Kemarin tanggal 29 April 2017 pameran
buku telah dibuka. Biasanya aku menanggapinya hanya sebatas tahu saja mengunjunginya
pun kalau nggak sengaja lewat terus mampir. Tapi mainanku sekarang merambah ke
baca buku. Meski kebiasaan ini sudah lama ada namun hilang begitu saja. Kini
hobi itu semakin bersemi, adanya pameran buku yang diadakan atas kerjasama
Pemerintah Kota Pekalongan dengan salah satu organiser buku digelar dan aku pun
langsung berkunjung ke sana.
Setelah maghrib bersama ibu sudah
mendarat di area pameran. Hari pertama pameran sudah banyak pengunjung yang
berdatangan. Ada yang mengikuti semacam pengajian tapi yang ngisi seorang
trainner motivator. Di depan gedung terdapat berbagai kios jajanan kecil
semacam lekker, kebab dan burger. Antusiasme pengunjung semakin memadati dengan
penuh riuh mengajak keluarganya bahkan anak-anakpun diajak memeriahkan
mengikuti lomba mewarnai.
Langkahku masuk ke pintu utama
melewati satu kios buku, yaitu Diva Press dalam batinku ini kios sepertinya
distributor langsung dari penerbitnya. Kunjungan yang pertama aku cari yaitu
karyanya EAN atau Tejo, tanpa basa-basi aku tanya kepada penjualya, “Karangan
EAN dan Tejo ada mas?”, tanyaku. “Oh, kebetulan kami ndak punya mas”,jawab
penjaga buku yang duduk di muka kios. Langkahku berlanjut ke kios selanjutnya.
Pandanganku tertuju pada salah satu karangan
EAN yang berjudul Slilit Kyai pada kios yang lupa mengingat namanya. Sembari
aku pegang bolak balik. Dalam batinku berkata “Kok harga bukunya lebih murah
dibandingkan harga normalnya ya?ahh...apa iya sih?”, aku telusuri perbedaannya.
Bahan ketas yang membeedakan bentuknya berwarna abu-abu sedangkan buku biasanya
berwarna kuning krem atau putih. Semakin penasaran tentang kualitas buku ini
kemudian aku tanyakan langsung kepada penjualnya, “Mas ini kualitas ori?”,
sambil memperlihatkan buku di mejanya.”Kalau dengan harga segitu kualitasnya KW
mas, tapi dalemnya sama kok hanya beda kertas saja””, jawab penuh yakin dari
penjual yang berponi miring mirip artis korea itu. Sudah tidak respon lagi
mengetahui kualitas dari buku ini, aku lebih memilih restu dari penulis
setahuku kalau barang KW dari royaltinya pun enggan memikirkan apalagi kualitas
fisik bukunya, mending lanjut saja ke kios selanjutnya.
Pada penghujung kios yaitu deket pintu keluar gedung
terlihat 5 pengunjung asyik membaca
beberapa koleksi yang tersedia. Semakin penasaran aku langsung masuk, ternyata
ada beberapa koleksi EAN. Tentang kualitas langsung saja aku tanya, “Mas ini kualitasnya
ori apa KW?” tanya ku sembari memperlihatkan satu buku. “Ori mas, kalo KW
harganya lebih murah dari itu dan kertasnya pun kaya kertas koran”, jawab
penjual buku itu. Hal yang aku rasakan kebingungan judul mana yang harus
dibeli. Sambil membaca tulisan bagian belakang buku akhirnya terpilih beberapa
judul diantaranya Gelandangan Di Kampung Sendiri, Titik Nadir Demokrasi dan
Surat Kepada Kanjeng Nabi. Akhirnya perjalanan ke pameran buku kali ini
tidaklah sia-sia. Dengan suka cita buku itu aku bawa pulang masih dalam keadaan
tersegel menunggu waktu beberapa buku yang belum dibaca.
No comments:
Post a Comment