Monday, 12 December 2016

Perjalanan Sunyi

Tentang hidup manusia merasa sendiri, berjalan melalui berbagai peristiwa disamping jalan. Langkah kaki masih berjalan menyisir tepian hidup dari sendau gurau permainan dari Tuhan. Manusia tersebut tersenyum malu menanyakan kepada Tuhannya,
”Wahai Tuhan, mengapa aku sendiri seperti ini meratapi kehidupan ini?”
Tuhan masih diam belum memberikan jawaban kepada manusia.

“Ah Tuhan, mengapa Engkau diam tidak menjawab pertanyaanku?
Tuhan masih saja diam serasa membiarkan pertanyaan itu.

“Apa aku masih kurang beribadah kepada Mu Tuhan?”
Tuhan masih terdiam seribu bahasa melihat makhluknya mengadukan keinginannya.
Lalu Tuhan menjawab beberapa jawaban singkat kepada manusia.
“Ya manusia Tuhanmu Maha Mendengar dari sesuatu yang paling halus dari suara hatimu. Apabila kesendirian itu kamu bisa menemukan kemesraanmu Kepada Ku niscaya aku akan melegakan semua kecemasan diantara sela-sela perasaan di dadamu. Ibadahmu tidak akan menambah rasa kehebatan-Ku. Jangan coba-coba menyuap atas permintaanmu agar lebih cepat dikabulkan”

Manusia tersebut tertunduk diam masih belum bisa menerima kenyataan atas kenihilan hasil doa yang beliau panjatkan. Tuhan masih membiarkankan manusia terlantar dalam keterpurukan sampai titik dasar. Saat itu pula manusia berpasrah agar merelakan hidupnya.

“Tuhan aku berpasrah atas sesuatu yang ada pada diriku sekarang ini”
“Engkau wahai Tuhanku biarkan aku memelukmu sebagai hamba yang belajar ridho atas keridhoan mulia-Mu kepadaku”
“Tuhan betapa hinanya aku saat banyak sekali nikmat yang aku lupakan serta berfokus sesuatu yang tidak ada dihadapanku”.

“Tuhan Maafkanlah Aku”

No comments:

Post a Comment