Kegiatan Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai
Kanjeng, terasa penuh kehangatan cinta oleh kearifan masyarakat lokal di Desa
Mereng Kecamatan Warungpring Kabupaten Pemalang. Dihadiri oleh kaum ibu-ibu,
turut membanjiri tempat duduk dari depan hingga belakang. Bapak-bapak dan kaum
muda pun berdatangan bukan hanya dari Pemalang saja, namun berbagai daerahnya
disekitarnya misalnya Pekalongan, Tegal, Slawi dan Purbalingga. Mereka guyub
menyatu dalam nuansa maiyah menyamakan koordinat duduk bersama Cak Nun dan Kiai
Kanjeng.
Harapan besar Cak Nun kepada pemuda
mengenai penerus bangsa sangat beliau rindukan. Generasi yang bisa diandalkan
menyongsong pagi tatkala senja semakin muram bahkan kian padam. Kehadiran Bapak
TNI juga turut naik panggung menggunakan peci memberikan kebanggaan tersendiri bagi
Cak Nun dan semuanya yang hadir. Beliau mengatakan bahwa hanya tentara di Indonesia
yang berani memakai peci, duduk sinau bersama rakyatnya.
Disela-sela pembicaraan Cak Nun
mengingatkan kepada masyarakat agar terus berkoordinasi dengan pemerintah
setempat baik kepada pemerintah desa, kecamatan, Babinsa dan POLRI dalam
menyelesaikan persoalan di daerahnya. Komunikasi masyarakat harus terbina dan
berintegrasi langsung kepada pemerintahan desa, kecamatan, Babinsa dan Polri.
Apabila kemesraan tersebut terjalin maka insyaAllah permasalahan akan selesai.
Menyinggung persoalan yang akhir-akhir
ini terjadi di Ibukota Cak Nun mengingatkan bahwa sesuatu yang sudah bergerak
dan kemudian berjalan tidak terjadi dengan sendirinya. Ibarat sebuah mobil
bergerak jangan dipikir hanya casing dan rodanya yang bergerak, melainkan
kukuatan penggerak dan chasis-nya. Sedang menangggapi pemberitaan media yang terus mengalir Cak Nun
menyarankan ada batasan tertentu sebagai manusia dalam melihat pemberitaan. Keterbatasan
manusia akan lebih indah karena dengan keterbatasan Allah SWT memberikan nikmat
atas dirimu sekarang. Sama halnya bagi masyarakat awam tidak wajib harus
menerima informasi yang beredar di media sosial. Bagi mereka hidup
bermasyarakat dengan baik adalah sesuatu yang terpenting dalam membina
kerukunan.
Selain itu Cak Nun mengingatkan untuk
belajar keseimbangan hidup manusia terhadap nilai-nilai kebahagiaan dan
kesedihan agar tidak berlebihan. Apabila masih diberi kebahagiaan jangan
sampai kebahagiaan tersebut membuat lalai dengan orang lain yang masih tertimpa
kesedihan. Maka kita harus membatasi kebahagiaan tersebut agar masih dalam
batasan koridor yang aman. Demikian juga pemerintah dalam mengatasi masalah
negaranya agar keseimbangan-keseimbangan itu bisa terjadi. Jangan sampai berat sebelah
sehingga mengakibatkan permasalahan ketimpangan di masyarakat.
Sabagai penutup acara Sinau Bareng Cak
Nun yaitu sesi tanya jawab mengenai keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat.
Cak Nun menerangkan mengenai kehidupan manusia merupakan proses satu kesatuan tujuan
sedangkan kejadiaannya meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat. Jadi
sebenarnya tujuan hidup manusia itu kepada akhirat yang nantinya akan kekal
selamanya, begitu tegasnya.
No comments:
Post a Comment