Saturday, 31 December 2016

Kupluk dan Santa Cruz


Tuhan Maha Asyik kata Mbah Tejo, memang ada benarnya juga disaat memulai kebaikan maka ujian datang bergulir di depan kita. Maha Asyiknya Tuhan menginginkan kita menikmati proses hidup berbagai likunya seperti lagu “Arti Kehidupan” Om Mus Mujiono. Kiranya sudah satu minggu kupluk merah putih sudah mendangkrak di almari, ingin sekali saya pakai dalam berakting nanti malam saat shalat tarawih berjamaah di masjid paling diminati seantero desa.


Kupluk berwarna merah putih saya beli dari Semarang. Sudahlah segera aku pakai dikepala, rada terburu-buru dari rumah menuju ke masjid, jarak yang cukup jauh. Sebenarnya ada masjid yang jaraknya lebih dekat, namun ingin menikmati sholat tarawih dengan suasana berbeda mungkin ini lebih asyik. Ternyata benar setelah sampai di halaman masjid, sudah tertingal dua raka’at pada akhirnya saya masuk masjid menempatkan diri pada shaf baris terakhir dibawah lampu hias.

Semarak nuansa bulan Ramadhan di desa sangat membawa warna tersendiri khususnya semangat beribadah berjamaah kian kental. Berbagai masjid dan mushola kegiatan sholat berjamaah meningkat jumlah dari hari biasanya. Allah SWT memberikan pahala berlimpah di bulan Ramadhan sehingga kita pun terasa termotivasi beramal lebih banyak lagi, mental saya juga masih seperti itu. Berakting hanya dalam satu bulan berfitrah menuju proses kehidupan. Akting yang pada dasarnya lupa atas kesehariannya betapa terkesan sangat religius hanya di bulan Ramadhan. Pakaiannya begitu berubah yang semula hanya menggunakan kaos oblong berubah menjadi baju koko meskipun lengan pendek dan seterusnya. Andaikan baju itu bisa membalas omongan,”Tumben berani pakai baju koko ke mall?halah paling kamu akting saja di bulan Ramadhan, selepasnya kamu nanti juga akan lupa kembali lagi seperti habitatmu!”

Lupakanlah tentang motivasi itu semoga kelalaian itu segera berakhir dan berharap berubah menjadi barokah hidup berkelanjutan. Saat setelah sholat tarawih ditutup dengan sholat witir saya sekedar beristirahat meluruskan kedua lutut duduk didalam masjid sejenak agar jamaah lain lebih dahulu kembali ke rumah masing-masing. Dari belakang saya tiba-tiba seorang teman menepuk pundak,
“Hay Mas, gimana kabarnya?”
 “Kupluknya mirip sinterklas, aku kira sinterklas ikut sholat...hahaa”, kelakar beliau.
“Alhamdulillah, baik...hahaa...biarin mau dibilang apa”
“Masih sepedanan mas?” lanjut dia bertanya
“Wah kalau ramadhan tetap sepedaan cepet-cepet aja masuk ke warung,..haha...”,
Obrolan terus berlanjut, tapi ternyata waktu sudah agak malam karena jamaah sholat tarawih sudah berganti dengan jamaah tadarrus Alqur’an. Saya pun bergegas menuju halaman parkir meninggalkan masjid membawa oleh-oleh tentang cara penilaian orang yang justru sangat aku sukai dan harus pelajari atas pesan implisit yang penuh makna tersebut.

***
Sesuatu yang hanya kita ketahui maka cara menilainya pun tidak lebih dari data-data keterbatasan kemampuan di pikiran. Seperti contoh melihat matahari apabila dilihat dari satu sisi maka bersifat kebendaan yang memancar sinar. Tidak lebih sama halnya dengan cara memandang bulan yang sama juga memancarkan cahaya dimalam hari. Maka beda keduanya hanya pada kejadian waktu munculnya. Tidak ada kesalahan pemahaman karena itu yang dilihat manusia. Informasi yang diterima dalam pikiran hanya batasan fisik dan paling mudah untuk disimpulkan tentang memaknai suatu kejadian.

Pemakluman mengenai pengetahuan saya tempatkan paling depan, agar sikap lapang menerima pendapat orang lain bisa saya miliki dan ini pelajaran yang saya tunggu-tunggu kedatangannya. Alhamdulillah melalui kupluk yang berwarna merah putih ada yang memahami seperti santa claus, tokoh yang sering muncul di layar televisi tiap menjelang hari Natal. Tokoh santa claus berbadan gemuk bertopi merah putih pada bagian ujungnya terdapat bulatan putih memang diidolakan khususnya para anak-anak. Konon melalui ceritanya di setiap malam natal atau tanggal 24 Desember santa claus ini memberikan surprise hadiah kepada anak-anak melalui cerobong asap rumah. Dikawasan eropa pada tanggal tersebut biasanya musim dingin sehingga seringnya penduduk disana menghangatkan badannya di dekat tungku pemanas ruangan. Dari situlah biasanya anak-anak menerima hadiah dari santa claus yang dilempar melalui cerobong asap sebagai tanda hadiah kepadanya.

Saya tidak akan berprasangka buruk mengenai seseorang yang mengatakan kupluk merah putih mirip sekali dengan tokoh santa claus. Dialektika tersebut sebenarnya Allah SWT mengutus para malaikat melalui teman saya untuk mengomentari sesuatu yang saya kenakan dan kembali lagi Tuhan itu Maha Asyik, yang sebenarnya ingin sekali melihat tanggapan atas komentar tersebut. Kalau saya terkecoh menanggapinya dengan rasa ego kebenaran maka malah saya akan membela diri bahkan bisa menyalahkan pendapat orang lain. Saya pun malah sangat berterima kasih karena Allah SWT selalu memperhatikan dan mengingatkan. Setidaknya saya terhindar dari rasa paling benar. Kembali lagi saya hanya tersenyum dan berkelakar agar kemesraan itu ada merekatkan persaudaraan sesama. 

Persamaan warna sepertinya yang menjadi acuan serta menyimpulkan melalui caranya sendiri dan menganggap itu  menjadi kemiripan. Sangat benar memang warna yang mencolok pada kupluk berwarna merah dipadukan warna putih. Hal demikian pula terdapat pada topi santa claus namun warna merahnya lebih kentara mendominasi dari ujung hingga pangkal kepala. Secara model penutup kepala pada dasaranya melalui bentuknya saja sangat berbeda. Kupluk merah putih berbentuk lingkaran pada bagian paling atas berbentuk datar dan terdapat lubang udara sebagai akses agar tidak gerah apabila dikenakan. Sedangkan topi santa claus berbentuk kerucut bagian ujungnya terdapat bulatan kecil berwarna putih. Secara  fungsi keduanya  sama yaitu sebagai penutup kepala.

Pemaparan itu hanya untuk menjelaskan sisi beda diantara keduanya, bukan sebagai pembelaan dan tetap asyik apabila ada yang menilai kupluk yang saya kenakan seperti santa claus. Opini tersebut hanya berlaku untuk yang mengatakan sedangkan apabila saya dikomentari seperti itu pun, saya masih tenang menjadi diri saya sendiri yang mempunyai kedaulatan bertindak menurut hati, akal dan pikiran yang saya yakini

***
Masih ada sisi lain dari topik yang berhubungan dengan sinterklas, santa claus dan santa cruz yang mempunyai batasan makna yang berbeda. Mengenai hobi olah raga yang saya yakini bisa mempererat silaurahmi yaitu bersepeda. Kegemaran tersebut tidak lepas dari merek atau brand terkemuka baik mulai dari sepeda, asesoris, jersey, helm dan sebagainya. Salah satu merek favorit yang saya gemari yaitu santa cruz. Pabrikan sepeda dari Amrik memang kualitasnya sangat oke punya.  Dari desainya mempunyai ciri khas tersendiri. Apalagi masuk ke dalam materialnya sehingga harga dalam nominal rupiah bisa mencapai puluhan juta. Santa cruz tipe Nomad misalnya harga framenya saja hampir mencapai 48 juta bermaterial carbon. Tentunya sangat fantastis harganya sedangkan hobi sepeda itu tidak begitu mempermasalahkan harga sepeda, namun yang terpenting guyubnya bareng teman-teman.

AM santa cruz tipe nomad 2015

Akhirnya saya mempunyai ide untuk mencari kemiripan desain geometri frame sepeda kemudian saya repaint agar mirip sama halnya santa cruz  tipe nomad. Alhamdulillah desain geometri frame lokal ada yang mirip. Hanya ditambah decal merek hasilnya hampir jauh beda bagi kalangan expert di bidang sepeda. Namun bagi saya pencapaian ini sudah cukup untuk turun gunung bergembira bareng teman-teman. Subtansi dari hidup kan bahagia diri sendiri dan orang lain disekitar kita. Terlepas dari itu masih ada teman yang bertanya mengenai hasil repaint sepeda,



“Mas kok mengapa kok repaint-nya pakai merek santa cruz?”
“Bukannya santa cruz itu identik dengan natal?”
“Kalau kamu tanyanya begitu baik aku jawab...karena alasanya geometri nya kebetulan sama dengan santa cruz nomad itu yang pertama, terus alasan kedua karena sudah sesuai mereknya jadi kalau toh itu namanya misalnya “berhala” ya tetap saya repain nama mereknya seperti itu, dan saya tidak mengenal bahkan tidak mengidentikan santa cruz tersebut dalam ranah keyakinan agama saya”, jawab saya penuh guyon disela istirahat bersepeda.

Ternyata asumsi dan opini orang lain terkadang sangat berbeda dengan keyakinan yang saya miliki. Cenderung mereka telah menyimpulkan sesuatu meskipun itu tidak diungkapkan namun saya mengetahui arah pertanyaannya. Tapi semuanya itu menjadikan hidup saya lebih asyik bisa mengolah kembali cara berfikir baik bagi saya sendiri maupun orang lain. Berdamai pada keadaan orang lain yang menanyakan sesuatu tentang apa yang kita perbuat, bisa saja itu sebagai ujian menjelaskan kualitas kita sebenarnya.




No comments:

Post a Comment