Tuesday 18 October 2016

Jalur XC PTPN Blimbing - Rogoselo

Pagi yang cukup cerah bersepeda menjadi kebiasaan yang enggan ditinggalkan. Selain menjadi kegiatan olah raga tentunya ada kesan tersendiri disaat bisa melewati tempat-tempat yang asyik di sekitar kita. Akan lebih menarik jika secara teknik jalur sepeda bisa memenuhi dan sekaligus ada nilai lain seperti wisata yang bisa menjadi sarana penghilang penat rutinitas sehari-hari.

Jalur cross country atau yang lebih sering disebut XC menurut Saya merupakan perpaduan jalur dengan berbagai keadaan jalan diantaranya aspal, tanah (setapak) , makadam (batu) dan sedikit rintangan dintaranya tanjakan ataupun turunan dengan jalur minimal 10 km. Adapun obstacle (rintangan) yang biasanya dilalui oleh goweser berupa jalanan tanah yang tidak begitu rata, sehingga secara teknik goweser harus bisa belajar handling yang baik, setidaknya bertahan agar tidak jatuh.



Gowes kali Saya memilih jalur XC Afdeling Blimbing-Rogoselo terletak berada di wilayah Kecamatan Karanganyar  sekitar 2 kilometer ke arah selatan. Bersama Om Ady, Om Yasno dan Pak Firdaus kami pun memulai perjalanan menuju titik start di perkebunan PTPN Blimbing. Ditempuh melalui jalanan beraspal dari jembatan panjang Karanganyar ke arah selatan dengan tanjakan landai sebagai pemanasan awal bersepeda. Tanpa terasa keringat sudah mengucur begitu deras, ritme pedal statis menanjak seakan tanpa hentinya derap jantung penuh irama stabil kemudian sampai digerbang PTPN Blimbing kami pun berisirahat. Sembari menunggu Om Yasno yang kebetulan masih asyik dengan penggunaan speed 8 dipilihnya disaat melewati tanjakan.

Meluangkan waktu beristirahat sejenak adalah momen terpenting dalam dunia pergowesan. Selain untuk menurunkan heart rate (detak jantung) beristirahat memberikan peluang kita menikmati keadaan sekitar menilai keadaan daerah yang kemungkinan bisa diambil sisi baik disetiap tempat peristirahatan. Seperti dipertigaan PTPN Blimbing disini merupakan akses bertemunya tiga jalur yaitu perkebunan karet, wisata lolong dan jalur dari Karanganyar. Selain menjadi titik strategis disekitar pertigaan terdapat fasilitas umum seperti masjid, praktek bidan juga terdapat bengkel motor dan warung kelontong yang kebetulan pagi itu belum ada tanda-tanda sudah mulai buka. Tidak ada masyarakat sekitar yang bisa kami temui untuk diajak sharing menggali lebih dalam tentang hal yang menarik mengenai sekitaran perkebunan.


Perjalanan dilanjutkan memasuki area perkebunan karet, jalur aspal yang sudah mulai menampakkan kerusakan parah tidak menjadi masalah bagi sepeda MTB yang memang didesain untuk berbaai medan. Sampai disuatu tikungan kami menjumpai 2 orang ibu yang sedang membawa kayu dipunggunggnya. Sudah menjadi kebiasaan disaat bertemu dengan kearifan masyarakat lokal kami pun sekedar memeluk mereka dengan percakapan ringan seolah-olah sok akrab, terserah apapun penilaiannya tapi sebenarnya kepada siapapun kita harus berlajar tentang kehidupan. Kedua ibu ini sering mencari potongan kayu berasal dari perkebunan karet. Betapa mulia tentang semangat bekerja mengangkut tumpukan kayu dipundaknya paling tidak 20 kg mereka sunggi melewati jalur perkebunan karet. Bukan saat ini saja Saya menemukan contoh kegigihan masyarakat didaerah pegunungan sangat kental dengan kekuatan fisik tanpa membedakan jenis kelamin maka seharusnya masyarakat lain juga bisa berkaca dengan keadaan seperti ini.


Menginjak jalur selanjutnya yaitu jalur setapak atau tanah disaat memasuki jembatan tradisional yang konon jembatan ini buatan jaman Belanda entah mungkin belum bisa dipastikan tentang kebenarannya. Turunan yang tidak begitu curam namun lumayan panjang sekitar 500 meter menuju jembatan sangat mengasyikkan sebagai tanda sudah melewati separuh perjalanan jalur XC.  Keadaan jembatan berlubang harus ekstra berhati-hati ketika melaluinya.


Diseberang jembatan memasuk hutan di Kecamatan Doro dengan jalur makadam atau bebatuan kasar. Sebelah kiri hutan berbagai tanaman semak belukar, sedangkan sebelah kanan adalah jurang dengan kedalaman kurang lebih 20 meteran atau setinggi pohon durian khas Doro. Udara lebih segar beserta gemercik air disamping jalan, sangat terasa nikmat Allah SWT bagi manusia. Agar berdamai dengan hate rate yang semakin kencang pada akhirnya kami menyerah dengan keadaan denga menuntun sepeda melawan tanjakan. Bukan hal asing lagi istilah MTB juga berarti Manjat Tuntun Bareng dipergunakan dalam keadaan ini.


Rumah penduduk sudah mulai terlihat yang berarti peradaban masyarakat telah nampak sebagai tanda titik finish  yaitu kawasan Rogoselo akan segera sampai. Rogoselo terkenal dengan sumber air yang sangat bagus di Kabupaten Pekalongan. Pemilik Perusahaan Air Minum berplat merah pun mengambil sumber air dari kawasan ini. Selain merupakan air pegunungan Rogoselo juga terkenal dengan komoditas buah durian yang sering diadakan pesta durian tiap tahunnya. Kawasan air pegunungan bersumber pada sungai Rogoselo yang penuh bebatuan besar menumpuk sepanjang sungai. Keadaan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang jarang melewati jalur sungai, seperti kita yang turut menikmati segarnya air. Tak salah jika memang benar adanya betapa segar sumber air di sungai ini, ada keistimewaan tersendiri disaat derasnya air turun mengguyur badan terasa Rahmat tercurah kepada manusia, terima kasih Allah SWT atas nikmatnya kepada kami.


Jalur XC PTPN Blimbing-Rogoselo dengan jarak tempuh kurang lebih 15 kilometer dari arah Kecamatan Karanganyar. Keadaan jalan aspal, setapak dan makadam menjadi ciri khas disaat melewatinya sangat pas jika ingin belajar teknik handling bagi MTB pemula. Persiapkan sepeda dalam keadaan benar-benar fit, tidak disarankan menggunakan ban roadbike , meskipun gowes kali ini ada teman Saya yang mencoba menggunakannya namun Saya kira masih kurang bersahabat disaat melewati jalur makadam.. Semoga semua bisa mengambil manfaatnyaa.

No comments:

Post a Comment