Sebuah pertanyaan yang saya dapat
disaat bertemu dengan teman, disaat itu pula saya menjawab penuh
ketidakseriusan kelakar bahkan tidak dianggap sebagai jawaban. Dihadapan netbook ini saya berusaha mengetik kata
demi kata dalam satu bingkai keaslian dan kemurnian yang muncul dari pikiran.
Batasan pertanyaan itu jika dikembangkan kembali pertanyaan lain, “Siapa yang
menyuruh untuk menulis?” atau lebih spesifik pertanyaan lain “Motivasi apa yang
akan diraih dengan menulis?”, terlalu banyak pertanyaan menghinggap, masih
perlu dijawab atau hanya didengarkan saja atau hanya dibalas dengan senyuman. Sebisa
mungkin saya jawab kalaupun diluar batasnya saya cukup melambaikan tangan
layaknya uji nyali di gedung tua penuh dengan makhluk astral yang berseliweran.
Satu per satu saya paparkan dimulai
dengan teknik menulis, saya lebih mengandalkan netbook sebagai media langsung disaat menuangkan ide ke dalam bentuk
tulisan. Di dalam netbook telah
dibenamkan software microsoft word tentunya
lebih mudah menghapus tulisan apabila terjadi kesalahan. Hal lain disaat
menulis, saya menyukai kerajinan hasil penulisan. Hasilnya ide-ide yang muncul
akan lebih mudah keluar dengan melihat hasil tulisan di netbook begitu rajin, rata kiri dan kanan bisa sejajar tanpa bekas coretan
kata yang dihapus. Tetapi alasan lebih mendasar bahwa saya mulai gemar menulis
di era serba digital, instan dan
praktis. Berbeda dengan benar-benar penulis asli media apapun baik diketik
ataupun menulis langsung di kertas tidak akan mempengaruhi output pemikiran yang dihasilkan. Dari tekniknya pun saya
berkelakar, tentunya tidak tepat apabila ada yang mengatakan sebagai kegiatan
menulis, lebih murni lagi bahwa kegiatan ini disebut menuangkan ide melalui netbook atau lebih enak sebagai juru
ketik (tukang ketik). Kelakar tersebut berasal dari keadaan sebenarnya agar
predikat saya tidak disebut sebagai penulis. Sebutan tersebut terlalu tinggi
tingkatannya, karena penulis sudah mengenyam masa proses hidup dan perenungan
yang mendalam kemudian hasil tersebut
dituangkan dalam bentuk tulisan. Perbedaan lain tulisan dari seorang penulis
hasil tulisannya mempunyai kekuatan yang mengikat terhadap tingkah laku penulisnya.
Lebih mudah diartikan tulisan seoerang penulis mempunyai karakter dari
pengalaman hidup penulisnya itu sendiri.
Dari alasan teknik diatas lebih nyaman
saya disebut tukang ketik, sebagai penjabaran pertanyaan “Siapa yang menyuruh
untuk menulis?” dapat saya ubah menjadi
“Siapa yang menyuruh untuk jadi tukang ketik?”, agar lebih enak didengar dan
beban predikat sebagai penulis benar-benar hilang. Lantas pertanyaan lebih
spesifik itu saya akan mulai menjawab posisi saya sebagai tukang ketik. Teknik
mengetik sudah saya pelajari sewaktu SMP kelas I, disana disebut sebagai
ketrampilan mengetik termasuk mata pelajaran muatan lokal. Dengan menggunakan
mesin ketik para siswa termasuk saya diharapakan bisa menguasai teknik mengetik
baik secara penggunaan dalam tata administrasi perkantoran maupun teknik 10
jari sebagai bentuk profesional seorang juru ketik. Teknik 10 jari merupakan
teknik mengetik memposisikan 10 jari mempunyai fungsi masing-masing sesuai
huruf di papan keyboard mesin ketik.
Artinya setiap jari berfungsi semua disaat mengetik. Namun hal itu belum
terjadi dengan saya, disaat menulis masih
mengandalkan teknik telunjuk dua jari. Dari sudut pandang profesional
juru ketik pun saya masih sangat jauh dari standarisasi keahlian dalam hal
ketik mengetik. Berarti predikat juru ketik pun bisa gugur karena berbeda kemampuan
dengan realita yang sesungguhnya.
Kembali lagi ke pokok permasalahan
yang belum terjawab mengenai pertanyaan “Siapa yang menyuruh untuk jadi tukang
ketik?”. Kalau saya jawab pertanyaan itu pada dasarnya tujuan hanya untuk diri
sendiri. Maksudnya menulis itu tujuannya untuk kebaikan diri sendiri, menulis
sesuatu agar saya bisa mengambil sisi positifnya dari sebuah kejadian. Adapun
jika itu saya share melalui facebook
ataupun blogger bertujuan agar orang
lain bisa mengambil sisi kebaikan pula dan penggunaan blogger
saya rasa wadah paling pas agar tulisan tetap dapat dibuka kembali tanpa
adanya rasa khawatir data hilang terkena virus.
Terakhir pertanyaan
mengenai “Motivasi apa yang akan diraih dengan menulis?”. Mengenai motivasi
adalah hasil akhir yang akan saya raih.Tentang hasil baik sekarang atau sesuatu yang akan terjadi saya tidak ada
tendensi menjadi apapun. Kegiatan merangkai kata bagi saya sangat menyenangkan
dan terasa mempunyai rasa nikmat bisa menyelesaikan per paragraf. Singkatnya
motivasi menulis karena ingin merangkai kata agar menjadi kalimat kemudian
menjadi paragraf. Kalaupun itu bisa bermanfaat bagi orang lain tentunya saya
turut senang dan yang membuat sesuatu bisa bermanfaat adalah Dzat Yang Maha
Segalanya yaitu Allah SWT.
No comments:
Post a Comment