Tuhan Maha Asyik kata Mbah Tejo,
memang ada benarnya juga disaat memulai kebaikan maka ujian datang bergulir di
depan kita. Maha Asyiknya Tuhan menginginkan kita menikmati proses hidup
berbagai likunya seperti lagu “Arti Kehidupan” Om Mus Mujiono. Kiranya sudah
satu minggu kupluk merah putih sudah mendangkrak di almari, ingin sekali saya
pakai dalam berakting nanti malam saat shalat tarawih berjamaah di masjid
paling diminati seantero desa.
Kupluk berwarna merah putih saya beli dari
Semarang. Sudahlah segera aku pakai dikepala, rada terburu-buru dari rumah
menuju ke masjid, jarak yang cukup jauh. Sebenarnya ada masjid yang jaraknya lebih
dekat, namun ingin menikmati sholat tarawih dengan suasana berbeda mungkin ini
lebih asyik. Ternyata benar setelah sampai di halaman masjid, sudah tertingal
dua raka’at pada akhirnya saya masuk masjid menempatkan diri pada shaf baris
terakhir dibawah lampu hias.
Semarak nuansa bulan Ramadhan di desa
sangat membawa warna tersendiri khususnya semangat beribadah berjamaah kian
kental. Berbagai masjid dan mushola kegiatan sholat berjamaah meningkat jumlah
dari hari biasanya. Allah SWT memberikan pahala berlimpah di bulan Ramadhan
sehingga kita pun terasa termotivasi beramal lebih banyak lagi, mental saya
juga masih seperti itu. Berakting hanya dalam satu bulan berfitrah menuju
proses kehidupan. Akting yang pada dasarnya lupa atas kesehariannya betapa
terkesan sangat religius hanya di bulan Ramadhan. Pakaiannya begitu berubah
yang semula hanya menggunakan kaos oblong berubah menjadi baju koko meskipun
lengan pendek dan seterusnya. Andaikan baju itu bisa membalas omongan,”Tumben berani
pakai baju koko ke mall?halah paling kamu akting saja di bulan Ramadhan,
selepasnya kamu nanti juga akan lupa kembali lagi seperti habitatmu!”
Lupakanlah tentang motivasi itu semoga
kelalaian itu segera berakhir dan berharap berubah menjadi barokah hidup berkelanjutan.
Saat setelah sholat tarawih ditutup dengan sholat witir saya sekedar
beristirahat meluruskan kedua lutut duduk didalam masjid sejenak agar jamaah
lain lebih dahulu kembali ke rumah masing-masing. Dari belakang saya tiba-tiba seorang
teman menepuk pundak,
“Hay Mas, gimana kabarnya?”
“Kupluknya mirip sinterklas, aku kira sinterklas
ikut sholat...hahaa”, kelakar beliau.
“Alhamdulillah, baik...hahaa...biarin
mau dibilang apa”
“Masih sepedanan mas?” lanjut dia
bertanya
“Wah kalau ramadhan tetap sepedaan
cepet-cepet aja masuk ke warung,..haha...”,
Obrolan terus berlanjut, tapi ternyata
waktu sudah agak malam karena jamaah sholat tarawih sudah berganti dengan
jamaah tadarrus Alqur’an. Saya pun bergegas menuju halaman parkir meninggalkan
masjid membawa oleh-oleh tentang cara penilaian orang yang justru sangat aku
sukai dan harus pelajari atas pesan implisit yang penuh makna tersebut.
***
Sesuatu yang hanya kita ketahui maka
cara menilainya pun tidak lebih dari data-data keterbatasan kemampuan di
pikiran. Seperti contoh melihat matahari apabila dilihat dari satu sisi maka
bersifat kebendaan yang memancar sinar. Tidak lebih sama halnya dengan cara
memandang bulan yang sama juga memancarkan cahaya dimalam hari. Maka beda
keduanya hanya pada kejadian waktu munculnya. Tidak ada kesalahan pemahaman
karena itu yang dilihat manusia. Informasi yang diterima dalam pikiran hanya
batasan fisik dan paling mudah untuk disimpulkan tentang memaknai suatu
kejadian.
Pemakluman mengenai pengetahuan saya
tempatkan paling depan, agar sikap lapang menerima pendapat orang lain bisa
saya miliki dan ini pelajaran yang saya tunggu-tunggu kedatangannya.
Alhamdulillah melalui kupluk yang berwarna merah putih ada yang memahami
seperti santa claus, tokoh yang sering muncul di layar televisi tiap menjelang
hari Natal. Tokoh santa claus berbadan gemuk bertopi merah putih pada bagian
ujungnya terdapat bulatan putih memang diidolakan khususnya para anak-anak.
Konon melalui ceritanya di setiap malam natal atau tanggal 24 Desember santa
claus ini memberikan surprise hadiah kepada anak-anak melalui cerobong asap
rumah. Dikawasan eropa pada tanggal tersebut biasanya musim dingin sehingga
seringnya penduduk disana menghangatkan badannya di dekat tungku pemanas
ruangan. Dari situlah biasanya anak-anak menerima hadiah dari santa claus yang
dilempar melalui cerobong asap sebagai tanda hadiah kepadanya.
Saya tidak akan berprasangka buruk
mengenai seseorang yang mengatakan kupluk merah putih mirip sekali dengan tokoh
santa claus. Dialektika tersebut sebenarnya Allah SWT mengutus para malaikat
melalui teman saya untuk mengomentari sesuatu yang saya kenakan dan kembali
lagi Tuhan itu Maha Asyik, yang sebenarnya ingin sekali melihat tanggapan atas
komentar tersebut. Kalau saya terkecoh menanggapinya dengan rasa ego kebenaran maka
malah saya akan membela diri bahkan bisa menyalahkan pendapat orang lain. Saya
pun malah sangat berterima kasih karena Allah SWT selalu memperhatikan dan
mengingatkan. Setidaknya saya terhindar dari rasa paling benar. Kembali lagi
saya hanya tersenyum dan berkelakar agar kemesraan itu ada merekatkan
persaudaraan sesama.
Persamaan warna sepertinya yang
menjadi acuan serta menyimpulkan melalui caranya sendiri dan menganggap
itu menjadi kemiripan. Sangat benar
memang warna yang mencolok pada kupluk berwarna merah dipadukan warna putih.
Hal demikian pula terdapat pada topi santa claus namun warna merahnya lebih
kentara mendominasi dari ujung hingga pangkal kepala. Secara model penutup
kepala pada dasaranya melalui bentuknya saja sangat berbeda. Kupluk merah putih
berbentuk lingkaran pada bagian paling atas berbentuk datar dan terdapat lubang
udara sebagai akses agar tidak gerah apabila dikenakan. Sedangkan topi santa
claus berbentuk kerucut bagian ujungnya terdapat bulatan kecil berwarna putih.
Secara fungsi keduanya sama yaitu sebagai penutup kepala.
Pemaparan itu hanya untuk menjelaskan
sisi beda diantara keduanya, bukan sebagai pembelaan dan tetap asyik apabila
ada yang menilai kupluk yang saya kenakan seperti santa claus. Opini tersebut
hanya berlaku untuk yang mengatakan sedangkan apabila saya dikomentari seperti
itu pun, saya masih tenang menjadi diri saya sendiri yang mempunyai kedaulatan
bertindak menurut hati, akal dan pikiran yang saya yakini
***
Masih ada sisi lain dari topik yang
berhubungan dengan sinterklas, santa claus dan santa cruz yang mempunyai
batasan makna yang berbeda. Mengenai hobi olah raga yang saya yakini bisa
mempererat silaurahmi yaitu bersepeda. Kegemaran tersebut tidak lepas dari
merek atau brand terkemuka baik mulai dari sepeda, asesoris, jersey, helm dan
sebagainya. Salah satu merek favorit yang saya gemari yaitu santa cruz. Pabrikan
sepeda dari Amrik memang kualitasnya sangat oke punya. Dari desainya mempunyai ciri khas tersendiri.
Apalagi masuk ke dalam materialnya sehingga harga dalam nominal rupiah bisa
mencapai puluhan juta. Santa cruz tipe Nomad misalnya harga framenya saja
hampir mencapai 48 juta bermaterial carbon. Tentunya sangat fantastis harganya
sedangkan hobi sepeda itu tidak begitu mempermasalahkan harga sepeda, namun
yang terpenting guyubnya bareng teman-teman.
AM santa cruz tipe nomad 2015
Akhirnya saya mempunyai ide untuk
mencari kemiripan desain geometri frame
sepeda kemudian saya repaint agar mirip sama halnya santa cruz tipe nomad. Alhamdulillah desain geometri frame lokal ada yang mirip. Hanya ditambah
decal merek hasilnya hampir jauh beda bagi kalangan expert di bidang sepeda. Namun bagi saya pencapaian ini sudah
cukup untuk turun gunung bergembira bareng teman-teman. Subtansi dari hidup kan
bahagia diri sendiri dan orang lain disekitar kita. Terlepas dari itu masih ada
teman yang bertanya mengenai hasil repaint
sepeda,
“Mas kok mengapa kok repaint-nya pakai merek santa cruz?”
“Bukannya santa cruz itu identik
dengan natal?”
“Kalau kamu tanyanya begitu baik aku
jawab...karena alasanya geometri nya kebetulan sama dengan santa cruz nomad itu
yang pertama, terus alasan kedua karena sudah sesuai mereknya jadi kalau toh
itu namanya misalnya “berhala” ya tetap saya repain nama mereknya seperti itu,
dan saya tidak mengenal bahkan tidak mengidentikan santa cruz tersebut dalam
ranah keyakinan agama saya”, jawab saya penuh guyon disela istirahat bersepeda.
Ternyata asumsi dan opini orang lain
terkadang sangat berbeda dengan keyakinan yang saya miliki. Cenderung mereka
telah menyimpulkan sesuatu meskipun itu tidak diungkapkan namun saya mengetahui arah
pertanyaannya. Tapi semuanya itu menjadikan hidup saya lebih asyik bisa
mengolah kembali cara berfikir baik bagi saya sendiri maupun orang lain.
Berdamai pada keadaan orang lain yang menanyakan sesuatu tentang apa yang kita
perbuat, bisa saja itu sebagai ujian menjelaskan kualitas kita sebenarnya.
No comments:
Post a Comment