Sangat
indah memang cara Tuhan mempertemukan kembali pertemanan yang sudah lebih dari 13
tahun tidak pernah bersua. Dialah Wawan, teman satu sekolah dahulu yang kini
berdomisili di Sleman Yogyakarta. Konon dia sudah hampir 3 tahunan lebih di
sana.
Seperti
dituntun langkah kaki ini saat melewati tangga di salah sartu rumah sakit
daerah Pekalongan. Antara salah orang atau setengah mau curiga kebenaran dari
posturnya sekarang. Emang katanya sih, laki-laki sukses itu dilihat dari
majunya perut atau melarnya pinggang....wakakakaka....dan itu terjadi pada
temenku satu ini.
“Wan...wan...”,
aku coba buntuti tapi ndak ada respon sama sekali tapi biarlah mungkin lagi
fokus nyari toilet. Aku pun mengurungkan kembali atas kecurigaan mirip temenku
yang tiba-tiba kepo tentang orang ini, mungkin beda orang kali
ya...wuih...biarinlah.
Namun
aku masih kekeh, ada kejanggalan kayaknya bener deh...ini Wawan...temen sekolah
dulu. Aku kembali membalikkan lagi menanyakan waktu itu aku masker masih aku pakai.
“Mas
mau kemana ya mas?” aku coba samperi orang yang lagi ling-lung ndak jelas jeluntrungnya.
Belum
sempat menjawab, dia balik tanya, “Kok kaya Temenku dulu ya?”, masker ku aku
buka, “Wan....Wawan tho...?”, gerakan reflek saling memeluk terasa sudah lama
aku ini ndak ketemu bareng. “Piye kabarmu cah...siapa yang sakit?” tanyaku
sembari menepuk pundaknya. “Alhamdulillah....ini bapak lagi perawatan tapi udah
mendingan kok”, jawabnya sembari masih bingung lihat keadaan sekitar. “Mau golhek apa tho?”, penasaranku masih ada. “Iki lho meh sholat tapi bingung
masjide neng endi ya?”, jawabannya
relevan waktu karena belum lama suara adzan terus berkumandang. “Adane mushola
wan...lurus belok kanan, iku tempate...jian gak nyongko ya bisa ketemu ndek kene InsyaAllah mengko tak ampiri bapak ne....”, jawabku
sembari perlahan pamitan.
Kurun
waktu 1 jam pertemuan aku lanjutkan ke ruang perawatan bersama bapak terlibat
diskusi ringan tentang kesehatan yang akhir-akhir ini mengalami gangguan.
Namun, waktu itu Wawan tak tampak masih sibuk dengan keperluan keluarganya,
apresiasi banget nih buat temenku satu ini, well sekali.
Belum
tenang juga ketemu cuma say hay...alhamdulillah pagi harinya waktu pun berpihak
dalam ketidaksengajaan. Obrolan ringan terjadi dengan Wawan seputar kesibukan
sekarang yang tinggal di Kecamatan Cangkriman. Bersama istrinya jiwa mandiri
sudah terasah hingga menuai kesuksesan hingga sekarang. Aku tidak bisa
membayangkan kepanikan saat setelah mendengar kabar bahwa bapaknya sedang sakit. “Lha sampeyan seko Yojo jam
piro Wan ngebut mesti ya?” tanyaku dalam perbincangan kecil pagi itu. “Aku
nggak iso ngebut soale karo adhiku dadi yo enten-entenan”, sambil duduk
menghadap ke timur Wawan merespon pertanyaanku. Bersama itu hanya harapan
semoga bapak bisa membaik kesehatannya. Berbagai cara atas nama Maha Kuasa-Nya
bisa bersua kembali meski dalam keadaan yang tak terduga tentunya ada hikmah
yang bisa dimaknai sebagai persahabatan.
No comments:
Post a Comment