Sunday 30 April 2017

Gowes Bareng MTB Jateng dan DIY

 Peserta Gowes Bareng yang sempat melakukan foto bareng diakhir acara

Jurangjero Bike Park, terletak di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang menjadi ajang pertemuan para goweser Jawa Tengah dan DIY. Acara tersebut digelar pada hari Minggu (30/4) dengan konsep kopi darat (kopdar) dan gowes bareng di sekitar lereng Gunung Merapi. Jumlah peserta yang mengikuti acara berjumlah kurang lebih 75 goweser yang berasal dari Magelang, Jogja, Temanggung, Boja, Purwodadi, Pekalongan, Purbalingga dan Semarang.  Adapun titik start gowes  dimulai dari menara pandang obyek wisata Jurangjero  dan berakhir hingga titik finish yang mencapai jarak kurang lebih 5 Km yang merupakan jalur all mountain.

Setelah memasuki kawasan trek sepeda goweser disuguhi pemandangan kawasan hutan pinus dengan landasan jalan berbahan dari pasir khas lereng Gunung Merapi. Suasana gerimis tidak menyurutkan semangat para goweser meliuk-liuk melakukan handling bahkan memacu kecepatan turunan ala trek all mountain dan sedikit obstacle berupa drop-drop kecil yang bisa meningkatkan skill pengambilan keputusan agar sesuai dengan jalur trek. Diakhir menjelang garis finish goweser dihadapkan oleh dua jalur air yang disana sudah disambut peserta lain yang menanti agar bisa menyeberang melewati genangan air. Tak lupa mereka mengabadikan foto  disetiap goweser berhasil ataupun malah terjatuh dan tertawa bersama.

Skill yang dibutuhkan dalam melewati rintangan air.

Bagi peserta yang mempunyai nyali lebih, bisa mencoba trek downhill yang panjangnya kurang lebih 3 Km tentunya disana lebih berat rintangan berupa drop off, table top dan gap jump. Hal yang perlu diperhatikan ketika memasuki area trek Jurangjero Bike Park semua peserta wajib memenuhi standar keamanan diri berupa helm sepeda, pelindung lutut, kacamata dan pelindung leher sesuai dengan kualifikasi jalur treknya.


Acara serupa digelar tiap 3 bulan sekali yang dikomandani oleh Mas Lembu berasal dari komunitas MTB Temanggung. Harapan dari salah satu tim gowes dari Pekalongan agar acara gowes bareng ini kerap diadakan sebagai pemererat silaturahmi antar penggemar olah raga sepeda gunung. Acara gowes bareng MTB Jateng dan DIY ditutup menjelang sore bersamaan dengan komunitas sepeda downhill yang juga melakukan latihan bersama dalam rangka menyiapkan acara Jurangjero Fun Dowhill yang akan digelar hari Minggu (7/5). 

Akses Tirto Agung

Merupakan jalan penghubung antara Jalan Ngesrep dan Jalan Durian Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Semarang Selatan. Seperti jalanan kota pada umumnya, pada jam aktif pagi dan sore hari frekuensi kendaraan memadati jalur pintas yang juga menuju pintu masuk dan keluar tol banyumanik.

Keterbukaan masyarakat dengan pendatang mendorong jumlah pedagang kuliner bisa mengembangkan bisnisnya di sepanjang jalan tirto agung. Prioritas utamanya yaitu fungsi lain sebagai jalan menuju sarana pendidikan. Karenanya menjadi magnet melahirkan komunitas baru berupa masyarakat akademisi.

Berbagai kesibukan yang dapat ditemui pagi hari kendaraan terus menjejali kedua arah. Rutinitas ke sekolah, kampus maupun tempat bekerja terus membuat Jalan Tirto Agung tak sepi pengguna.

Kini Jalan Tirto Agung semakin ramai dan telah dilirik oleh pemerintah tentang keberadaannya. Terbukti telah dibukanya akses ruang publik seperti Taman Tirto Agung setidaknya memberikan nuasa santai bagi siapa saja yang melintasi akses jalan ini.

Maiyahan Tergesa-gesa


Sudah berencana sore ini saya akan ke Semarang menggunakan kereta Kaligung Mas. Biasanya saya sudah memesan tiket satu hari sebelumnya kali ini saya ndableg berkeyakinan sore bisa beli tiket pas satu jam sebelum jadwal pemberangkatan dari Pekalongan. Motor grand melaju agak kencang menuju ke Stasiun Pekalongan sekitar pukul 16.30 dengan harapan masih ada sisa tempat duduk yang bisa saya beli. Sebelumnya temen saya yang bernama Cak Su’ud telah mewanti-wanti agar membelikan juga tiket keretanya kemudian sepakat berangkat bersama.

Sepeda motor saya parkirkan langkah saya menuju bagian loket kereta api. Hanya ada dua penumpang yang berada di ruang tunggu dan hanya satu petugas jaga loket yang masih berdinas sore ini menjelang magrib. Saya begitu kagetnya karena ada calon pembeli masih terlibat dalam pemesanan tiket berdiri bersama petugas penjual tiket. Dari pembicaraan tersebut pupus harapan tujuan sama ke Semarang tidak bisa dilayanai karena kehabisan tiket. Harap-harap cemas keberadaan antrian saya di belakang selisih 3 calon penumpang yang sedang mengantri.

Tiba diantrian saya melangkah menuju loket pembelian tiket menanyakan tujuan ke Semarang sebelum jam 19.00 WIB berangkat dari Stasiun Pekalongan. Prediksi saya tidak meleset tiket tujuan Semarang telah habis, ucapan terima kasih menjadi penutup perjumpaan dengan mbak-mbak petugas loket yang memberikan senyum terpaksa karena tuntutan pekerjaan.

Saya masih duduk-duduk di teras loket menghadap ke tempat parkir kendaraan. Perhelatan antara mengiyakan ke Semarang atau diurungkan kembali ke rumah. Kalau masih tetap pergi pertanyaan yang terbesit adalah waktu yang dibutuhkan menuju maiyahan cukup bisa mengejar agar pukul 20.00 WIB sudah berada di Balaikota Semarang?. Kembali lagi meminta pendapat dari teman saya Cak Su’ud yang belum juga memberikan kabar hingga saya sudah stanby di depan stasiun.

Tak lama kemudian isyarat datang melalui pesan singkat whatsapp massanger dari Cak Su’ud yang menyuruh saya datang ke kantor dimana beliau bekerja yaitu disalah satu SMK Negeri di Pekalongan. Ajakan tersebut aku iyakan tanpa ba bi bu kendaraan saya melaju seiring kumandang adzan magrib telah berlalu. Cak Su’ud telah siap mengenakan jaket hijau setengah hitam dengan muka kucel kecapean agak kesal ketika tiket kereta api tidak bisa saya dapatkan. Tawaran lain menggunakan sepeda motor menuju ke Semarang namun keinginan tersebut segera ditepis karena faktor keamanan. Lantas, hanya menggunakan alat transportasi travel gelap yang hanya menggunakan mobil plat hitam jam segini masih ada yang beroperasi. Cepat-cepat saya dan Cak Su’ud menuju pool komunitas travel gelap di kawasan Terminal Pekalongan. Alhamdulillah keinginan maiyahan bisa sedikit lega karena telah memasuki perjalanan menuju ke Semarang sebelum jam 19.00 WIB. Segala harapan agar bisa cepat sampai dikabulkan juga oleh Allah SWT jalanan terasa lengang sehingga Pak Sopir bisa leluasa memainkan aksi pacuan mobil transportasi berplat hitam ini. Sampai Balaikota Semarang alhamdulillah acara telah dimulai bebarengan, terlalu tergesa-gesa maiyahan kali ini.


Pino Keluarga Baru

Sudah seminggu Pino satu rumah denganku. Sudah bisa pub (bab) layaknya kucing umumnya bertekstur keras dan agak kering. Kok bahas tentang pub? kata salah satu tetangga pecinta kucing, kalau kucing mencret artinya kondisi tubuhnya kurang sehat, ah...macam manusia saja.

Aktivitas pagi buang hasil pub yang nginep dengan bau wow begitu merbaknya cukup satu ruangan belakang tekontaminasi semua. Cepat-cepat aku evakuasi dari kotak biru tempat kebiasaan pino duduk mengeluarkan hasil pubnya. Pasir-pasir dalam kotak biru sebagai kebiasaan Pino setelah pub harus menutupnya dengan menggeser sebagian pasir kemudian menutupnya bentuk pub diam-diam. Pintu kandang segera aku buka biarkan Pino keliling sekitaran ruang belakang, peregangan setelah semalam tidur melungker  tertahan jeruji besi kandang rumah tercinta.


Seluruh pasir aku tumpahkan ke dalam ember berisi air ku rendam beberapa jam. Cukup menyengat pula bau kencing Pino. Ah..biarkan aku tinggalkan, kembali mengurus Pino mandi lalu shampo sudah aku siapkan segera aku bilas Pino dengan air hangat. Seluruh badan basah kuyup kecuali kepala dan leher kandang yang sudah aku bersihkan sebagai tempat menjemur langsung terkena sinar matahari. Biarkan tubuh Pino kering sementara makanan pelet dan air sudah tersedia di kandang. Seperti mengurus bayi saja hewan lucu dan menggemaskan ini.

Masih Saja

Tongkat waktu di bawah mentari
Masih saja tegak
Menembus laku manusia
Dibiarkan terus ada
Acuh tanpa lirikan
Bunga-bunga rasa
Ingin dikubur sebagaimana nyata
Lalu...
Kembali lagi kitab perasaan
Masih saja ku baca 

PORT - ALL Gowes Jurangjero Bikepark

Sudah menjadi tradisi PORT-ALL mengadakan gowes ke luar kota, destinasi kali ini akan berkunjung ke Jurangjero bike park Muntilan Magelang. Persiapan dilakukan pada malam hari sebelum berangkat yaitu pada hari Sabtu malam Minggu (29/4) bertempat di rumah Om Shodiq Kelurahan Kuripan Lor Pekalongan Selatan. Peserta sudah berdatangan sejak pukul 21.00 WIB dengan membawa sepeda MTB menggunakan sepeda motor yang ditaruh di atas jok belakang.

Mobil pick up berwarna hitam sudah terparkir di depan gang rumahnya Om Shodiq oleh Mas Pande mobil tersebut sudah disiapkan dari pukul 20.00 WIB. Meski ada sudah terkumpul semua sepeda yang akan digunakan gowes, ada satu sepeda yang belum bisa datang karena alasan jarak dari rumah peserta ke tempat persiapan gowes cukup jauh. Sepeda berjenis hardtrail merek Polygon Comic milik Syukron terpaksa harus ready sebelum berangkat.

Hari Minggu (30/4) pukul 04.45 WIB Om Lutfi sudah berada di titik kumpul tepat depan gang rumahnya Om Shodiq. Tak lama kemudian Syukron datang dari Wiradesa menggunakan sepeda disusul oleh Mas Pande menuju musholla sekaligus menunaikan ibadah sholat shubuh. Satu per satu peserta lain berdatangan Om Yayan, Om Amat, Om Hans, Om Taufik, Om Andi dan Om Ink. Sudah kumpul semua, bismillah akhirnya rombogan berangkat pukul 05.30 WIB melalui jalur pantura menuju arah Weleri, Sukorejo, Temanggung, Secang dan Magelang.

Sepanjang perjalanan peserta ngobrol seputar dunia sepeda, “Kalau jenis hardtrail dartmoor masih tergolong mahal, Mas Taufik”, ungkap Om Andi yang terlibat ngobrol santai di kursi paling belakang berhadapan dengan Om Taufik. Lain halnya Om Luhfi dan Om Yayan yang beradu mengingatkan kepada Om Amat agar tidak ngantuk efek karena minum obat anti muntah Antimo. “Paling bentar lagi tidur nehhh...karena efek antimo”, celetuk Om yayan nada ngejek ke Om Amat. Kelakar kecil tercipta saling bercanda mengawali perjalanan.

Istirahat sebentar sembari meregangkan beberapa otot kaki Om Ink kala itu sebagai sopir perjalanan berangkat di dekat pom bensin sekitaran Sukorejo Kabupaten Kendal. Momen tersebut dimanfaatkan oleh peserta lain membeli beberapa perbekalan dan minuman atau sekedar nelunyur masuk ke toilet. Selang beberapa menit kemudian Om Ink sempat menerima panggilan telpon dan ternyata dari koordinator acara tim dari Temanggung yaitu Om Lembu. “Sudah sampai arah masuk sekitaran Sukorejo, Mas”, jawab dengan singkat. Ternyata rombongan kita sudah ditunggu tim lainnya. Akhirnya kita segera beranjak melanjutkan perjalanan.

Saat setelah sampai Temanggung kita sudah disambut oleh persiapan tim MTB Temanggung dengan membawa 2 mobil pick up berisi sepeda gunung. Selang beberapa menit diperjalanan menuju ke Kecamatan Secang tim MTB Parakan juga menunggu berencana berangkat ke Muntilan bersama-sama.

Akhirnya telah sampai juga di Jurangjero Bikepark dengan melewati beberapa titik kemacetan sekitaran Kota Magelang. Saat setelah sampai maka warung makan adalah destinasi pertama sebagai penolong lapar perut keroncongan. Nasi mangut beserta teh panas siap tempur gowes siang ini. Disana pun juga banyak peserta dari kota lain yang kebetulan latihan downhill mengikuti ajang festifal yang minggu depan rencananya akan digelar.

Setelah siap fisik maka selanjutnya menuju ke titik start sepeda harus diloading kembali naik ke atas arah gardu pandang Obyek Wisata Jurangjero. Maka tim PORT-ALL Pekalongan memulai aktifitas gowesnya menuruni perbukitan lereng Gunung Merapi. Pemandangan apik berada dihadapan kita berupa pohon pinus serta trek basah ala pasir Muntilan, menambah rasa percaya diri ketika melenggang ban depan maupun belakang aman dan tidak tergelincir.

Sampai titik finish  kita pun istirahat sejenak terus kembali dilanjutkan naik seperti tidak ada kurangnya gowes kali ini. Namun Syukron memilih berada di musholla menunggu peserta lain menyelesaikan gowesnya kembali. Sore hari menjelang artinya keadaan sekitar Jurangjero pun peserta dari tim downhill sudah mulai beranjak pulang. Datang terlambat pulangnya pun juga sepertinya ini berlaku untuk tim PORT-ALL, pukul 16.30 WIB kita sayonara pulang bersama.

Foto Boerhan Thee Hanz.

Satu Tahun Berjalan

Bulan April tahun 2016 kemarin saat itu saya memulai masuk komunitas blog sebagai bagian merangkai kata berbentuk softcopy. Seakan memperoleh spirit kenangan pertama kalinya bertatapan langsung dengan simbah yang sering disebut oleh kaum mahasiswa saat beliau “menengok” anak beserta cucu-cucunya di Semarang.

Meski terbilang telat mendalami cara berfikirnya secara terperinci, saya masih meraba-raba bagian mana yang cocok yang patut sesuai dari kedalaman wadah yang saya miliki. Berbagai persepsi khalayak merujuk menanggapinya dengan hati-hati lebih tepatnya menyeleksi atas sebuah kemurnian berfikir. Anggapan itu semua luluh lantak karena sangat jelas tercermin dari gaya bahasa dan cara hidupnya beliau.

Terlintas pernyataan mendasar tidak salahnya dicatat dalam sebuah blog agar bisa dilihat kembali tulisan-tulisan lama agar tidak begitu saja menguap lalu menghilang. Itu sebabnya yang melatarbelakangi alasan saya melakukan hal demikian. Energi pengaruh itu lebih besar membangkitkan kemauan berfikir analisis bahkan tidak serta merta menerima hal secara satu arah atau mungkin membutuhkan perenungan sebagai cara menilai dan memberikan respon kedekatan sebuah masalah.

Secara tidak langsung tanggung jawab itu harus saya pangku penuh kehati-hatian meskipun asas publik yang merekomendasikan bebas bahkan berdalih asas demokrasi setiap warga negara. Tentunya kebebasan yang terlalu fulgar sangat tidak elok atas prinsip “memangku kebebasan yang tidak juga bebas” demikian seharusnya. Maka dunia maya bukan berarti tipu muslihat namun suatu saat bisa menjerat dan sungguh semua itu harus dihindari atas sesuatu hal yang dapat merugikan.

Setiap nafas adalah tulisan yang berhembus kemudian berharap, kiranya kegemaran ini hanya asas memanfaatkan notebook pemberian dari ibu saya agar bisa dinikmati bersama. Akhirnya saya pun bersyukur blog ini berumur satu tahun di bulan April 2017, Alhamdulillah “Matur nuwun Gusti, mugi saged nambahing kaberkahan”, Amien.

Foto Muhammad Syukron.