Monday 24 April 2023

Ngaji Politik Bareng Pak Lurah

Agaknya saya masih ragu saat ingin menghentikan laju sepeda motor saya, rasanya masih lupa-lupa ingat. Lho, sangat wajar tho, lha pas tahun kemarin tempat ini, masih dalam suasana hajatan dan depannya sudah full dengan dekorasi pelaminan. Sedangkan tadi malam keadaanya lowong seperti jalan pantura saat menjelang salat idul fitri, sangat berbeda. Tapi yang menjadi klu terbaik mencari jejak dan sangat bisa meredam kepanikan saya yaitu mobil Avanza hitam yang diparkir  di depan rumah. Pastinya itu menjadi tanda bahwa di dalam rumahnya ada orang kota yang sedang mudik ke kampung halamannya.

Layaknya orang mertamu ya setelan default yang saya ucapkan, “Assalamualaikum”, melepas sandal lalu memastikan rumah agar tidak salah mencari kediaman orang. Mertamu kalo salah rumah ya repot meski rumahnya sama kalo sudah pindah ya juga diurungkan juga kan? pertanyaan selanjutnya yang saya lontarkan adalah “Nopo niki leres griyanipun Mas Syoim?”, jawaban ibu paruh baya itu sangat santun dan murah senyum, “Oh nggeh mas leres”, kemudian beliau memanggilkan Syoim yang konon sedang berada di langar. Batin saya berkata “Orang ini kalau di kampung ampuh sekali menjadi aktifis keagamaan. Paling tidak ia masih mempraktikan petuah diajarkan oleh Almarhum Pak Suja’i, adem dengernya”.

Setelah bersalaman lalu menanyakan kedatangan mudiknya, kopi hitam di atas cangkir dan lepek mendarat persis dihadapan saya. “Piye kabar keluarga Im, sehat tha?”, tanyaku. Pengusaha muda yang sering dikira masih usia 30 an ini mendadak tersenyum mengabarkan keadaan istri beserta anaknya, “Alhamdulillah sehat kabehane”, ucap beliau. Lalu kehadiran saya ini disusul oleh Bib Munir yang datang menggunakan motor matik mionya dengan wajah sendu setelah meninabobokan anaknya. Obrolan semakin menghangat saat Dedi, Pak Lurah Mustakim dan Adriyanto Sontok datang dengan khas bau wangi, pacakan klimis, sembari datang membuka kopi kemasan. “Nah iki menejer telatan”, celetuk munir. “Lha wong janji datang jam 9 malam datangnya jam 11 malam Bro, edan tenan owg”, ucap saya. Agaknya outfit beliau ini layaknya cowok metropolis masih kerapian menjadi prioritas paling pertama, kalo telat datang sih nomor sekian, yang penting datang itu prinsipnya…wkwkwkwk…meski pas injury time tiba.

                Suasana obrolan menjadi hidup saat Pak Lurah Mustakim datang memberikan tausiyah pendidikan politik kepada kita semua. Secara umum ia memberikan wacana bahwa setiap desa itu mempunyai potensi baik dari sisi alam, geografis serta manusia yang bermukim di desa tersebut. Kami pun hanya menjadi pendengar setia saat dia berbagi pengalamannya menjadi pengurus Karang Taruna selama kurang lebihn 5 tahun. Berbagai prestasi kemandirian keuangan berhasil ia himpun dari kegiatan kemasyarakatan. Dengan gaya khas pemaparan berapi-api Pak Lurah Mustakim ini sangat cocok menjadi seorang aktifis desa yang mempunyai prinsip dan berpikir kritis. “Cocoke kowe gawe LSM bae Kim!”, sebut Dedi. Selanjutnya saya berkomentar, “Wahh…Ojo salah lha iki nek ning artis koyo Viki Prasetyo, ampuh tenan!”. Selanjutnya ia memberikan kabar bahwa kesibukan Pak Luran Mustakim ini menjadi pendamping tim penyuksesan salah satu kandidat calon legislatif pada tahun pemilihan 2024.Setelah waktu gawai  menunjukkan pukul 00.30 kami pun pamit pulang.