Sunday 26 November 2017

21

dua satu

20

Dua puluh

19

Sembilan belas

18

delapan belas

17

tujuh belas

16

enam belas

15

lima belas

14

Empat belas

13

Tiga belas

12

dua belas

11

Sebelas

10

Sepuluh

9

Sembilan

8

delpaan

7

tujuh

Sambel Kecap

Hidup ini sesimpel rasanya sambel kecap, berasa manis, pedas, asem dan getir, bersatu padu dalam tiap hidangan, apapun sandingannya. Seperti nasehat dari Mas Sabrang yang kurang lebih, "Kebahagiaan itu harus diciptakan dari diri sendiri, maka pandai-pandailah memaknai sekecil apapun bagian hidup kita". Sambel kecap adalah hal paling simpel dibuat tanpa babibu 5 menit siap saji, bisa tambah enak lagi, tinggal minta langsung dihidangkan, "Suargo ndunyo sampean" tegas pakai tanda pentung.

Paling banter tanpa pakai keblinger yaitu bisa menghindari kolesterol, asam urat dan sebagainya. Sambal kecap tetap enak saat dicocol dengan tempe goreng layaknya keserasian batik sarimbit khas Pekalongan, ampuh sebagai pengganjal lapar. Bagi saya, itu sudah melebihi makan di kentucky yang jargon iklannya sangat membohongi publik,"...Jagonya Ayam". Orang Indonesia sudah paham bener, kalau jago ya mesti ayam masa kambing, apalagi kelinci di logo majalah playboy.

Sedikit dari setiap tetes kecap manis yang terbuat dari kedelai hitam malika masih menyisakan cerita. Setiap terbit iklan yang pajaknya dihitung 2% sebagai PPh biaya harus dibayarkan oleh wajib pajak. Artinya untuk memasarkan produknya perusahaan kecap harus tetap memberikan sumbangsih kepada pembangunan negara. Berarti seandaiya saya makan sambel kecap, saya tidak berdosa, paling tidak masih berkontribusi secara tidak langsung dan masih bisa menjadi peserta percontohan masyarakat cinta NKRI harga mati.

Rasa pedasnya cabai setan yang tak surut bagi petani untuk menahan nada tinggi para depkolektor saat menagih angsuran motor miliknya. Harapannya, itu semua tidak terjadi, karena di tiap hasil panennya mereka terus berdoa agar tetap eksis di bidang cocok tanam minimal kembali modal dan sisanya untuk membayar angsuran. Lestarinya petani cabe tergantung dengan jumlah kebutuhan konsumsi dari masyarakat khususnya dalam negeri, maka berlombalah makan pedas agar komoditas cabe turut naik signifikan.

Asemnya rasa tomat masih enak dinikmati, dibandingkan dengan saus tomat yang proses pembuatannya tidak semua orang mengetahui pastinya. Sambel kecap ini bisa sebagai alternatif pengganti saus. Konsep sederhananya "Semakin makanan berbeda bentuk dari bahan awalnya, maka akan semakin enak rasanya, namun bisa jadi tidak selaras dengan kebutuhan tubuh kita", ini hanya slogan teori yang srugal-srugul dan jangan sekali-kali dipercaya.

Terakhir menurut saya bawang merah itu berasa getir. Jadi ingat analogi lirik GETIR, sebuah lagu yang dibawakan oleh Pas Band feat. Reza Artamevia, "Tlah Kucoba Menghindari Semua Getiran Mimpi Yang Menghampiri". Seakan kekhawatiran ini juga dirasakan oleh para petani bawang dari pagi hingga sore petani bawang untuk menjaga kondisi air saat masa tanamnya. Tanpa lain agar hasil panennya mencapai target yang diharapkan.

Yah...selain enak sambal kecap sebagai cerminan ekspresi campur aduk dari masing-masing contoh realitas kehidupan masyarakat, termasuk saya.



Adik Kelas

Hampir 8 tahun ini, saya tidak bertemu dengan adik kelas yang dulu pernah satu jurusan waktu kuliah. Lebih enak dipanggil Maya. Jarak terpisah antar pulau tepatnya Pulau Kalimantan. Penempatan bekerja menjadi alasan yang patut diutarakan bahwa lulusan dari jurusan kuliah saya tersebar di berbagai daerah. Suatau saat Maya menghubungi saya melalui whatsapp massanger. Bersama suami serta anak perempuan tersingkap kebahagiaan keluarga kecil yang dibangunnya. Melalui foto akun pribadi whatsapp  buah hati itu tersenyum bahagia ini yang membuat aku segera membuka laptop kemudian menulis beberapa cerita tentangnya.

Dulu Maya bekerja pada divisi bagian pengelolaan kesehatan.di area pertambangan lepas. Jadi, meskipun ada tim yang bekerja di lapangan, Maya tetap standby jaga kandang di kantor bidang kesehatan. Kabar itu saya dapatkan dari beberapa teman yang juga pernah ikut dalam tim yang sama. Konon masih satu perusahaan outshourching hanya saja beda penempatannya. Terkadang yang bekerja di perusahaan ini, masuk keluar hutang adalah hal biasa ditempuh menuju area pertambangan.

Saya jadi ingat terakhir pas sekitar tahun 2011, waktu itu dia pernah memesan kepada saya sebuah handycraft berupa canting khas Pekalongan diletakkam berjejer dibalik kaca pigura, katanya buat oleh-oleh Pak Bosnya yang dari Australi. Pesanan itu berupa 3 canting yang saya bingkai rapi dengan kaca. Kemudian aku paketkan, tapi sayang sampai tujian canting-canting tersebut harus berantakan karena pengiriman yang kurang bersahabat.
Sewaktu kuliah, saya mempunyai teman sebut saja namanya Gombloh tentunya ini nama samaran agar begitu mudah diingat. Gombloh punya pacar namanya Sri yang tak lain juga temannya Maya satu kelas. Usut punya usut ternyata Maya menyimpan rasa suka kepada saya. Tidaklah saya merasa GR ataupun terlalu bangga diri terhadap kabar yang disampaikan oleh Sri yang pernah megutarakan pesan dari Maya, Saya seakan tidak terjadi apa-apa dan saya sampaikan kita hanya sebatas pertemanan satu jurusan kuliah.

Saya juga merasakan dari gerak geriknya Maya saat jalan-jalan bareng Gombloh, Sri, Kodok, Koko dan Anto di dekat kampus Undip pagi itu.  Dari kontrakan kita bertujuh jalan kaki menuju komplek perumahan sekitaran kampus menuju WIDYA PURAYA atau sering disebut perpustakaannya Undip. Curi-curi pandang yang diam-diam dilakukan oleh Maya pun akhirnya ketahuan saat tiba-tiba, saat pandangan itu sama dalam satu momen saling bertatap, Maya tertunduk menahan senyum.

Kini Maya telah menikah dengan laki-laki yang saya pun tak kenal jelas jluntrungnya.  Saya kira jodohnya itu benar-benar disiapkan oleh Tuhan sebagai seorang pengayom yang berbudi mulia. Semoga semua anggapan itu benar menorehkan kebahagiaan untuk mereka.

Antri

Jadi, siang ini"mak jegagik" alias tiba-tiba teringat Mas Ridho Rhoma yang mengaransemen kembali judul lagu "menunggu" ciptaan seorang ayah, maestro "dangdut is music of my country"-nya Indonesia. Musik yang bisa diterima ke aliran pop, malah bisa memberikan nuansa baru meskipun lirik serta cengkoknya masih melekat erat membalut keseluruhan lagu yang pernah hits nilainya kala itu. Nilai plus lain adalah kegantengan beliau meskipun dikembalikan oleh relatifitas publik. Ini menyerobot penilaian orang awam seperti saya sebagai sosok "good looking" tetap patut ada pada pria kelahiran 28 tahun silam ini.
Lalu, apa yang bisa diambil dari kata judul tersebut?
Lebih dipersempit lagi, saya mengkontradiksikan dengan kejadian "nyelonong" semaunya sendiri, dengan istilah antri yang seharusnya mudah ditemui oleh semua lapisan masyarakat.
Bak kemarau panjang, mata air tersebut tampak sebagai fatamorgana. Krisis nilai mengantri terus merebak, malah berani merampas bahkan menghardik koridor jalur utama sebagai jalan aturan, juga termasuk efek dari sebuah tatanan pengakaran kemudian tumbuh subur sebagai birokrasi hingga sekarang.
Tidak jarang saya mendengar celoteh ibu-ibu yang konon betah antri di kasir mall lalu bergumam, "Aku kok ora betah nek kon antri pas wayah perikso neng puskesmas utowo rumah sakit, mesti suwe".
Demikian pula ada tipikal bapak-bapak yang gemar mengantri di warung ayu, meski yang melayani "slundap-slundup", membuat kopi 3 menit, namun guyon colak-coleknya hingga 15 menit. Seakan memperkuat argumennya, "Ah...bener omongane sampeyan, nek meh perikso ngentenanane suwe".
Jikalau amnesia itu bukan kelainan atau penyakit pasti saya setuju perihal itu sebagai kelalaian yang disengaja, beranalogi dengan cuplikan lagu,"lali tenan opo pancen nglali", kata Didi Kempot di Stasiun Balapan.
Karena di situasi lain ada respon yang berbeda, tapi masih dalam fragmen yang sama yaitu mengantri dalam pelayanan publik. Berlaku pada pelayanan publik di antaranya bank, koperasi simpan pinjam atau sejenisnya yang berhubungan dengan utang piutang.
Tiap kali bersinggungan dengan seorang teller, gincu merah, parfum yang tidak ditemui di pasaran, serta kulit putih khas perawatan krim pagi malam itu benar-benar menghipnotis ruang batas sadar para khalayak nasabah. Kalau saja saya tidak malu, saya tidak sungkan-sungkan bertanya, "Mbak, pakai merek parfum apa sih, kok bau parfumnya tidak ada di etalase Indomaret?".
Semuanya itu adalah hasil dari tunjangan kecantikan atas tuntutan menarik dihadapan nasabah. Disadari ataupun tidak semua itu sebagian diambil dari bea pinjaman, benar-benar tidak gratis dan ternyata efektif membuat para nasabah bisa betah berlama-lama termasuk dalam ruangan ber-AC.
Tidak berhenti disitu saja, kesabaran nasabah ternyata masih bertahan. Tatkala harus duduk mengantri pencairan dana pinjaman. Meski sang manajer bank sedang mengadakan rapat tertutup dengan bapak direksi. Sekonyong-konyongnya, niatan dari semalam suntuk menikmati durian runtuh pinjaman bank itu segera terjadi hari ini juga.
Sangat berbeda memang, pada kondisi serta situasi yang mengharuskan harus mempunyai pandangan yang sama tentang budaya mengantri. Maka seyogiyanya dalam diri manusia mempunyai jiwa pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, berkedaulatan penuh dan berkeadilan sosial. Pada diri manusia mempunyai upaya untuk membenamkan prinsip kemudian berdaulat penuh atas keputusanya, lalu berniat "Antri adalah budayaku". Sedangkan, berjiwa keadilan sosial mampu berusaha meletakkan kesulitan yang sama pada situasi yang berbeda, namun bisa memerankan keadilan dalam proses yang sama.
Jika orang tersebut benar-benar ada, sudah selayaknya memegang prisip NKRI harga mati dan pro pancasila serta Undang Undang Dasar 1945.


Suami Zaman Now

Saya masih mengamati beberapa sampel tipikal suami ideal idaman para istri. Perhatian, pekerja keras, lemah lembut, taat beribadah, penurut, baik hati, suka menolong, tidak sombong, suka menabung dan rajin menjahid. Apabila ada 5 kriteria di atas, cukup Anda sebagai istri bolehlah senyum-senyum sendiri di balik pintu kamar. Segera urungkan niat untuk menuntut wajah suami, harus di vermak seperti Lee Min Ho yang konon bikin "greng", kaum hawa se antero jagad khususnya penggemar drama Korea.

Tidak usah pula suami Anda dipaksakan untuk menggunakan krim wajah pagi malam, sekedar mengencangkan serta memutihkan kulit. Kecuali suami Anda seorang esklamud (es klapa muda) eh, eksmud (eksekutif muda) yang harus bertemu dengan klien bisnis dan penampilan itu bisa membuat janji proyek segera di acc lalu beberapa hari kemudian langsung bayaran.

Nyatanya manusia itu tidaklah sempurna, itulah hipotesis sementara untuk meredam gejolak kesungkanan saya memulai survei dari setiap pasangan yang terlihat romantis hingga ke media sosial.

Lalu apa menariknya dari seorang laki-laki dari pasangan Anda yang disebut sebagai suami?
Laki-laki itu mempunyai habitat sebagai makhluk luar ruangan dari segala aktifitasnya selain kewajibannya dalam keluarga. Sejak kanak-kanak laki-laki mempunyai jangkauan bermain lebih jauh dan lebih ingin tahu hal-hal baru di sekitarnya. Beda dengan perempuan dari kecil lebih pantas bermain masak-masakan di teras rumah. Karena selama itu positif tidak lah menjadi alasan untuk terus tumbuh dan berkembang.

Lalu, apakah semuanya itu berhenti begitu saja?
Menurut saya, itu akan berlanjut dalam dimensi instrumen serta ruang waktu yang sangat berbeda. Artinya laki-laki berpotensi mempunyai kecenderungan untuk melestarikan kegemaran (hobi) dalam rentang waktu yang cukup lama. Bisa jadi, akan bersifat kontinyu meskipun tetap ada pasang surut durasi "gandrung" terhadap hobinya.

Mengarah ke sisi lain yang tak kalah pentingnya yaitu biaya, atau orang jawa sering menyebut "ragad". Saya jadi ingat slogan penyemangat dari penghobi turing "touring" sepeda motor, "wani ragad, wani turing". Dahi saya mengkerinyit menafsiri bahwa berjuta-juta biaya modikasi harus sepadan dengan tekad bulat keberanian turing luar kota bahkan provinsi pantang mundur, nada tinggi dan berapi-api.

Karena laki-laki lebih suka di luar ruangan maka segala macam trik cara termasuk "ngibulin" biaya hobinya, ia masih tetap sebagai juaranya. Di antaranya tips-tips merayu agar nota kesepakatan dari ibu menteri keuangan bisa segera terealisasikan tanpa syarat dan keterangan berlaku kepadanya.

Kemudian seperti apa tentang hobi seorang laki-laki?
Seperti layaknya ketika anak-anak. Bermain sepeda contohnya mutar-muter meskipun capek tetap saja tidak bakalan diam. Bisa jadi kecenderungan ini tetap dilestarikan sebagai pesepeda, pembalap atau lainnya.

Suka merusak mainan atau perabot rumah tangga. Jangan anggap ini merusak, sisi lain bisa berarti bahwa tingkat rasa ingin tahunya anak lebih besar. Semua itu bisa berindikasi bahwa hobinya akan tidak jauh dari otomotif suka memodifikasi kendaraan meskipun pada akhirnya terima bongkar tidak terima pasang.

Kalau anak suka jalan-jalan menyusuri desa layaknya SI BOLANG maka bisa jadi akan diteruskan sebagai seorang traveller bisa melancong ke pelosok negeri, itu nasibnya berpihak, kalau tidak ya cukup nganter istri berlibur ke mall katanya pahalanya berlipat ganda.

Patut dicermati lebih dalam apabila semenjak kecil anak laki-laki Anda menyukai film kartun, robot serta game baik dari android. Bisa diprediksi hobi nantinya tidak jauh yang namanya menonton maen game, nonton film kartun dan mengkoleksi robot-robotan hingga satu almari penuh.

Lalu apa tugas seorang istri atas fenomena naluri dari seorang suami?
Jawabannya simpel dan tidak harus mengeluarkan energi terlalu banyak. Tarik nafas dalam-dalam, lalu kecup kening suami.
InsyaAllah suami akan terus setia menjalankan amanatnya karena menurutnya selama hobi itu positif maka karaoke dan club malam akan tetap buka, namun suami Anda tidak akan masuk dalam list razia satpol Pamong Praja, pada ke esokan hariya.
Terakhir...

Tidak ada hobi murah, kecuali hobi "ngrasani" yaitu meng-ghibah, mendiskusikan kejelekan orang lain. Malah apabila hobi tersebut dipelihara dengan baik, maka nominasi sebagai juara "tukang maido" bisa diraih dari skala rumah tangga membahas hijaunya rumput hingga selimut tetangga. Sampai sekala nasional ngerumpi bicara perpolitikan lalu men-share berita yang tak jelas jluntrungnya. Semoga statemen terakhir tidak terjadi pada suami zaman now seperti Anda.

Friday 10 November 2017

Bos Pertamini

Entah saya harus belajar bersama dengan beliau meskipun dimulai dari dini hari sekedar ngobrol ngalor-ngidul tak jelas jluntrungnya. Kesempatan yang tiap harinya cuma dalam aktifitas membeli bensin dalam batasan waktu yang singkat. Ini membuat lebih penasaran tentang keramahan bahkan menjadi motivasi bagi sejawatnya.

"Bang... bensin 1 botol", biasanya pintaku kepada beliau.
"Ohh..ya mas,..meh neng endi kiye Mas?", jawabnya sambil cengingas cengingis membawa botol beserta corong plastik yang ujungnya dikasih selang.
"Biasa Bang...ngukur dhalan.."sambil buka masker bales cengengesannya bergaya speak-speak zero (omong2 kosong) yang saya pun tahu ini hanya sekedar trik SKSD berkepanjangan.
Tanpa diperintah kemudian Bang Edi menutup tangki bensin dan kemudian beliau bilang, "Uwes mas..." kemudian berlalu, tanpa menagih uang.

Sebagai pembeli yang budiman, tentunya juga gak mau ngeluyur bablas begitu saja. Mau tidak mau harus menyandarkan motor ke samping kemudian memberikan sejumlah uang sebagai alat pembayaran yang sah menurut undang-undang.

Dialektika singkat tersebut ternyata membuat pelanggannya bergantian terus mengisi bensin di tokonya hingga sekarang meski di bombardir sana-sini dengan model bensin menggunakan mesin pompa PERTAMINI listrik.
Di antara pedagang bensin eceran yang belum penuh terisi 1 botol, Bang Edi sudah berani spekulasi dengan mengisi penuh botol bensin tanpa disisakan ruang udara bagian atas. Cara ini dilakukan sudah 7 tahun berjalan dengan usaha dagang yang beliau tekuni.

Saya terus mengamati polah tingkah bapak 2 anak ini yang juga mempunyai hobi naik motor Honda Grand Livina tahun 1996 yang kemarin saja konon baru di ganti lampu LED, tegas beliau dalam percakapan memodifikasi motor kesayangannya.

Kalau di jadikan sebuah penelitian kuantitatif hasil pengambilan data telah mengalami masa observasi selama 7 tahun. Artinya saya bisa menentukan bahwa ada korelasi antara memberikan sesuatu yang lebih kepada pelanggan terhadap kepuasan pelanggan yang berkelanjutan. Terlalu jlimet dan teoritis dan itu kalau saya jadikan skripsi paling cuma di lirik oleh kaum teoritikal dan diberi senyum paksaan.

Upaya beliau kini membuahkan hasil dari seluruh pedagang bensin eceran hampir 90% sudah meniru hal sepele yang dilakukan oleh Bang Edi. Satu botol penuh sebagai syarat utama penjual bensin eceran tanpa ada pengurangan ruang penguapan.

Namun semuanya itu tidak pernah bisa meniru cara keramahan serta logat SKSD nya yang garing. Cara ini seolah olah sudah menjadi standar opersionalnya (SOP) dengan menutup kembali tanki saat setelah melakukan pengisian bensin. Menurut saya sampai saat ini hanya Bang Edi yang bisa melakukannya.


Thursday 9 November 2017

Meniti Adrenaline Jalur Sepeda Desa Rogoselo Kecamatan Doro

Reportase Gowes  Bareng Portall


Jika mendengar  Desa Rogoselo tentunya sangat terkenal dengan keindahan alam hutan karet serta ekowisata perairan jernih sebagai pemasok air bersih di wilayah Pekalongan dan sekitarnya. Desa yang terletak di Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan ini ternyata juga menyimpan sisi eksotis lain yaitu mengenai letak geografis dan struktur tanah yang cocok untuk bersepeda. Dengan melalui tanjakan beraspal yang cukup panjang sekitar 9 km dari Kecamatan Doro para pecinta sepeda yang sering disebut sebagai goweser kerap menjadikan Desa Rogoselo menjadi tujuan akhir bersepeda.

 Seperti yang dilakukan oleh salah satu komunitas sepeda gunung dari Pekalongan yaitu PORTALL pada Minggu (5/11) turut menjadikan Desa Rogoselo sebagai destinasi jalur bersepeda. Dikomandoni langsung oleh Presiden PORTALL yaitu Om Pande Risha dan marshal track (petunjuk jalur hutan) Mas Yayan, rombongan berangkat dari Warung Jepang (Jembatan Panjang) Karanganyar, sebagai titik kumpul dan breifing awal.

Bukan PORTALL kalau tidak ngrusuk (trabas hutan) setiap kali bersepeda baik di wilayah Pekalongan maupun ketika harus keluar kota mencari tempat-tempat yang asyik  yang dikira cukup menantang. Kali ini ternyata pihak Om Yayan tengah menyiapkan agenda 2 jenis jalur yaitu ngeroad (aspal) dan ngerusuk menyusuri arah turun hutan karet di Desa Rogoselo.

Dari titik kumpul menuju lokasi utama tepat di Jembatan Rogoselo kurang lebih 15 km dengan ngeroad bareng asyiknya rame-rame. Pemandangan menakjubkan ketika menikmati kayuhan bersama saat melibas tanjakan yang terus menerus tiada hentinya. Sementara itu peluh keringat sudah membanjiri diantara pelipis  mengucur  deras hingga ke leher.

Sudah menjadi tabiat kalau goweser itu sangat dekat dengan alam, waa bil khusus ketika alam bawah sadar sudah mengundang untuk merasakan lapar, maka bergegas respon ini mengatasinya . Salah satunya yaitu Om Yayan yang nyeletuk ke penduduk setempat untuk menyempatkan membeli buah rambutan yang sedang tiba dalam masa panennya. Pada akhirnya goweser lain pun menyantap buah rambutan dengan lahap, sungguh nikmatnya serasa berbuka puasa.


Tanjakan demi tanjakan pun ternyata masih terus ada di depan mata untuk menuju di titik start jalur ngrusuk bareng. Ternyata rumus utama dalam bersepeda tetap berlaku, jika ingin melalui turunan maka harus rela menikmati tanjakan dan sungguh sangat menguras tenaga. Menurut Mas Alie, salah satu peserta gowes melaporkan dari pantauan GPS nya total seluruh tanjakan mencapai 18 km dengan full gowes tanpa ada loadingan dari mobil pick up ataupun kendaraan pengangkut barang lainnya.

Jalur tanjakan terakhir berupa makadam yaitu jalanan batu disertai dengan tanah basah. Samping kanan dan kiri sudah minim sekali sinar cahaya, kelembapan sudah cukup bisa dirasakan mengalami kenaikan dengan adanya beda komposisi udara sebelumnya. Disertai gerimis yang mulai turun begitu deras, ban sepeda sudah selip berkali-kali. Pada akhirnya telah sampailah di pos start jalur turunan. Petugas marshall menghalau seluruh peserta gowes agar lebih berhati-hati karena jalur yang akan dilalui sangatlah licin dan bisa menjadi penyebab tergelincir berjamaah. Struktur tanah layaknya berundak mirip terasering membentuk sebuah jalur lurus tapi banyak gundukan-gundukan menurun. Lebih mirip track pumping ala dirt jump. Ternyata skil melibas obstacle seperti itu harus dibutuhkan tingkat kecermatan mumpuni bagi goweser.

Jalur selanjutnya berupa makadam turunan menghubungkan antara hutan karet satu dengan posisi hutan dibawahnya yang diantara keduanya disinggahi rumah penduduk. Namun sebelumnya rombongan peserta gowes sempat menikmati masakan khas kearifan lokal dengan menyantap makan siang dilanjutkan dengan sholat dhzuhur berjamaah.


Tidak hanya berhenti sampai disitu, karena sebelum menuju titik finish para goweser juga diajak oleh marshall track untuk mengitari perkebunan sengon yang cukup untuk sekedar recovery adrenalin setelah di pacu selama kurang lebih satu 1 jam di dalam hutan karet. Kemudian mengnjak sore hari pukul 16.00 seluruh goweser mengambil alih untuk segera pulang menuju rumahnya masing-masing. Kiranya gowes kali ini sebagai pemanasan untuk perhelatan acara gowes bareng pada tanggal 12 November 2017 di Jalur Susu Baturraden. <Sy>