno) misalkan keplarak tresno, apalagi mlestrek tresno dsb.
Bahasa Jawa memang istimewa.

Wednesday, 22 June 2016

Bapak adalah Pemimpin

Bapak termasuk kata benda yang menjelaskan mengenai figur dari seorang laki-laki yang telah menikah dan pada umumnya telah mempunyai anak. Istilah tersebut tidaklah mengikat sepenuhnya kata Bapak juga pantas diberikan kepada mereka yang belum menikah sekalipun, apabila usianya sudah bisa dikatakan sebagai bapak. Fungsi lain kata bapak sebagai kata panggilan dari seseorang yang lebih muda sebagai dasar penghormatan. Adapun penghormatan lebih tinggi kata bapak diberikan sebagai panggilan yang menyangkut tokoh berpengaruh dalam masyarkat, berbangsa dan bernegara.

Makna bapak baik secara figur dan panggilan menurut saya mempunyai penghayatan yang sakral dibanding kata sejenisnya misalkan ayah. Alasan yang saya pakai bahwa ayah mempunyai dua fungsi sebagai kata benda yang menjelaskan sebagai laki-laki dan dan status dalam keluarga, tapi kata ayah tidak tepat sebagai kata panggilan penghormatan. Dari situlah kata bapak mempunyai kesakralan fungsi sebagai rasa penghormatan.

Setiap bapak adalah sebagai pemimpin, tetapi tidak untuk sebaliknya. Seseorang yang telah menjadi bapak diharapkan sangat bijak dalam menghadapi segala permasalahan yang menimpanya. Laki-laki yang sah menikah bisa dipanggil bapak meski belum mempunyai keturunan. Penyandangan gelar atas nama bapak berlaku setelah acara akad selesai. Panggilan bapak menjadi predikat gelar yang menempel, agar dia selalu belajar menjadi pemimpin minimal bagi dirinya,istri dan keluarganya. Maka kewibawaan kata bapak sudah diberikan dari komitmen laki-laki sebagai pemimpin keluarga.

Bapak dalam kepemimpinan birokrasi didasarkan atas amanat yang diembannya. Predikat tersebut didasari oleh pelantikannya sebagai pemimpin. Seluruh tanggung jawab atas sesuatu yang menjadi tugasnya. Maka kewibawaannya kata bapak akan tergantung dari pencapaian tanggung jawabnya sebagai pemimpin.

Esensi sifat dari seorang bapak hanya ada dua yang terpenting yaitu menerima dan menolak. Menerima mempunyai makna berhubungan dengan rasa syukur atas segala ketentuan hidup yang harus diembannya, sedangkan makna menolak menghindari ajakan untuk membatalkan gelarnya sebagai bapak.

Sifat menerima dari seorang bapak dapat diresapi dengan penyadaran diri sebagai pengemban amanat dari Tuhan yang kelak akan dimintakan pertanggungjawabannya. Sifat menerima sangat luas, baik sebagai tugas bapak itu sendiri sebagai pembimbing, untuk mencapai kehidupan yang diridhoi Tuhannnya. Keseluruhan dari tujuan tersebut tidaklah mudah dan membutuhkan proses kontinyu sepanjang hayat, maka posisi bapak patut menjadi contoh, pembimbing, penasehat, pencetus ide, motivator, fasilitator, penengah,  yang harus berlapang dada menerima kodratnya.

Sifat menolak dari seorang bapak mempunyai makna menghindari ajakan untuk membatalkan gelarnya sebagai bapak. Kata menghidari dapat diartikan mempersiapkan keadaan dirinya untuk terus berkomitmen dari ikrarnya. Apabila komitmen sudah tertanam dihati dan pikirannya maka berapa pun ajakan untuk menggagalkan komitmen tersebut, maka ia  akan menolaknya.

Uraian makna bapak diatas menjadikan alasan bahwa bapak tidak hanya sebatas nama gelar ataupun nama panggilan melainkan pemaknaan atas dirinya dalam mempertanggungjawabkan tugas pokok yang embannya. Dari penjelasan singkat tersebut apabila telah dicapai keseluruhannya dan telah berproses maka  Bapak tersebut dapat bertindak sebagai pemimpin.

Tidak selamanya pemimpin dikatakan sebagai bapak. Ungkapan tersebut bermakna bahwa pemimpin belum tentu mempunyai sifat sebagaimana seorang bapak. Untuk lebih jelasnya maka harus ditelusuri lebih lanjut proses pembentukan kepemimpinannya. Apabila pemimpin keluarga patut dirunut riwayat pernikahannya, begitupun pemimpin yang berhubungan dengan birokrasi perlu ditelaah lebih lanjut proses saat menjadi pemimpin. Lalu yakinkan atas penilaian obyektif terhadap variabel terkontrol meliputi  gaya kepemimpinannya dihubungkan dengan sifat sebagai seorang bapak.

Bapak adalah pemimpin merupakan penggabungan dua kata yang sebenarnya mempunya makna satu. Apabila unsur bapak telah terpenuhi maka pastinya dia adalah pemimpin. Namun, tidak berlaku kebalikannya dengan alasan seperti itu, makna bapak sangat sakral karena berhubungan dengan kepemimpinan  dan bukan hanya sebatas nama panggilan.



Tuesday, 21 June 2016

Bersepeda, Semoga Nabi ku Suka

Bersepeda mempunyai makna filosofi kehidupan yang mendalam. Aktifitas bersepeda secara fisik menggerakkan seluruh anggota badan termasuk juga konsentrasi pikiran. Tidak diragukan lagi secara kesehatan bahwa bersepeda mempunyai manfaat apabila sesuai dengan tujuan, keadaan tubuh dan waktu bersepeda. Adapun tujuan bersepeda diantaranya sebagai alat transportasi baik bekerja ataupun aktifitas, olah raga ataupun sebagai budaya kehidupan.

Filosofi bersepeda dapat mengajarkan kebaikan diantaranya rendah hati, kesederhanaan, tenggang rasa dan kebersamaan. Seseorang bersepeda akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan orang yang ditemuinya dijalan. Kayuhan sepeda tidak secepat alat transportasi lainnya yang menggunakan mesin sehingga didalamnya ada usur santai bisa bertegur sapa bahkan bisa berhenti mendadak disaat orang lain memanggilnya. Karakter tersebut dapat dijumpai pada masa dahulu sebelum merebaknya alat transportasi mesin seperti sekarang.

Melakukan kebaikan memang bergantung setiap individu manusia sendiri. Alangkah baiknya apabila tiap kegiatan manusia selalu dihubungkan dengan pemberi tauladan kebaikan yaitu seorang Nabi. Pada umumnya seseorang enggan untuk mempelajari figur seorang tauladan mengenai kebaikannya, kedermawaan, kesopanan, kesabaran dan sifat lainnya sebagai rujukan dasar dalam bertindak. Kegiatan olahraga pada zaman Nabi menurut para ahli yang mempelajari beberapa literatur hadist sangat erat kaitannya dengan keadaan di zamannya misalkan memanah, berkuda, anggar dan berenang. Tidak jarang kalangan tertentu menyebutnya  olah raga tersebut sunnah karena dijalankan langsung oleh Nabi. Barang siapa menghidup-hidupkan sunnah-ku (kata Nabi) tidak lain balasannya adalah syurga. Sangat bahagianya bagi orang bisa mengamalkan olah raga yang dicontohkan Baginda Nabi atas dasar kecintaan kepadanya.

Manusia hanya bisa terus berharap atas semua yang telah dikerjaan. Sebagai hamba yang masih banyak kesalahan terkadang masih jauh dari harapan menjadi orang baik, seperti dicontohkan oleh Nabi nya. Begitu pun dengan cara hambanya melatih kebugaran tubuh dengan bersepeda, dalam hati masih terbesit belum bisa sepenuhnya mengikuti jejaknya. Maka hanya nilai-nilai moral bersepeda harus digali agar kebaikan senantiasa bisa dilakukan dan berharap kelak Nabi juga menyukainya.

Berkuda salah satu olah raga pacuan yang sering dilakukan Baginda Nabi. Konon tatkala beliau bertempur, kuda sering dijadikan tunggangannya. Semoga hal ini menjadi harapan kecil bagi hamba untuk belajar lebih baik kepada beliau, paling tidak bersepeda mempunyai persamaan yaitu olah raga pacuan atau balapan. Satu persatu harus mempelajari hal-hal yang dilakukan beliau sebelum berkuda, diantaranya yaitu sholat safar yang sering disebut juga sholat ketika akan berpergian. Baginda Nabi mempunyai sifat penyayang kepada ciptaan Allah SWT bahkan ketika akan berpergian beliau selalu mengecek kembali kesehatan kudanya agar bisa berpacu dalam perjalanan.

Paparan singkat mengenai kegemaran beliau dapat dianalogikan dalam bersepeda, yaitu melakukan sholat safar sebelum perjalanan hingga mengecek kembali keadaan sepeda sebelum berangkat. Selanjutnya memulai dengan niat berjihad disaat sepeda digunakan untuk bekerja menjemput rezeki atau pun berniat untuk silaturahmi kepada teman ketika bersepeda bertujuan untuk olah raga. Hamba yang paling bodoh ini hanya bisa berniat dengan ketulusan hati untuk bisa melakukan kebaikan di atas dua roda sepeda dengan upaya agar semua yang dilakukan mendapatkan Ridho dari Allah SWT.

Tujuan Baginda Nabi berkuda seringnya sebagai sarana menuju kebaikan berjihad dijalan Allah SWT. Bersepeda apabila dimaknai sebagai sarana berjihad termasuk dalam konteks bekerja memberi nafkah kepada istrinya Menurut para ulama seseorang yang gugur disaat bekerja termasuk orang yang berjihad dijalan Allah SWT. Secara esensi bahwa bersepeda pun hampir mirip dengan berkuda, apabila sama sama diikuti niat ketulusan.

Melakukan kebaikan dan senantiasa ingat kepada Allah SWT disaat bersepeda adalah ibadah. Komunitaas terbentuk dari kesamaan hobi melahirkan kemesraan diantara mereka. Satu kayuhan pedal mempunyai makna setiap pesepeda (goweser) mempunyai tujuan yang sama olah raga, sosial dan bahagia. Selain berolah raga bersepeda mengajarkan bersahabat, meredam ego pribadi, melatih kesabaran, merekatkan persaudaraan meskipun tidak pernah bertemu sebelumnya  dan hampir mirip ajang bersilaturahmi antar sesama. Selain itu, bersepeda apabila diperjalanan tidak henti-hentinya bersholawat kepada Nabi dan selalu mengingat Allah SWT atas hasil ciptaan-Nya, maka semuanya akan bernilai ibadah.

Hamba tidak berani menganggap bahwa bersepeda adalah sunnah karena tidak ada dasar apapun yang membuktikannya. Secara akal pun teknologi bersepeda juga belum secanggih zaman industri seperti sekarang. Geografis daerah timur tengah kurang mendukung untuk olah raga yang mengandalkan tenaga kayuhan diatas putaran pedal.

Hamba hanya bisa meniru kebaikan dari tingkah laku beliau dan semuanya perlu proses yang sangat panjang. Masih jauh dari suri tauladan sebenarmya bahkan menyebut ahli meniru sifat Nabi sepertinya juga tidaklah pantas.  Bahwasanya Nabi adalah manusia pilihan Allah SWT sebagai dijadikan figur panutan manusia diseluruh alam. Berharap disetiap langkah agar kelak Nabi bisa tersenyum bangga melihat umatnya saling bertegur sapa, berkawan baik, selalu menebar kebaikan, menjaga kerukunan, tawadhu dalam berbicara, menerima nikmat dengan rasa syukur dan hanya itu yang dapat hamba lakukan sebagai umatnya.


Hidup Diatas Jari

Semburat layar megah menyembur halusinasi dua mata hanyut seakan lupa. Sayup lirih zaman kerajaan laksana keris terkekang dibalik jarik dan stagennya. Menautkan hati dan pikiran untuk selalu tidur bersamanya. Diatas jari kemudian hidup didunia yang bukan sebenarnya. Dunia yang bukan miliknya hanya sebatas tulisan.
Penghuni dunia marah disaat fatamorgana terlukis begitu saja. Matanya membuka lebar terbangun sebegitu kagetnya. Sadar bahwa ia hidup dalam dunia nyata. Menjadi tugu diperempatan yang selalu tersenyum kepada sesamanya.
Buih air gemercik tak pernah terbesit menjadi penghalang kemesraan diantara keduanya. Jika itu telah menjadi separuh jiwa bercintalah dikamar hingga orang lain tak mengetahuinya.

Makna Megono

Bahan dasar megono terbuat dari nangka muda (gori) dan kelapa(kelopo).
Gori mempunyai makna "gogoh ri" berasal dari kata gogoh berarti mencari dan ri berhubungan dg sesuatu yg bisa membahayakan, baik diri sendiri maupun orang lain.
Tujuan menggunakan gori yang masih muda yaitu sebisa mungkin dapat mencari kesalahan diri sendiri sejak usia muda agar kelak ketika dewasa akan lebih mudah "biso rumongso" dalam pergaulan.
Sedangkan kelapa muda atau sering orang Jawa menyebutnya kelopo mempunyai makna "kekancan loro lopo".
Tujuan menggunakan kelapa agar manusia bisa menjadi teman yang mempunyai banyak manfaat bagi sesamanya disaat susah dan senang.
Jadi makna megono mengingatkan kepada manusia untuk selalu mencari kesalahan diri sendiri dan mendidiknya menjadi manusia yang bermanfaat dikala susah maupun senang.

Beda Fokus

Dua pemuda mengikuti ajang sayembara disebuah kerajaan.
Abdi pemuda polos dan jujur sedangkan Karya pemuda ulet dan pekerja keras.
Hampir tiada beda dari sisi kebaikan diantara keduanya sampai suatu saat Raja memberikan sandiwara kepadanya.
"Barang siapa dg kesungguhan menjalankan titah Baginda Raja maka akan Ku beri istana dan seisinya, termasuk permaisurinya".
Abdi memulai beberapa fase ujian dg kepolosannya ia tidak berharap apapun kecuali pandangan sederhana baginya yaitu melaksanakan titah dari Rajanya.
Begitu pula dg Karya juga mengikuti fase ujian yg sama karena keuletannya ia sering melebihi tugas-tugas yg diembannya. Ia merasa lelah karena pengharapan baginya kebaikan Raja berupa istana nan megah.
Sampai pd pengumuman mereka berdua lolos menjadi pemenangnya. Raja pun berkata kepadanya
"Hai Abdi motivasi apa yg kau harapkan dari semua tugas-Ku?"
Abdi pun menjawab,
"Karena kecintaanku kepada Baginda, apapun perintah-Mu akan saya lakukan".
Sedangkan km Karya, Apa jawabanmu?
Karya pun menjawab,
"Karena aku lelah sebagai manusia biasa Baginda, aku ingin hidup di istana".
Raja membalas dari semua jawaban, "Kalian semua adalah rakyatku yg patuh kepada Rajanya. Aku menyatakan kalian lulus mengikuti sayembara-Ku. Untuk itu Saya menghadiahkan istana kepadamu Karya karena sesuai dengan motivasimu mengikuti sayembara.
"Sedangkan km Abdi akan hidup berdampingan bersama-Ku di istana yang lain dan kebahagiaan mu Aku jamin seutuhnya".
Karya menyela dari percakapan tersebut.
"Wahai Raja, mengapa Engkau memberikan izin kepda Abdi untuk tinggal bersama-Mu?"
Raja pun menjawab,
"Karena Abdi menjalankan perintah-Ku atas dasar cintanya Kepada-Ku, apa Aku rela membiarkannya Abdi di Istana sendirian?"
Tamat.

Penyu

Jangankan pemandu lagu hingga menjelang pagi mereka bekerja.
Penyu pun turut bekerja dengan susah payahnya berjalan menuju ke darat hanya untuk mengeluarkan telurnya.
Lalu manusia dari kejauhan melirik kegirangan, "Asyik tangkapanku hari ini lebih banyak"
Rasa letih mengeluarkan telurnya seperti kodrati kaum hawa. Berjuang demi kelangsungan ekosistem laut tempat hidupnya. Kemudian mencoba sekedar rileks kembali ke pantai
Tak sadar bahwa tari temari kaum manusia bersorai merayakan jumlah telurnya.
Hidupmu sungguh indah kawan begitu mudahnya nikmat yang didapat hingga peluhku harus mengucur dipelupuk mata.
Sungguh nikmat mana yang engkau dustakan?


Saturday, 18 June 2016

Empan Papan

Slogan jawa yang menitikberatkan penempatan sebuah alat atau pun cara pandang yang sesuai dengan tempatnya maka akan menghasilkan kesesuaian baik secara unsur budaya, tata krama bahkan syariat agama.

Menggunakan Saron sebagai pengiring langgam pada pentas kesenian.

Semisal kata "Panjenengan" diperuntukan kepada yang berusia muda kepada yang lebih senior (tua).

Hadist Kanjeng Nabi "Senyumu adalah sedekah", apabila slogan Empan Papan tidak digunakan dan hanya dicermati dalam sebuah kalimat disaat kotak infaq masjid berada di depannya kemudian ia terus senyam senyum dan teman sebelahnya berkata :

"Lho mas...kok senyam senyum sendiri tho?"

Kemudian menjawab :

"Saya sudah mengamalkan sunnah karena senyum itu sedekah".

"Eh...lha dalah mas...mas....yg dimaksud senyum itu sedekah bukan berarti disaat disodori kotak infaq terus cuma senyam senyum aja...kepriwek yak?" Mas satu ini.

Buka Bersama Repoeblik MTB

Bertempat di basecamp Repoeblik MTB hari Sabtu 18 Juni 2016 Jalan Jendral Sudirman Pekalongan. Acara buka bersama digelar bersama tim Repoeblik MTB dan para penggiat sepeda di Pekalongan dan sekitarnya. Basecamp terletak dibagian tepi jalan pantura, yang kebetulan sore itu diguyur hujan.  Rumah kapten tim Repoeblik MTB Om Rowi adalah ruang publik pengolah segala kegiatan tim, tempat ber-meetting, tukar pikiran, tempat mekanik sepeda bahkan acara buka bersama seperti ini dilakukan hampir ditiap tahunnya.

Kebersamaan teriring meskipun hujan melanda. Keadaan tersebut dilukiskan sebuah rumah dengan berbagai tamu yang mengikuti acara buka bersama. Hujan menjadi sajian istimewa menambah kebersamaan melahirkan kehangatan diantara mereka. Salam dari tamu yang hadir membawakan sebuah berkah tersendiri kepada Om Rowi sebagai pemilik rumah yang digunakan dalam acara buka bersama.

Tamu undangan yang hadir terdiri dari anggota Repoeblik MTB beberapa perwakilan komunitas sepeda lainnya yaitu dari MTB Pekalongan, Pekalongan Downhill Community, Just Bike, Pekalongan Roadbike Community dan penggiat sepeda lainnya. Mereka menyatu dalam suasana Ramadhan dengan keceriaan menunggu adzan magrib untuk berbuka. Ngobrol bareng diantara mereka yang kebetulan jarang bertemu, pada momen ini mereka sekaligus menjadi ajang untuk bersilaturahmi yang bermanfaat.


Sajian santap buka puasa telah terhidang diatas meja dengan tumpukan puluhan piring dengan menu buka pindang tetel khas Pekalongan.  Ada yang menarik dari sajian tersebut yaitu persiapan menu dilakukan oleh tim Repoeblik MTB yang mayoritas cowok semua. Sebagian dari mereka sibuk mempersiapkan segala macam acara ada juga yang bekerja di dapur masakan diantaranya memotong daging, membersihkan piring, menata menu makanan dan sebagainya. Mereka berevolusi menjadi sesuatu yang harus menjadikan dirinya bisa bermanfaat untuk orang lain. Memang hobi bersepeda itu mesti ada unsur sosialnya karena hobi yang sama akan membentuk kominitas dan didalamnya muncul ide kebaikan ditiap diri anggotanya masing-masing.

Adzan maghrib berkumandanng pertanda untuk segera membatalkan puasa. Menu minuman es campur terdiri dari beberapa irisan buah timun suri, biji selasih serta sirup frambozen menjadi sasaran utama pembuka buka puasa. Mereka tidak larut tergiur dengan aneka makanan yang disediakan panitia. Kegiatan selanjutnya melakukan sholat berjamaah kemudian makan bersama sebagai acara intinya.


Menginjak acara berikutnya kapten tim Repoeblik MTB Om Rowi mengadakan rapat kecil yang membahas tentang keprihatinan bencana rob di Pekalongan dan sekitarnya. Kebetulan memang salah satu anggota dari tim ada yang menjadi korban bencana rob yang masih hangat menjadi sorotan publik untuk penggalangan dana. Satu per satu merespon yang melahirkan pemikiran untuk melakukan penggalangan dana yang nantinya akan didistribusikan kepada korban bencana pada hari Jumat pekan depan. Antusiasme dari peserta juga sangat mendukung atas rencana tersebut terbukti dari semua yang hadir hampir semua mendonasikan uangnya secara tunai. Lagi-lagi Om Ipul Hoze didaulat sebagai ketua koordinator acara untuk menindaklanjuti secara teknis berjalannya acara hingga hari pelaksanaannya.

Sungguh bersyukur dari sebuah hobi terbentuk sebuah komunitas yang melahirkan ide-ide kebaikan sesamanya. Kebersamaan yang dibentuk atas rasa keikhlasan maka akan menimbulkan cahaya kebaikan menembus ruang hati manusia untuk berempati dibulan Ramadhan yang penuh berkah. Semoga Repoeblik MTB bisa terdepan dalam menjalankan fungsi sebagai komunitas sepeda sekaligus menjadi komunitas kemanusiaan bagi mereka yang masih membutuhkan kepedulian atas musibah yang menimpanya, Amin.

Balada Tukang Sayur

Tukang sayur, pantasnya bukan seperti itu sebutannya, “Ohh..iya lebih jelas penjual sayur tepatnya”. Pagi sekitar jam 10 motor bebek berkali-kali menyuarakan klakson melintas tepat di rumah saya membawa keranjang besar setinggi pengendara didepannya. Sayuran, bahan makanan lainnya dibawanya keliling masuk keluar gang mencari pelanggannya.

Klakson adalah sebagai cara uniknya memanggil pelanggannya yang rata-rata berada didalam rumah. Komplek perumahan sepi dipagi hari membuat suara klakson berkali-kali menjadi tanda kedatangan penjual sayur sudah datang, ibu-ibu pun mulai keluar rumah. Menyambutnya dengan penuh rasa harap bisa belanja sesuai yang diinginkannya.

Suara khas ibu-ibu menanyakan harga sayuran, dengan segenap pertanyaannya.
”Wortelnya bagus pak, gede-gede
“Ya bu...silakan dipilih aja buat sop enak ini”
“Kok gak seperti biasanya pak?”
“Biasanya lebih kecil bu, ini wortel dari Slawi”
“Ohh...iya pak ini satu plastiknya berapa pak?”
“Satu plastik isi tiga bu harganya enam ribu”
“Kok lebih mahal dari yang biasanya ya pak?”
“Kan lebih bagus bu wortelnya”
“Harganya dikurangin lah jangan enam ribu”
“Saya kurangin lima ratus bu, jadi lima ribu lima ratus gak apa-apa ya buat ibu”
“Kok Cuma dikurangin lima ratus pak?”
“Iya bu dari sananya sudah mahal bu”
“Tapi saya butuhnya cuma satu pak”
“Yah kalo satu gak boleh bu, harus satu plastik sekalian”
“Kalau saya beli satu plastik saya terlalu banyak pak”
(Penjual sayur pun sejenak diam)
“Oiya gak papa deh bu buat ibu saya jual eceran yang penting bisa laku”
“Jadi kalau beli eceran satuannya berapa pak?”
“Kalau eceran satuannya dua ribu bu”
“Oh kok jatuhnya sama pak harganya, mbok dikurangi lagi ?”
“Kok minta dikurangi bu harganya? ini sudah murah lho bu”
“Dikurangi lah harganya pak, jadi seribu lima ratus ya?”
(Penjual sayur pun diam lagi sejenak, kemudian dengan kepasrahannya penjual sayur kembali menjawab)
“Iya bu seribu lima ratus per biji, sayur lainnya silakan bu mumpung masing seger-seger nih”
(mungkin dalam hatinya penjual sayur berharap bisa membeli sayuran lainnya agar dia mendapat keuntungan lainnya)
“Kalau perbiji seribu lima ratus dibolehkan aku belinya gak jadi satu pak, saya beli tiga ya pak?”
(penjual sayur hanya tersenyum kecil sambil memasukkan sekantong wortel kedalam plastik)
“Iya bu...buat penglaris saja”

Bapak penjual sayuran sangat legowo, telaten dan sabar dengan keadaan masing-masing karakter pembelinya sangatlah pantas. jika hari dia berhenti di samping rumah sudah ada empat pembeli yang berdatangan kepadanya. Mereka asyik dengan kegiatan memilih bahan makanan, variasi barang dagangan beraneka ragam hingga bumbu dapur pun tersedia hingga buah-buahan sehingga pembeli merasa puas dengan lengkapnya segala kebutuhan yang mereka inginkan.

Disisi lain ada pemandangan yang membuat saya terenyuh (terharu) yaitu diwaktu bersamaan datang penjual sayur melintasi kerumunan itu. Seorang ibu berbadan kurus berkulit agak coklat tua menggunakan sepeda bututnya membawa keranjang sayur, namun barang bawaannya tidak semeriah bapak penjual sayur tadi. Hanya beberapa kebutuhan sayur pokok yang saya lihat, bahasa tubuh ibu ini melirik rekan sejawat penjual sayur (bapak penjual sayur) yang asyik sedang melayani pembelinya. Dengan kayuhan pelan ibu ini melintasi seakan dia tidak ada yang menghiraukan kedatangannya. Semua sibuk dengan aktifitasnya memilih barang belanjaan. Entah sesuatu apa yang ada dipikiran ibu penjual sayur ini. Panas pun semakin menyengat ibu penjual pun terus mengayuh menjauh dan mencari calon pembeli lainnya yang mau membeli barang dagangannya.

”Ya Allah... Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan serta kebahagiaan rasa bersyukur. Usia yang tidak muda lagi senantiasa masih berjuang demi kebutuhan untuk menyambung hidup. Barang dagangan tidak sebanyak itu membuktikan bahwa modal dari ibu ini tidaklah besar. Namun keadaan ini tidak membuatnya pasrah dengan keadaan. Ia tetap berusaha menawarkan barang dagangannya kepada calon pembelinya dan berharap calon pembelinya mau menerima apa adanya barang yang ia jajakan mungkin hanya itu yang dapat ia jual. Salam hormatku kepada ibu penjual sayur semoga semangatmu akan mendapatkan ganti sebagai kebahagiaan  kekal  yang akan menyertaimu kelak di syurga Nya Allah SWT, Amin”.

Friday, 17 June 2016

Ngemong Puasa

Suatu saat orang tua melihat selisih beda pendapat dari kedua anak laki-lakinya
Perkara sepele yang diciptakan orang yang sengaja merusak sendi kekuatan batiniah dirinya.
Mereka bersitegang mempertahankan argumen pendirian dari otoritas otaknya.
Tak kan pernah ada rasa menghargai diantaranya
Kakak yang selalu benar mengenai pikirannya yang merasa lebih dewasa
Adik yang tidak ingin kalah mengenai eksistensinya dari sebuah perhatian
Mereka larut kedalam jurang pemisahan
Mereka tenggelam kedalam lautan kedengkian
Dengki yang tak pernah usai dari menjawab setuju ataupun tidak setuju
Bahkan mereka lupa awal mereka dari sebuah tempat yang sama rahim seorang ibu
Rahim yang diambil secara langsung dari Pencipta yang berarti  penyayang
Mereka lupa hakekat sebenarnya untuk saling menyayangi
Saling melindungi bukan saling menandingi
Oh...Rasa ke-Bapak-an-mu kian punah bahkan jumlah bapak mu tiap hari berkurang
Oh...Bapakmu berubah menjadi pelindung dari salah satu dari keduanya.
Kami yang melihat anak mu bertengkar
Sangat  mengharapkan rasa ke-Bapak-an-mu lebih ada ditengah mereka
Tidak hanya mendamaikan bahkan meneliti perusak sendi batiniah keduanya
Maka bergegaslah menjadi pendamai dari angkara yang kasat mata
Mendobrak kekuatan mereka dan percayalah Indonesia kita bukan sekarang.

Melainkan esok yang tak pernah tau masa kejayaannya.

Puasa Libur

Nasi yang sudah tertata rapi di meja makan menjadi tanda  Dharma sudah selesai tugasnya.  Yatmi yang sudah bangun jam 03.00 dini hari menyiapkan masakan tak ada yang beda dengan hari biasanya mereka lakukan. Tempe goreng menu kebiasaan yang  tidak pernah tertinggal dengan khas bawang putih dan sedikit garam sengaja Yatmi buatkan beserta kecap irisan lombok rawit sudah membuat mereka mencapai kenikmatan hidup sesungguhnya.

Ramadhan membuat Yatmi masih memilih untuk tidak berjualan seperti biasanya. Hidup kepasrahan menerima nafkah dari Dharma seberapapun yang diperolehnya saat mencium tangannya disore hari entah barang dagangan masih tersingkap di keranjang sepeda maupun Dharma pulang lebih siang saat pasar ramai mencari barang dagangannya. Menekan segala keinginannya membuat ia sadar bahwa menikmati hidup bukan menurut orang lain melainkan membebaskan pilihan diri sendiri atas nikmat dihari itu.

Yatmi tidak merasa miskin meski orang lain menganggap hidupnya dibawah rata-rata orang dikampungnya. Semisal pun orang menanyakan kepadanya mengenai kecukupan nafkah yang diterimanya, maka hanya senyuman kecil yang tak bermakna selain kebahagiaan hidup bersama suaminya Dharma. Laki-laki hampir tidak pernah menandakan soerang yang mempunyai kehidupan  religius di masyarakat. Bakti yatmi begitu teguhnya kepadanya karena percaya bahwa hanya prinsip penghambaan diri yang dilakukan Dharma sudah mendarah dalam sujud sepertiga malam mensyukuri atas nikmat yang ia terimanya hari ini dan mengharap lebih lagi mensyukuri atas nikmat esok yang belum pernah terjadi.

Jalan kehidupan tidak mengharapkan mudah justru kesulitan menjadi buah kedewasaan Yatmi. Wujud dari realitas kehidupan telah hadapi Yatmi menerima keadaan yang Tuhan berikan kepadanya. Sore yang tak menentu terhadap hasil yang diterima Dharma menyisakan cerita tersendiri saat keadaan terhimpit kebutuhan. Memang takaran dari keluarga mereka hanya kebutuhan bukan keinginan, itu pun mereka masih terus belajar memaknai hidup beserta kewajarannya. Mereka hanya menjalan Pikiran mereka harus lebih diperas disaat kebutuhan mereka tidak bisa terbayar dengan penghasilannya.  Saudara Yatmi yang terkadang turut membantu meski suatu saat bantuannya tersebut dikembalikan lagi.


Hanya satu sumur didalam rumah mereka di bulan Ramadhan ungkapan tersebut sangat patut  bagi keluarga Dharma. Hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya, semangat Yatmi tentunya lebih leluasa untuk berkhidmad melayani suaminya. Sebelas bulan yang  Tuhan berikan kiranya sudah cukup untuk membantu perekonomian suaminya. Keyakinan yang dalam terhadap pemberian rezeki tidak semata dinilai dari penghasilan, keadaan hati yang damai dan legowo menikmati rasa syukur senantiasa terbawa dalam hari-harinya. Tentunya hal tersebut tidak semua orang dapat merasakannya karena kebahagiaan sejati terletak dalam hati untuk bisa menerima kehendak-Nya.

Thursday, 16 June 2016

Plastik dan Botol

Meski sudah terlambat saya tetap ingin merespon mengenai kebijakan pemerintah dalam mengendalikan jumlah  sampah plastik yang semakin menngkat. Kebijakan tersebut berlaku di supermarket maupun minimarket seperti alfarmart dan indomart. Kejadian pun saya alami saat berbelanja di Indomaret waktu itu hanya membeli suplemen iseng-iseng mencoba pemberlakuan kebijakan tersebut, pilihan saya pun masuk ke  Indomaret.

“Selamat datang di Indomart”, sambil senyum centil khas keramah tamahan, aku masih terkaget dengan slogan pembeli langsung disambut kekompakan tim Indomaret.
“Mbak Omeproz 1”
“Seratus empat puluh lima ribu rupiah” senyum Mbak Kasir dengan muka sumringah. Saya pun akhirnya memberikan uang lima puluh ribuan tiga lembar.
“Uangnya seratus lima puluh ribu rupiah, mau nambah pulsanya sekalian mas? Tersenyum lagi menawarkan pulsa
“Ndak usah mbak....”masih berlaga gak butuh
“Ini suplemennya ya mas...” sambil menyodorkan omeproz ke tangan saya, ada yang tidak seperti biasanya dan begitu janggal. Mungkin karena ia melihat bahasa tubuh saya kemudian nyeletuk.
“Mas kalau mau diberi plastik nambah Rp. 200”, sedikit terkaget dalam hati ternyata memang sudah diberlakukan.
“Oh yaa...mbak tapi aneh ya Mbak kebijakan pemerintah, yang dilarang kok bungkus plastiknya gak bungkus barang belanjaannya. Padahal orang belanja itu yang mengandung plastik dan  botol adalah barang belanjaanya bukan plastik pembungkusnya, Mbak kasir pun juga sempat bengong, (gak begitu pasti bengong mikir apa memang baru nyadar)...ah,...sudah lah mbak gak usah dipikirin...makasih yaa” sambil nyelonong keluar.

Saya sangat setuju sekali atas pengurangan jumlah plastik dalam berbelanja. Apabila tidak menggunakan plastik pun juga saya tidak dirugikan. Menilik lebih lanjut bahwa jenis plastik di Indomaret akan lebih mudah terurai tanah sesuai dengan icon yang tertera meskipun saya belum meneliti sendiri makna yang tercetak dalam plastik tersebut.

Saya juga berfikir bahwa jumlah plastik barang belanjaan lebih banyak jenisnya dari makanan, kebersihan dan sebagainya. Hampir semua barang dibungkus plastik yang tidak teridentifikasi jenisnya, mudah terurai atapun tidak. Belum lagi bahan kebersihan diri misalkan shampo yang rata-rata menggunakan botol plastik secara pandangan saya, botol plastik lebih susah terurai dengan tanah dibandingkan dengan plastik biasa.


Kebijakan yang sangat nyata apabila dilihat dari akar sebuah sampah yang dihasilkan oleh industri. Limbah barang produksi tidak hanya menyangkut dari proses barang melainkan pemanfaatan barang setelah diterima konsumen. Akan lebih menarik apabila semua yang berhubungan dengan wadah sebisa mungkin diminimalisir, Apabila bisa diganti dengan bahan lain misalkan diganti dengan kertas itu lebih baik.Teknik isi ulang juga akan mengurangi sampah berbentuk botol yang sekarang sudah diberlakukan oleh cairan anti nyamuk, pelembut setrika dan lainnya. Saya menunggu kebijakan diperuntukan kepada produsen yang masih menggunakan botol untuk menyediakan isi ulang dalam bentuk lain selain menggunakan botol.