Friday, 31 March 2017

"Ngunjungi" Pameran Buku

Kemarin tanggal 29 April 2017 pameran buku telah dibuka. Biasanya aku menanggapinya hanya sebatas tahu saja mengunjunginya pun kalau nggak sengaja lewat terus mampir. Tapi mainanku sekarang merambah ke baca buku. Meski kebiasaan ini sudah lama ada namun hilang begitu saja. Kini hobi itu semakin bersemi, adanya pameran buku yang diadakan atas kerjasama Pemerintah Kota Pekalongan dengan salah satu organiser buku digelar dan aku pun langsung berkunjung ke sana.

Setelah maghrib bersama ibu sudah mendarat di area pameran. Hari pertama pameran sudah banyak pengunjung yang berdatangan. Ada yang mengikuti semacam pengajian tapi yang ngisi seorang trainner motivator. Di depan gedung terdapat berbagai kios jajanan kecil semacam lekker, kebab dan burger. Antusiasme pengunjung semakin memadati dengan penuh riuh mengajak keluarganya bahkan anak-anakpun diajak memeriahkan mengikuti lomba mewarnai.

Langkahku masuk ke pintu utama melewati satu kios buku, yaitu Diva Press dalam batinku ini kios sepertinya distributor langsung dari penerbitnya. Kunjungan yang pertama aku cari yaitu karyanya EAN atau Tejo, tanpa basa-basi aku tanya kepada penjualya, “Karangan EAN dan Tejo ada mas?”, tanyaku. “Oh, kebetulan kami ndak punya mas”,jawab penjaga buku yang duduk di muka kios. Langkahku berlanjut ke kios selanjutnya.

Pandanganku tertuju pada salah satu karangan EAN yang berjudul Slilit Kyai pada kios yang lupa mengingat namanya. Sembari aku pegang bolak balik. Dalam batinku berkata “Kok harga bukunya lebih murah dibandingkan harga normalnya ya?ahh...apa iya sih?”, aku telusuri perbedaannya. Bahan ketas yang membeedakan bentuknya berwarna abu-abu sedangkan buku biasanya berwarna kuning krem atau putih. Semakin penasaran tentang kualitas buku ini kemudian aku tanyakan langsung kepada penjualnya, “Mas ini kualitas ori?”, sambil memperlihatkan buku di mejanya.”Kalau dengan harga segitu kualitasnya KW mas, tapi dalemnya sama kok hanya beda kertas saja””, jawab penuh yakin dari penjual yang berponi miring mirip artis korea itu. Sudah tidak respon lagi mengetahui kualitas dari buku ini, aku lebih memilih restu dari penulis setahuku kalau barang KW dari royaltinya pun enggan memikirkan apalagi kualitas fisik bukunya, mending lanjut saja ke kios selanjutnya.

Pada penghujung kios yaitu deket pintu keluar gedung terlihat  5 pengunjung asyik membaca beberapa koleksi yang tersedia. Semakin penasaran aku langsung masuk, ternyata ada beberapa koleksi EAN. Tentang kualitas langsung saja aku tanya, “Mas ini kualitasnya ori apa KW?” tanya ku sembari memperlihatkan satu buku. “Ori mas, kalo KW harganya lebih murah dari itu dan kertasnya pun kaya kertas koran”, jawab penjual buku itu. Hal yang aku rasakan kebingungan judul mana yang harus dibeli. Sambil membaca tulisan bagian belakang buku akhirnya terpilih beberapa judul diantaranya Gelandangan Di Kampung Sendiri, Titik Nadir Demokrasi dan Surat Kepada Kanjeng Nabi. Akhirnya perjalanan ke pameran buku kali ini tidaklah sia-sia. Dengan suka cita buku itu aku bawa pulang masih dalam keadaan tersegel menunggu waktu beberapa buku yang belum dibaca.

No comments:

Post a Comment