Sebuah pertanyaan yang sedang
diajukan kepada calon mahasiswa disaat mengikuti program pengenalan kampus oleh
panitia penerimaan mahasiswa baru. Satu persatu mereka menjawab diantaranya ada
yang menjawab ingin sukses, ingin bekerja disebuah perusahaan, agar masa
depannya cerah atau saking tidak sempatnya memikirkan hal yang jauh hanya
sekedar menjawab karena disuruh orang tua. Deskipsi tersebut jawaban kejujuran
mereka atas dasar yang sering, mereka lihat bahwa tujuan hidupnya memandang
kebahagiaan orang lain bukan mengerti tugas mulianya Tuhan kepadanya.
Jiwa-jiwa
pemuda masih berjiwa subuh di ufuk timur akan menerangi kehidupan dunia
menjelang pagi. Hatinya masih seperti embun yang jernih banyak sekali harapan
manfaat dari berkumpulnya embun sebagai pembasuh lusuhnya tatanan negara dimasa
menjelang matahari terbenam. Pemuda baru bangun dari tidurnya saat itu pula
menonton para ayah-ayahnya berpesta-pora dalam lembaran perjanjian proyek.
Beraneka ragam hiburan hedonis sebagai
pedoman membedakan sebuah strata klasifikasi masyarakat. Permainan berbentuk
layar disana disisipkan berbagai macam sajian khas bertemakan jejaring sosial. Pola pikirnya dikerdilkan mengasumsikan serta
menggeneralisasikan bangsanya sebagai bangsa yang sangat ketertinggalan. Lalu
mereka kebingungan mengenai jati dirinya.
Pemuda
dari lingkungan keluarga serta peradaban modern dituntut berpendidikan formal. Dari
usia cara bermain mereka dikelompokkan dalam kelompok belajar. Tatkala harus
mengenal sesama mereka ditempatkan disebuah taman kanak-kanak. Sebagai pondasi
dasar mereka mengenyam selama 6 tahun menjadi anak-anak yang kuat menerima
pelajaran diatasnya. Ditengah-tengah masa transisi anak menjadi remaja, sekolah
menengah pertama sebagai pendidikan banyak sekali menerima perubahan emosi
keingintahuan. Setingkat sekolah menengah atas doktrin-doktrin masa depan
dicanangkan melalui penjurusan mata pelajaran. Sedang produk keilmuan telah
disalah interpretasikan adanya dualisme pemahaman antara mata pelajaran umum
dan agama. Padahal semuanya bersumber pada muara pengabdian sepenuhnya keilmuan
kepada Tuhannya manusia. Meskipun konteks pengalihan pemahaman tersebut sepele,
namun dampak pemahaman tersebut telah nampak dari esensi hidupnya.
Sedikit
demi sedikit mereka terasing dari awalnya lahir kemudian dilupakan atas
kejadian yang sedang mereka pelajari. Saat itu pula banyak faktor luar
diantaranya gemerlap gaya hidup modern, kemewahan yang melupakan tujuan akhir
yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Anggapan sukses dicontohkan dari
berbagai sudut proses kehidupan manusia sebagai makhluk yang bermateri dengan
segala fasilitas keduniaannya.
Tatanan
kultur hidup sebagai kaum karyawan lebih menjanjikan, sepertinya mereka masih
mengagungkakan dibandingkan menciptakan sebuah lapangan pekerjaan untuk orang
lain. Proses setingkat pencapaian karier dengan instan menjalankan sistem
pekerjaan yang sudah ada lebih diminati daripada bergelut sistem panjang
sebagai proses kemanfaatan lapangan pekerjaan lain untuk masyarakat. Tidak jauh
dari orang tua yang sama halnya sebagai kaum buruh dari perusahaan ataupun
lebih sama sebagai pegawai pemerintah maka seperti buah yang akan jatuh tidak
jauh dari pohonnya. Kesempitan ini terus menurun sebagai sesuatu yang
diwariskan sebagai tanda kejayaan dari sebuah keluarga.
Pemuda
masih belum mengetahui tentang sesuatu yang diminatinya disaat memlilih jurusan
perkuliahan. Biasanya tidak ada yang melakukan pendekatan emosional terarah
dari orang tua atau pemberian pengetahuan mengenai keadaan jurusan perkuliahan.
Merasa bingung sedangkan teman-teman lainnya telah memilih jurusan yang
diinginkan. Ada juga orang tua yang terlalu mendalam mengarahkan jurusan perkuliahan
sehingga dalam praktek perkuliahan keadaannya merasa tertekan bisa karena
kurang nyaman bukan pilihan dirinya.
Tidak
sedikit kasus mahasiswa salah jurusan karena waktu penerimaan mahasiswa baru di
universitas lain sudah tutup. Alasan lain karena sudah capek kesana kemari
daftar masuk ke perguruan tinggi tidak membuahkan hasil. Sehingga memilih
jurusan apa adanya dengan asumsi yang penting kuliah. Meskipun sangat sepele
memilih jurusan perkuliahan sangat penting mengingat bahwa sesuatu apabila
dilandasi dengan kekuatan suka atau cinta terhadap bidang tertentu maka ketika
menghadapi kesulitan maka kukuatan itu menjadi penyemangat bagi kehidupannya.
No comments:
Post a Comment