Thursday, 30 March 2017

Duduk Sejenak

Jangan anggap laki-laki cuek kalau belum nikah mereka pun juga merasakan kegalauan yang sama seperti layaknya perempuan. Bolehlah beranggapan kalau perempuan belum nikah karena dibatasi dengan usia produktif antara 20- 35 tahun menurut teori sih sangat cocok masa ideal bagi perempuan. Namun bagi laki-laki yang usia tersebut belum menikah bukan berarti tidak ada rasa sedikit cemas dengan segala problematika yang akan terjadi masa  mendatang.

Sebagaimana laki-laki mejadi tulang punggung keluaga yang bisa memberikan segala kebutuhan keluarga. Menikah lebih muda akan banyak waktu mengurus segala keperluannya, usia 25 tahun ditinjau dari usia kematangan sudah mencukupi kriteria. Selamat bagi mereka yang diizinkan bisa melalui proses ini dengan segala liku yang terjadi. Rasa syukur adalah hal utama dibandingkan dengan mengeluh tiada tara atau bahkan melakukan hal-hal yang bisa merusak rumah tangga. Kalau memang hidup harus terpaku keadaan sulit maka tengoklah mereka laki-laki yang belum bisa tangguh melewati ujian hidup yang bernama pernikahan.

Segala macam pertanyaan klise dari laki-laki yang belum menikah diantaranya siapa kelak pendampingnya yang bisa mengerti keadaan baik secara emosi dan materi merujuk terhadap kembali perannya sebagai pengayom sekaligus nahkoda keluarga. Berbagai macam usaha pun mereka lakukan diantaranya mencari pertemanan baru kepada perempuan, ada pula yang sibuk memperbaiki diri agar Tuhan bisa memantaskan keadaan pasangan yang sesuai keinginannya. Bagi laki-laki paras perempuan bisa pertama dilihat namun bukan utama yang menjadi kriteria persyaratan menuju pernikahan. Perempuannya cantik dan bisa mengerti keadaan laki-laki  apapun segala macam kemungkinan terburuk yang ditimpanya tergolong sangat didambakan. Tapi kalau mencari kesempurnaan fisik dan sifat agar sesuai yang diinginkan manusia tidak mempunyai kekuatan ruang membolak-balikkan hati dan keadaan.

Menerima keadaan hidup bernafas sejenak ketika kaki lelah merajut segala angan. Lak-laki  juga mengalami masa pasrah dengan keadaan disaat semua usaha telah dijalankan. Bukan berarti patah semangat lalu enggan beranjak dari masa diamnya, penyadaran arti perenungan itu perlu sebagai introspeksi tingkah laku manusia. Lagi-lagi patut bersyukur karena tidek semua orang diberi kesempatan bernafas bahkan terus berlari tanpa menghiaraukan keadaan sekitar lalu pemaksaan etika dan cara yang diterobos sebagai akses jalan pintas. Duduk sejenak ini cara sederhana berharap Tuhan akan senantiasa memberikan petunjuk atas obrolan kecil dalam hati tentang pasangan hidup.

No comments:

Post a Comment