Tentang
hidup manusia merasa sendiri, berjalan melalui berbagai peristiwa disamping
jalan. Langkah kaki masih berjalan menyisir tepian hidup dari sendau gurau
permainan dari Tuhan. Manusia tersebut tersenyum malu menanyakan kepada
Tuhannya,
”Wahai
Tuhan, mengapa aku sendiri seperti ini meratapi kehidupan ini?”
Tuhan
masih diam belum memberikan jawaban kepada manusia.
“Ah
Tuhan, mengapa Engkau diam tidak menjawab pertanyaanku?
Tuhan
masih saja diam serasa membiarkan pertanyaan itu.
“Apa
aku masih kurang beribadah kepada Mu Tuhan?”
Tuhan
masih terdiam seribu bahasa melihat makhluknya mengadukan keinginannya.
Lalu
Tuhan menjawab beberapa jawaban singkat kepada manusia.
“Ya
manusia Tuhanmu Maha Mendengar dari sesuatu yang paling halus dari suara
hatimu. Apabila kesendirian itu kamu bisa menemukan kemesraanmu Kepada Ku
niscaya aku akan melegakan semua kecemasan diantara sela-sela perasaan di
dadamu. Ibadahmu tidak akan menambah rasa kehebatan-Ku. Jangan coba-coba
menyuap atas permintaanmu agar lebih cepat dikabulkan”
Manusia
tersebut tertunduk diam masih belum bisa menerima kenyataan atas kenihilan
hasil doa yang beliau panjatkan. Tuhan masih membiarkankan manusia terlantar dalam
keterpurukan sampai titik dasar. Saat itu pula manusia berpasrah agar merelakan
hidupnya.
“Tuhan
aku berpasrah atas sesuatu yang ada pada diriku sekarang ini”
“Engkau
wahai Tuhanku biarkan aku memelukmu sebagai hamba yang belajar ridho atas keridhoan
mulia-Mu kepadaku”
“Tuhan
betapa hinanya aku saat banyak sekali nikmat yang aku lupakan serta berfokus
sesuatu yang tidak ada dihadapanku”.
“Tuhan
Maafkanlah Aku”
No comments:
Post a Comment