Thursday 6 April 2017

Ketemu Dulur Lanang

Sangat indah memang cara Tuhan mempertemukan kembali pertemanan yang sudah lebih dari 13 tahun tidak pernah bersua. Dialah Wawan, teman satu sekolah dahulu yang kini berdomisili di Sleman Yogyakarta. Konon dia sudah hampir 3 tahunan lebih di sana.

Seperti dituntun langkah kaki ini saat melewati tangga di salah sartu rumah sakit daerah Pekalongan. Antara salah orang atau setengah mau curiga kebenaran dari posturnya sekarang. Emang katanya sih, laki-laki sukses itu dilihat dari majunya perut atau melarnya pinggang....wakakakaka....dan itu terjadi pada temenku satu ini.

“Wan...wan...”, aku coba buntuti tapi ndak ada respon sama sekali tapi biarlah mungkin lagi fokus nyari toilet. Aku pun mengurungkan kembali atas kecurigaan mirip temenku yang tiba-tiba kepo tentang orang ini, mungkin beda orang kali ya...wuih...biarinlah.

Namun aku masih kekeh, ada kejanggalan kayaknya bener deh...ini Wawan...temen sekolah dulu. Aku kembali membalikkan lagi menanyakan waktu itu aku masker  masih aku pakai.

“Mas mau kemana ya mas?” aku coba samperi orang yang lagi ling-lung ndak jelas jeluntrungnya.

Belum sempat menjawab, dia balik tanya, “Kok kaya Temenku dulu ya?”, masker ku aku buka, “Wan....Wawan tho...?”, gerakan reflek saling memeluk terasa sudah lama aku ini ndak ketemu bareng. “Piye kabarmu cah...siapa yang sakit?” tanyaku sembari menepuk pundaknya. “Alhamdulillah....ini bapak lagi perawatan tapi udah mendingan kok”, jawabnya sembari masih bingung lihat keadaan sekitar. “Mau golhek apa tho?”, penasaranku masih ada. “Iki lho meh sholat tapi bingung masjide neng endi ya?”, jawabannya relevan waktu karena belum lama suara adzan terus berkumandang. “Adane mushola wan...lurus belok kanan, iku tempate...jian gak nyongko ya bisa ketemu ndek kene InsyaAllah mengko tak ampiri bapak ne....”, jawabku sembari perlahan pamitan.

Kurun waktu 1 jam pertemuan aku lanjutkan ke ruang perawatan bersama bapak terlibat diskusi ringan tentang kesehatan yang akhir-akhir ini mengalami gangguan. Namun, waktu itu Wawan tak tampak masih sibuk dengan keperluan keluarganya, apresiasi banget nih buat temenku satu ini, well sekali.

Belum tenang juga ketemu cuma say hay...alhamdulillah pagi harinya waktu pun berpihak dalam ketidaksengajaan. Obrolan ringan terjadi dengan Wawan seputar kesibukan sekarang yang tinggal di Kecamatan Cangkriman. Bersama istrinya jiwa mandiri sudah terasah hingga menuai kesuksesan hingga sekarang. Aku tidak bisa membayangkan kepanikan saat setelah mendengar kabar bahwa bapaknya  sedang sakit. “Lha sampeyan seko Yojo jam piro Wan ngebut mesti ya?” tanyaku dalam perbincangan kecil pagi itu. “Aku nggak iso ngebut soale karo adhiku dadi yo enten-entenan”, sambil duduk menghadap ke timur Wawan merespon pertanyaanku. Bersama itu hanya harapan semoga bapak bisa membaik kesehatannya. Berbagai cara atas nama Maha Kuasa-Nya bisa bersua kembali meski dalam keadaan yang tak terduga tentunya ada hikmah yang bisa dimaknai sebagai persahabatan.


No comments:

Post a Comment