Kesibukan Pagi bersama teman setelah breifing di halaman depan kantor yaitu
menyiapkan pelayanan kepada masyarakat. Tidak hanya Dharma yang melakukan hal
demikian, Surti sedang memakai masker duduk di kursi putih menghdap ke selatan
menunggu teman sejawatnya Warjo. Lantai marmer yang terus disapu tangan
kanannya Warjo sementara Surti bertugas sebagai tukang pelnya.
Dharma berjalan menuju lorong
berlantai marmer, Surti menyolek Dharma kemudian berkata, “Mas Dharma semalam
aku ketemu sama Digo tukang ternit yang nginep disini”, bicaranya Surti kurang
begitu jelas karena maskernya terpakai dimulutnya.
Muka Dharma agak kecut terasa kaget
pagi-pagi sudah menerima cerita dari Surti yang tak seperti biasanya, “Lha
terus gimana ti?” , tanya Dharma penuh keheranan.
Tongkat pel nya diputar Surti merunduk
dan berbicara lagi, “Semalam tukang ternit itu nginep disini Mas Dharma, katanya dia punya kemempuan indigo. Tadi
pagi dia cerita tentang keadaan penghuni kasat mata di ruangan situ mas”,
sambil menunjuk ruangan berisi alat-alat besar kemudian Surti masih melanjutkan
ceritanya.
“Katanya Digo juga ada mahluk yang
sengaja nunggu alat besar yang berusaha terus merusak sehingga mau dibetulin
berapapa kali pun gak bakal bener”,
tandas Surti saat Dharma antusias hingga Duduk bersama Surti.
“Kok angker juga ya, Ti ! ruangan
sebelah itu sampai-sampai ada penunggunya juga”, ungkap Dharma.
“Iya Mas Dharma, Digo itu pinter nebak
juga lho masa kok tahu ya tentang sejarah karyawan kantor ini yang sudah meninggal
juga?”, sahut Surti penuh keheranan dengan kelebihan Digo.
“Ohh iya begitu Ti? sampai dia tahu
juga tentang hal itu?”, Dharma merespon cerita Surti mengenai kelebihan lain
yang dimiliki Digo.
Dharma melenggang langkah kakinya
menuju loker tempat kerjanya mengambil papan nama kemudian ditempelkan di
dadanya sebagai bentuk ia akan memulai menjadi pelayan.
No comments:
Post a Comment