Sampai
suatu waktu, aku sempat menanyakan kepada Tuhan tentang pertemuan aku dengan
kamu. Pertanyaan yang jawabannya sudah ada, hanya aku dan kamu rasakan tentang sebuah
rasa yaitu kenyamanan. Aku tak akan mengira atas
kebersamaan ini meninggalkan benih-benih cinta yang suci. Datang dengan
sendirinya tanpa ada yang memaksa, tumbuh subur setiap pagi hingga sore. Air
kedamaian mengalir bermuara pada kesamaan rasa. Orang lain tidak akan pernah
tahu adanya kesamaan perasaan disaat memang
harus dipisahkan keadaan. Suatu hari kamu mengatakan perasaan itu jangan pernah
terjadi. Ada alasan karena perbedaan cara pandang mengenai prinsip hidup yang
mendasar penyebab penolakan itu terjadi.
Aku hanya menghela nafas panjang hingga aku terus memutar arah kemudian berlari
menutup mata semua yang terjadi. Aku tak menengok ke belakang mengenai
keputusan itu sudah cukup sampai disini aku menghempaskan seluruh perasaan yang
tidak akan bertahan lama lagi.
Disaat
aku telah berlari, suara sendu terdengar lalu kamu berteriak jangan pernah
tinggalkan rasa ini. Biarkan rasa suci ini berkembang diantara aku dan kamu.
Kamu duduk disampingku kemudian kepalamu merunduk tak ada satu katapun kamu
ucapkan. Perbedaan semakin nyata disaat orang tua memandang hubungan yang bagi
mereka tidak pantas dijalani. Rasa diantara aku dan kamu terus memberontak
berteriak menggema berbatas dinding hati yang menyakitkan. Terasa perih menahan
gejolak rasa saling memiliki sudah sebegitu dalamnya. Kepasrahan tak berujung
segala tanya terus mendera sudah saatnya menyadari bahwa tidak segala hal keinginan
itu harus dipaksakan.
Atap
daun di pinggir pematang sawah tidak lagi berwarna hijau. Kicauan burung terus
bersuara, sudah mendekati siang perjalanan hidup aku dan kamu. Sudah banyak
bentuk rajutan cerita dari helaian benang masih saja aku dan kamu menunggu
fajar yang tak kunjung datang. Lalu angan untuk berlari kembali datang dan
kepergian itu menjadi jawaban sesungguhnya. Pergi mencari jawaban Tuhan Maha
Pemberi Kasih Sayang akan menentramkan hati dan pikiran. Sujud menyerahkan diri
sepenuhnya yang terbaik, meski jarak dekat harus ada batasnya. Membatasi aku
untuk jatuh cinta lagi tatkala aku terngiang bersenda gurau bersama kamu. Tidak sebagai mencegah kejujuran hati
mengenai cinta namun memendamnya kemudian menempatkan diri itu lebih baik
daripada bersama.
No comments:
Post a Comment