Sunday 23 October 2016

Jalur Enduro Afdeling Jolotigo - Mesoyi

Sepeda gunung memang sangat identik dengan dangan dataran tinggi, sesuai habitatnya medan terjal, curam, naik atapun berliku-liku tetap harus dilewati. Jenis sepeda harus disesuaikan trek yang akan dilaluinya. Gowes kali ini Jum’at tangal 21 Oktober 2016 akan menelusuri jalur enduro Afdeling Jolotigo-Mesoyi tepatnya di daerah Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan.

Untuk mencapai tujuan titik start goweser disarankan loading dari arah Pantura Kota Pekalongan. Istilah loading berarti sepeda dan goweser harus dinaikkan alat transportasi seperti truk atau mobil pick up. Adapun pertimbangan loading karena jarak tempuh dari pantura ke Jalur Enduro Afdeling Jolotigo sekitar 35 kilometer, lumayan jauh bukan?. Selanjutnya sebagai efisiensi waktu agar bisa dilaksanakan setengah hari secara optimal.

Bertempat di rumahnya Om Hoze kegiataan loding mulai dilaksanakan, berbagai suguhan menarik sudah disiapkan sebagai bekal aktifitas gowes. Dibantu oleh rekan sopir yang tentunya sudah bisa mengerti kegiatan rutin bersepeda dengan sangat sigap menata sepeda ke dalam bak pick up agar lebih banyak muatannya.

Perjalanan loading menuju Jalur Enduro Afdeling Jolotigo dimulai menempuh perjalanan sekitar 45 menit dengan jalur aspal dan makadam yang terus menanjak. Disela-sela perjalanan tak lupa menambah bekal makanan dan minuman kecil sebagai suplai tenaga disaat perjalanan. Kerukunan serta tawa riang canda mereka menyatu dalam tujuan bersama olah raga dan sosial persahabatan.

Sampai pada titik start  goweser harus siap-siap turun berbenah menyiapkan sepeda guna mengikuti breifing oleh kapten Repoeblik MTB yaitu Om Rowi. Checking terakhir penggunaan alat keselamatan goweser helm dipastikan dalam keadaan terkunci dibagian dagu dan knee guard sudah terpasang dengan baik. Dipandu oleh beliau doa bersama agar aktifitas gowes bisa berjalan dengan lancar. Setelah berdoa bersama goweser mulai turun satu per satu meninggalkan titik start dan memulai aktifitas gowesnya. 


Jalur awal berupa turunan makadam beraturan kemudian diselingi jalanan setapak dengan kontur tanah datar sepanjang kurang lebih satu kilo meter. Kawasan ini merupakan perkebunan karet memasuki daerah selanjutnya yaitu terasering dengan masing-masing ketinggian tanah kurang lebih hampir satu meter artinya trek ini bisa disebut mini downhill. Saya menyebutnya mini downhill karena obstacle yang harus dilalui oleh goweser harus bisa mengatur handling serta banyak jebakan lubang antara lapisan tanah bagian atas dan bawah. Apabila salah menentukan titik landas roda depan sepeda rider bisa terperosok oleh lubang yang lebih dalam. Sangat menguji teknik kemampuan memilih jalur yang apabila dalam keadaan hujan lebat bisa menjadi jebakan karena tertutup oleh genangan air.

Awalan trek yang menegangkan pacuan ritme heart rate semakin terpacu, sementara keringat sudah keluar begitu derasnya. Disusul dengan keadaan tangan yang terasa tegang dalam memegang grip hadlebar saat setalah handling berlangsung sekitar kurang lebih 2 kilometer yang disebut trek mini downhill. Bagi yang pertama melalui jalur ini disarankan berada di bagian tengah rombongan dengan pertimbangan safety dalam pemilihan jalur. Setelah melewati jalur mini downhill yaitu evaluasi perjalanan setiap goweser melewati segala macam obsacle yang dilaluinya. Tak jarang Kapter Repoeblik Om Rowi memberikan saran teknik kepada goweser agar kedepannya bisa lolos melewatinya.


Jalur selanjutnya lebih kearah all mountain beruppa tanjakan berupa makadam dan turunan menuju sungai kecil dibagian bawahnya. Panjang trek sekitar 3 kilometer dari trek mini downhill. Bagi saya jalur paling tersulit dengan kemiringan tanah  kurang dari 30 derajat. Untuk melewati jalur curam berbahaya selain harus menguasai teknik keadaan nyali patut diperlukan, makanya jika keduanya belum memenuhi mending dituntun akan lebih aman. Keadaan setelah melewati sungai kecil berbanding terbalik dengan sebelumnya, yaitu tanjakan semak belukar yang cukup melelahkan. Disamping kiri nya berupa jurang, apabila tergelincir saat melewatinya bisaa langsung mendarat didasar jurang. Sangat asyik tentunya sekaligus menegangkan.

Memang komplit setelah berbecek-becek ria kemudian jalur pesawahan turut sebagai pelengkap dramatisasi perjalanan. Padi yang menghijau udara segar setelah hujan reda menghadirkan suasana damai begiitu sejahtera di kawasan Desa Mesoyi. Kearifan masyarakat lokal sangat gembira melihat jalur pedesaan dillewati komunitas sepeda. Kami pun turut mendekat disaat istirahat di warung tempatan yang khas dengan pisang gorengnya. 

Masih sekitar 3 kali memasuki kawasan hutan setelah beristirahat melepas ketegangan bersama. Pertama hutan semak semak dengan kelembapan menurut Saya cukup tinggi. Keadaan pohon-pohon tinggi dan semak-semak menutup pancaran sinar matahari. Jalur yang banyak memerlukan teknik handling serta kekuatan fokus konsentrasi mata dan fikiran harus menyatu dalam memahami keadaan jalan.

Rasa menyatu dengan alam gowes kali ini jalur yang terus meliuk-liuk mengikuti jalanan setapak serta gap-gap kecil khas lumutnya.  Rasa bahagianya terekspresi riuh terpancar sampai-sampai handling bisa kurang terfokus dan akhirnya ban belakang selip disaat akan melewati gap dengan kedalaman setengah meter. Akhirnya, “Krusuk...kedua kaki mengangkang terjerembab bersama sepeda”, kemudian teman-teman segera mengevakuasi memastikan keadaan Saya baik-baik saja. Alhamdulillah hanya sebatas terpeleset kedua kaki masih bisa dikondisikan dengan baik dan bisa melanjutkan perjalanan.


Jalur pinus menurut Saya jalur selfi dimana banyak pemandangan dapat dijadikan background dalam berfoto ria.  Tidak banyak obstacle hanya saja kedaan jalanan yang menurun dengan kontur tanah merah. Seringnya disaat hujan jalur ini dapat menyebabkan ban bisa mendonat, alias tanahnya menempel hingga keadaan rupa ban tidak dapat dilihat. Namun cuaca gowes kali ini sangat cerah sehingga keadaan itu tidak terjadi. Akhirnya kebersamaa goweser bersatu dalam momen foto bersama di sabana hutan pinus.  Terasa hangat kebersamaan kita dalam momen setengah capek dan sepertinya akan bersemangat kembali melihat ekspersi jepretan lensa dari kamera smartphone masing-masing goweser.


Jalur terakhir jalur perkebunan milik penduduk sekitar dengan ciri khas tanaman palawija dan pohon sengon. Sebagai gambaran jalur ini, masih termasuk jalur setapak dan sedikit pedaling. Namun jalur turunan pun masih ada sehingga kenikmatan “dronjong” sebagai turunan terakhir ada di jalur ini. Dilanjutkan dengan jalanan menuju pedesaan di daerah Karangdadap Kabupaten Pekalongan sebagai titik finish. Sudah terasa nikmat olah raga sore hari sambil menunggu adzan magrib berkumandang pedal terus dikayuh menuju titik kemenangan.

Penamaan Jalur Enduro Afdeling Jolotigo-Mesoyi  Kabupaten Pekalongan sepanjang kurang lebih 30 kilometer selayaknya pantas disandang dengan eksotisnya trek berbagai macam jenisnya diantaranya mini downhill, all mountain, dan cross country. Tak heran jalur ini menjadi trek kegiatan latihan tiap minggunya bagi Repoeblik MTB  Pekalongan. Seringnya mereka menggali mengeksplorasi lebih dalam mengenai jalur-jalur baru sebagai alternatif penunjang dalam mengatasi keadaan alam misalnya penebangan hutan ataupun mengupgrade teknik bersepeda. Terima kasih  buat Repoeblik MTB atas berbagi segala pengalamannya dalam gowes kali ini.



No comments:

Post a Comment