Dari
beberapa terompah yang berjejer rapi di masjid ada pesan dari guru yang tidak
sengaja terdengar oleh musafir yang hendak pulang bekerja. Mengaku awam bahkan
jauh dari kehidupan spiritualnya tidak lain hanya seorang yang ingin berusaha.
Suara khas seorang guru menggetarkan
gendang telinganya Dharma siang itu, tatkala ia sedang asyik beristirahat diatas
pecinan trotoar kepalanya menengok ke belakang menuju acara televisi sebuah
toko. Terik suasana di percabangan jalan arteri pantura semakin menyilaukan atas
pantulan cat mobil mewah yang berderet-deret merayap.
“Semakin asyik juga ceramah dari guru
asli betawi ini”, gumam beliau sembari melihat oma-oma memakai kacamata bulat turut
menyaksikan acara religi di atas kursi malas.
Dharma mendengar guru tersebut
berpesan kepada jama’ahnya, “Segala perbuatan baik kepada sesama manusia, pasti
ada perhitunganya, tenang saja. Sekalipun dari rumah berniat akan beribadah kemudian
melakukan kebaikan Tuhan pun tidak akan tinggal diam. Merapikan sandal dari
orang-orang yang sedang beribadah kebaikannya dapat dirasakan langsung oleh
semua orang ”, jelas beliau dalam isi ceramah siangnya.
Bahkan sumber dari ujaran yang
dikemukakan guru tersebut tidak pernah digubris. Pikirannya hanya bisa menampung
dari simpulan kebaikan yang matang dan siap saji untuk dipraktekkan. Langkahnya
pun dilanjutkan hingga nanti bersama senja bermesraan menelusuri jalanan kota.
Dibiarkan adzan magrib berkumandang sejenak, tertoleh ada menara hijau dari
sebelah selatan menyeberanglah menuju ke sana.
Masih empat menit lagi langkah kakinya
tak sebanding cepatnya iqomah yang barusan terdengar. Kalaupun ingin lari tenaganya
masih diperhitungkan untuk pulang. Sesampainya di halaman masjid jamaah sudah
mencapai rakaat ke dua. “Ahh...sudahlah nyantai saja...ndak usah keburu-buru...”
Seperti sudah menyerah pasrah menjadi
sesorang paling akhir satu kloter berjamaah. Ingatannya kembali dibukakan atas
perintah sang guru tadi siang. Saat itu pula Dharma bergegas merapikan terompah
dari satu deret pintu masjid sebelah selatan. Diambilnya air wudhu agar saat
rakaat terakhir bisa segera terpenuhi sebagai seorang yang terlambat.
Selang beberapa setelah salam Dharma
mendengar bisik-bisik suara dari luar keheranan bentuk sandal sekarang, hatinya
semakin merunduk dan ampunan yang terus dipanjatkan.
foto: google
No comments:
Post a Comment