Sunday, 19 March 2017

Tentang Bandung Maret 2017

Kota Bandung menjadi destinasi liburan yang dipilih beberapa rekan kerja bisa dibilang sebagai rumpun keluarga ke dua dipekerjaan. Kok mikir, kenapa harus ke Bandung? Kata orang sih...Bandung itu Kota Parisnya Indonesia atau kota bunga? boleh-boleh saja, mau menyebutnya kota siomay pun, sah-sah ajah. Wisata Bandung letaknya berdekatan dan mempunyai tema tersendiri, itu sebabnya kita beranjak kesana sekedar menikmati suasana baru syukur-syukur pulang bisa bawa oleh-oleh, yee...gak melulu oleh-oleh itu identik dengan buah tangan, boleh dong! mengambil kesan nanti setalah ke Bandung.

Teringat sebuah diskusi beberapa minggu yang lalu, “Ndak apa-apa nang, pikniknya langsung jauh ke Bandung ajah...disana asyik-asyik lho tempatnya”, sedikit usulan dari Bu Wahyu kepada kita yang hendak merencanakan liburan week end bersama.

Waktu singkat 2 minggu sudah cukup menyiapkan agenda jalan-jalan ke Bandung. Yupps...emang bener pergi bareng temen-temen itu lebih menyenangkan. Memilih waktu yang tepat yaitu weekend, lalu Sabtu malam kemarin bus warna ungu melaju dari Pekalongan suasana gerimis dari sore hari mengguyur diantara debu-debu jalanan pantura. Arrrhhhgghh...jatuhnya air hujan itu beriringan dan terus menerus menambah dari jumlah kenangan yang dirangkai dalam momen yang asyik...ya...kita mencari keasyikan singgah tersendiri diantara rutinitas yang sudah berlalu, terjadi bertahun-tahun.


Sejalan dengan tempat tujuan, ada tempat yang menarik lho...disekitar perbatasan Lembang dan Kabupaten Subang yaitu Ciater. Semacam tempat permandian air panas dan resort ternama yaitu “Sari Ater”. Lokasi wisatanya satu area dengan penginapan sehingga kalau menginap disini sudah barang tentu bisa menikmati mandi air hangat khas belerang. Sedangkan bagi wisatawan baik lokal maupun manca bisa membeli tiketnya di loket yang tersedia. Bentuk tiketnya juga sudah menggunakan tiket elektronik jadi sebelum membeli harus memesan dulu sesuai dengan jumlah pengunjung, setelah itu baru deh....kartu tiketnya bisa didapet.

Suaasana menunggu pintu tiket elektronik

Ternyata banyak sekali curug yang memancarkan air panas di sana, diantaranya curug pitu, curug jodo, aliran sungai dan pemandian air panas. Curug tersebut mempunyai keunikan masing masing. Curug pitu berjumlah 7 buah air yang mengalir, disana pengunjung bisa menikmati bersama 7 orang  berjejeran.  Selain itu curug jodo juga tak kalah menyajikan air panas yang keluar dari bukit meski air terjunnya tidak tinggi cukuplah kepala bisa merasakan air langsung membasahi ubun-ubun, nikmatnya...hhmm...

“Kalau sudah sampai air panas kok gak nyebbbyurrrr....bakalan nyeesel  deh... Mas Gun! Wakakakaka....”, ejekan kepada Mas Guntur yang tadinya enggan turun ke sungai air hangat.

Curug Jodo Ciater

Mandi sudah...badan sudah suegeerr.....tinggal kita ke Floating Market di daerah Lembang Kabupan Bandung. Tiket masuk tempat wisata bisa dituker langsung dengan minuman kopi, coklat ataupun susu pada pintu enterance. Pas sekali deh...suasana sejuk Lembang ditemani kopi panas dalam sekejap langsung dingin, sssruuuputh....sembari foto diantara icon sampan Floating Market berwarna kuning dan merah. Cocoknya tempat ini sebagai wahana keluarga karena semua usia bisa menikmati segala fasilitas dari yang balita bisa belajar tentang animal kids seperti kelinci dan ayam kate atau belajar tentang transportasi yaitu taman miniatur kereta api.

Kopi Floating Market Lembang Bandung

Sudah ada gambaran tentang Floating Market? Kalau aku sudah sih...kalau ingat istilah floating pasti ada hubungannya dengan sifat busa yaitu mengapung, betul kan?!...(setengah maksa). Yappp...tul sekali, pasar apung atau menikmati kuliner serta pemandangan sekitar danau buatan menggunakan wisata air apung diantaranya sepeda air, kereta air dan kano.

 Icon Floating Market pada Enterance Room


Pertikaian argumentasi kecil terjadi betapa keinginan naik kano terhalang karena berat badan. “Uiih...uih...kayaknya bakalan gelimpang tuh sampan mas kalau aku ikut naik”, jawab Mas Johan ketika aku ajak naik kano. Pada akhirnya cancle dah!

Namun setelah akan beranjak ada Mbak Ayu dan  Mbak Misgerina yang pengen nyoba wahana air ini, “Mas tolongin fotoin kita dong, kita mau naik kano ini! Okey deh...siapp....panggil aja mbak....mas-mas penjaganya”, sahutku sambil nyamperin ke dermaga.

Menikmati Keindahan Floating Market dengan Kano

Mengenal bandung dari kota bunga gak asyik juga kalau belum nyamperin lihat bunga-bunga sekitaran Flaoating Market. Nah...untuk menuju ke kebun bunga harus naik beberapa pijakan, tidak jauh kok palingan 10 meter udah nyampai di TKP. Momen yang jarang dihampiri diantara hamparan perbukitan biasanya. Paling indah lho, karena disini bisa melihat beberapa bentangan kebun bunga yang seragam. 

Kebun Bunga Floating Market

Pada bagian belakang kebun bunga terdapat miniatur beberapa jenis rumah dunia. Diantaranya dari Belanda dan Inggris dimaksudkan agar pengunjung secara sederhana bisa mengenal arsitektur dunia tanpa harus datang ke negara asalnya.

Suasana Sekitar Kebun Bunga Floating Market

Destinasi di Bandung ke-tiga yaitu di Farm House masih di sekitaran Lembang. Merupakan wisata belajar tentang domba dan berbelanja aneka olahan dari ternak sapi. Memasuki pintu utama Feed the Sheep maka akan disajikan pengunjung bisa memberikan makanan kepada domba secara langsung. Jangan khawatir domba disini sudah jinak kok...buktinya banyak pengunjung yang berinteraksi bercanda, ada pula yang berekspresi ketakutan karena dikejar beberapa domba, sedang gelak tawa penon pun tertawa terbahak-bahak.
Interaksi Pengunjung dalam Feed the Sheep

Bagi yang menginginkan suasana berbeda ala Belanda di Farm House terdapat penyewaan baju none-none Belanda. Berada di sebelah kiri sebelum pintu utama. Pakaian tersebut hanya bisa di pakai disaat area lokasi wisata. Terasa lengkap sudah pengunjung dimanjakan suasana dan tentunya tiket masuk bisa ditukar dengan satu cup susu segar khas dari Farm House.


Menginjak sore hari keadaan sekitar jalanan Lembang terdesak oleh beberapa pengguna jalan yang berujung kemacetan. Menuju ke Kota Bandung suasana Ciwalk dikanan dan kirinya dikepung oleh aktifitas pengguna jalan baik yang memadati beberapa factory outlet terkemuka di Bandung. Tujuan selanjutnya sih...sebenarnya ingin menikmati suasana kota disore hari. Melihat waktu sudah pukul 15.30 WIB, masih bergerak merayap hingga mencapai kota sangat immposibel bisa sampai sebelum jam 16.00 WIB. 

Melewati Jalan Asia Afrika suasana tata kota kian membuat terbuai yang dengan intens sekali menikmati daya tarik aksen berbagai bentuk dari lampu kota, rambu-rambu lalu lintas hinga eksterior lain berupa bulatan-bulatan seperti bola berjejer disepanjang jalan menuju Balai Kota Bandung. Apalagi ada sebuah pesan dari salah satu seniman, penulis serta budayawan Bandung yang menuliskan, “Dan Bandung bagiku bukan Cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi” Pidi Baiq. Bagi yang membacanya bisa mengalami proses multitafsir sesuai dengan persepsi pelaku ketika  mengalami kesunyian. Bagi kita Bandung hari ini sebagai tempat pencapaian kebersamaan menyusuri tanah Pasundan.

Salah satu tulisan Pidi Baiq tentang Bandung

No comments:

Post a Comment