Jangan anggap laki-laki cuek kalau
belum nikah mereka pun juga merasakan kegalauan yang sama seperti layaknya
perempuan. Bolehlah beranggapan kalau perempuan belum nikah karena dibatasi
dengan usia produktif antara 20- 35 tahun menurut teori sih sangat cocok masa
ideal bagi perempuan. Namun bagi laki-laki yang usia tersebut belum menikah
bukan berarti tidak ada rasa sedikit cemas dengan segala problematika yang akan
terjadi masa mendatang.
Sebagaimana laki-laki mejadi tulang punggung
keluaga yang bisa memberikan segala kebutuhan keluarga. Menikah lebih muda akan
banyak waktu mengurus segala keperluannya, usia 25 tahun ditinjau dari usia
kematangan sudah mencukupi kriteria. Selamat bagi mereka yang diizinkan bisa
melalui proses ini dengan segala liku yang terjadi. Rasa syukur adalah hal
utama dibandingkan dengan mengeluh tiada tara atau bahkan melakukan hal-hal
yang bisa merusak rumah tangga. Kalau memang hidup harus terpaku keadaan sulit
maka tengoklah mereka laki-laki yang belum bisa tangguh melewati ujian hidup
yang bernama pernikahan.
Segala macam pertanyaan klise dari
laki-laki yang belum menikah diantaranya siapa kelak pendampingnya yang bisa
mengerti keadaan baik secara emosi dan materi merujuk terhadap kembali perannya
sebagai pengayom sekaligus nahkoda keluarga. Berbagai macam usaha pun mereka
lakukan diantaranya mencari pertemanan baru kepada perempuan, ada pula yang
sibuk memperbaiki diri agar Tuhan bisa memantaskan keadaan pasangan yang sesuai
keinginannya. Bagi laki-laki paras perempuan bisa pertama dilihat namun bukan
utama yang menjadi kriteria persyaratan menuju pernikahan. Perempuannya cantik
dan bisa mengerti keadaan laki-laki
apapun segala macam kemungkinan terburuk yang ditimpanya tergolong
sangat didambakan. Tapi kalau mencari kesempurnaan fisik dan sifat agar sesuai
yang diinginkan manusia tidak mempunyai kekuatan ruang membolak-balikkan hati
dan keadaan.
Menerima keadaan hidup bernafas
sejenak ketika kaki lelah merajut segala angan. Lak-laki juga mengalami masa pasrah dengan keadaan
disaat semua usaha telah dijalankan. Bukan berarti patah semangat lalu enggan
beranjak dari masa diamnya, penyadaran arti perenungan itu perlu sebagai
introspeksi tingkah laku manusia. Lagi-lagi patut bersyukur karena tidek semua
orang diberi kesempatan bernafas bahkan terus berlari tanpa menghiaraukan
keadaan sekitar lalu pemaksaan etika dan cara yang diterobos sebagai akses
jalan pintas. Duduk sejenak ini cara sederhana berharap Tuhan akan senantiasa
memberikan petunjuk atas obrolan kecil dalam hati tentang pasangan hidup.
No comments:
Post a Comment