Pagi yang cerah membuat semangat Idha
masih menunggu Hilmi, diteras rumah sembari memegang handphone lalu dipilihnya untuk duduk diatas kursi panjang. Hari
ini Idha akan berangkat kerja, rencananya Hilmi akan mengantarkan sampai tempat
kerja. Hilmi adalah anak dari bulek Idha
yang kebetulan jarak rumahnya tidak begitu jauh dengannya. Waktu luang
Hilmi yang baru lulus SMA memungkinkan sekedar membantu Idha.
Selang beberapa menit Hilmi datang
menggunakan motor matik putih, kemudian menghampiri Idha.
“Ayo Mbak, berangkat”,
“Iya
udah Aku tunggu dari tadi”.
“Maaf
Mbak tadi udah bangun pagi, tapi tidur lagi, kesiangan deh”,
“Ya
udah nggak apa-apa”.
“Ini
Aku Nganter sampai kantor kan?”
“Iyah
Hilmi, anter Mbak sampai depan kantor nanti bisa langsung pulang”.
“Oh...Iya
mbak”.
Perjalanan dari rumah Idha menuju ke
kantornya kurang lebih 15 menit melewati jalur pantura dengan segala kesumpekan
suasana kendaraan besar saling berseliweran. Hilmi sudah sampai di depan kantor
Idha, saat itu pula Hilmi berpamitan dengan Idha.
“Mbak
Idha, udah yah... “,
“Iya
Hilmi, hati-hati di jalan ya”.
Waktu
mendekati pukul 07.15 pertanda bahwa Idha sudah memasuki jam kerjanya sebagai
staf administrasi kantor.
***
Posisi karier Idha di kantor sebagai
staf administrasi, namun sementara waktu Idha ditempatkan pada bagian hubungan
masyarakat sembari menunggu kesesuaian tugasnya didalam staf administrasi.
Dalam kesehariannya melayani masyarakat Idha ditemani oleh rekannya bernama
Dewi yang usianya empat tahun lebih muda darinya.
“Pagi
Jeng...”, sapa Dewi kepada Idha.
“Berangkat
bareng siapa?”
“Bareng
Hilmi tadi dianter naik motor”
“Ohh...iya
Jeng...”
“Berarti
nanti pulangnya dijemput Hilmi juga Jeng?”
“Iya
Jeng...lha gimana Jeng ada apa?”
“Gak
apa-apa sih...Repot juga ya Jeng kamu gak bisa naik motor”
“Sebenarnya
Hilmi itu nanti ada acara juga jadi sekalian jemput aku Jeng”
“Oh
begitu...aku kira dia sengaja ke kantor jemput km”
“Ndak
juga dia itu sepupu tapi sudah aku anggap adikku sendiri, lagian dia masih
nunggu mau masuk kuliah jadi masih banyak waktu luang di rumah”.
“Wah
enak ya Jeng...pulangnya ada yang jemput”
“Ya
ini sementara saja dijemput kalau Hilmi sudah mulai masuk kuliah aku tetap
pulang sendiri”.
“Eh
Jeng katanya ada temen satu kantor lho yang satu kampung dengan kamu”
“Masa
iya kah? Tau dari mana?”
“Kemarin
sih...aku maen-maen ke bagian lain
katanya alamatnya satu kampung sama kamu”
“Terus
kalau begitu kenapa emangnya Jeng?”
“Yah
kali aja kalau memang pulangnya bisa bareng biar kamu nanti bonceng kan bisa”
“Ah
kamu tuh ngaco aja, kenal aja nggak kok”,
“Lha
makanya tenang nanti aku kenalin ke kamu”.
“Ndak
usah ah...Biarin nanti pulang naik angkot kan di depan juga banyak”
“Bener...niih..kamu
gak nyesel?“Tapi nanti coba tak bilangin lah entah kapannya ya”
Keceriaan Dewi sangat memberikan kenyamanan
yang mendasar oleh Idha. Keberadaan Idha yang sangat membutuhkan teman akrab
serasa sudah terjawab atas keakraban diruang kerja yang mereka rasakan bersama.
***
No comments:
Post a Comment