Saturday, 3 December 2016

Aku dan Kamu

Sampai suatu waktu, aku sempat menanyakan kepada Tuhan tentang pertemuan aku dengan kamu. Pertanyaan yang jawabannya sudah ada, hanya aku dan kamu rasakan tentang sebuah rasa  yaitu  kenyamanan. Aku tak akan mengira atas kebersamaan ini meninggalkan benih-benih cinta yang suci. Datang dengan sendirinya tanpa ada yang memaksa, tumbuh subur setiap pagi hingga sore. Air kedamaian mengalir bermuara pada kesamaan rasa. Orang lain tidak akan pernah tahu adanya kesamaan perasaan  disaat memang harus dipisahkan keadaan. Suatu hari kamu mengatakan perasaan itu jangan pernah terjadi. Ada alasan karena perbedaan cara pandang mengenai prinsip hidup yang mendasar penyebab penolakan itu terjadi.  Aku hanya menghela nafas panjang hingga aku terus memutar arah kemudian berlari menutup mata semua yang terjadi. Aku tak menengok ke belakang mengenai keputusan itu sudah cukup sampai disini aku menghempaskan seluruh perasaan yang tidak akan bertahan lama lagi.

Disaat aku telah berlari, suara sendu terdengar lalu kamu berteriak jangan pernah tinggalkan rasa ini. Biarkan rasa suci ini berkembang diantara aku dan kamu. Kamu duduk disampingku kemudian kepalamu merunduk tak ada satu katapun kamu ucapkan. Perbedaan semakin nyata disaat orang tua memandang hubungan yang bagi mereka tidak pantas dijalani. Rasa diantara aku dan kamu terus memberontak berteriak menggema berbatas dinding hati yang menyakitkan. Terasa perih menahan gejolak rasa saling memiliki sudah sebegitu dalamnya. Kepasrahan tak berujung segala tanya terus mendera sudah saatnya menyadari bahwa tidak segala hal keinginan itu harus dipaksakan.


Atap daun di pinggir pematang sawah tidak lagi berwarna hijau. Kicauan burung terus bersuara, sudah mendekati siang perjalanan hidup aku dan kamu. Sudah banyak bentuk rajutan cerita dari helaian benang masih saja aku dan kamu menunggu fajar yang tak kunjung datang. Lalu angan untuk berlari kembali datang dan kepergian itu menjadi jawaban sesungguhnya. Pergi mencari jawaban Tuhan Maha Pemberi Kasih Sayang akan menentramkan hati dan pikiran. Sujud menyerahkan diri sepenuhnya yang terbaik, meski jarak dekat harus ada batasnya. Membatasi aku untuk jatuh cinta lagi tatkala aku terngiang bersenda gurau bersama kamu.  Tidak sebagai mencegah kejujuran hati mengenai cinta namun memendamnya kemudian menempatkan diri itu lebih baik daripada bersama.

No comments:

Post a Comment