Sunday 30 April 2017

Maiyahan Tergesa-gesa


Sudah berencana sore ini saya akan ke Semarang menggunakan kereta Kaligung Mas. Biasanya saya sudah memesan tiket satu hari sebelumnya kali ini saya ndableg berkeyakinan sore bisa beli tiket pas satu jam sebelum jadwal pemberangkatan dari Pekalongan. Motor grand melaju agak kencang menuju ke Stasiun Pekalongan sekitar pukul 16.30 dengan harapan masih ada sisa tempat duduk yang bisa saya beli. Sebelumnya temen saya yang bernama Cak Su’ud telah mewanti-wanti agar membelikan juga tiket keretanya kemudian sepakat berangkat bersama.

Sepeda motor saya parkirkan langkah saya menuju bagian loket kereta api. Hanya ada dua penumpang yang berada di ruang tunggu dan hanya satu petugas jaga loket yang masih berdinas sore ini menjelang magrib. Saya begitu kagetnya karena ada calon pembeli masih terlibat dalam pemesanan tiket berdiri bersama petugas penjual tiket. Dari pembicaraan tersebut pupus harapan tujuan sama ke Semarang tidak bisa dilayanai karena kehabisan tiket. Harap-harap cemas keberadaan antrian saya di belakang selisih 3 calon penumpang yang sedang mengantri.

Tiba diantrian saya melangkah menuju loket pembelian tiket menanyakan tujuan ke Semarang sebelum jam 19.00 WIB berangkat dari Stasiun Pekalongan. Prediksi saya tidak meleset tiket tujuan Semarang telah habis, ucapan terima kasih menjadi penutup perjumpaan dengan mbak-mbak petugas loket yang memberikan senyum terpaksa karena tuntutan pekerjaan.

Saya masih duduk-duduk di teras loket menghadap ke tempat parkir kendaraan. Perhelatan antara mengiyakan ke Semarang atau diurungkan kembali ke rumah. Kalau masih tetap pergi pertanyaan yang terbesit adalah waktu yang dibutuhkan menuju maiyahan cukup bisa mengejar agar pukul 20.00 WIB sudah berada di Balaikota Semarang?. Kembali lagi meminta pendapat dari teman saya Cak Su’ud yang belum juga memberikan kabar hingga saya sudah stanby di depan stasiun.

Tak lama kemudian isyarat datang melalui pesan singkat whatsapp massanger dari Cak Su’ud yang menyuruh saya datang ke kantor dimana beliau bekerja yaitu disalah satu SMK Negeri di Pekalongan. Ajakan tersebut aku iyakan tanpa ba bi bu kendaraan saya melaju seiring kumandang adzan magrib telah berlalu. Cak Su’ud telah siap mengenakan jaket hijau setengah hitam dengan muka kucel kecapean agak kesal ketika tiket kereta api tidak bisa saya dapatkan. Tawaran lain menggunakan sepeda motor menuju ke Semarang namun keinginan tersebut segera ditepis karena faktor keamanan. Lantas, hanya menggunakan alat transportasi travel gelap yang hanya menggunakan mobil plat hitam jam segini masih ada yang beroperasi. Cepat-cepat saya dan Cak Su’ud menuju pool komunitas travel gelap di kawasan Terminal Pekalongan. Alhamdulillah keinginan maiyahan bisa sedikit lega karena telah memasuki perjalanan menuju ke Semarang sebelum jam 19.00 WIB. Segala harapan agar bisa cepat sampai dikabulkan juga oleh Allah SWT jalanan terasa lengang sehingga Pak Sopir bisa leluasa memainkan aksi pacuan mobil transportasi berplat hitam ini. Sampai Balaikota Semarang alhamdulillah acara telah dimulai bebarengan, terlalu tergesa-gesa maiyahan kali ini.


No comments:

Post a Comment