Saturday, 17 December 2016

Mengapa Harus Menulis?

Sebuah pertanyaan yang saya dapat disaat bertemu dengan teman, disaat itu pula saya menjawab penuh ketidakseriusan kelakar bahkan tidak dianggap sebagai jawaban. Dihadapan netbook ini saya berusaha mengetik kata demi kata dalam satu bingkai keaslian dan kemurnian yang muncul dari pikiran. Batasan pertanyaan itu jika dikembangkan kembali pertanyaan lain, “Siapa yang menyuruh untuk menulis?” atau lebih spesifik pertanyaan lain “Motivasi apa yang akan diraih dengan menulis?”, terlalu banyak pertanyaan menghinggap, masih perlu dijawab atau hanya didengarkan saja atau hanya dibalas dengan senyuman. Sebisa mungkin saya jawab kalaupun diluar batasnya saya cukup melambaikan tangan layaknya uji nyali di gedung tua penuh dengan makhluk astral yang berseliweran.

Satu per satu saya paparkan dimulai dengan teknik menulis, saya lebih mengandalkan netbook sebagai media langsung disaat menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan. Di dalam netbook telah dibenamkan software microsoft word tentunya lebih mudah menghapus tulisan apabila terjadi kesalahan. Hal lain disaat menulis, saya menyukai kerajinan hasil penulisan. Hasilnya ide-ide yang muncul akan lebih mudah keluar dengan melihat hasil tulisan di netbook begitu rajin, rata kiri dan kanan bisa sejajar tanpa bekas coretan kata yang dihapus. Tetapi alasan lebih mendasar bahwa saya mulai gemar menulis di era serba digital, instan dan praktis. Berbeda dengan benar-benar penulis asli media apapun baik diketik ataupun menulis langsung di kertas tidak akan mempengaruhi output pemikiran yang dihasilkan. Dari tekniknya pun saya berkelakar, tentunya tidak tepat apabila ada yang mengatakan sebagai kegiatan menulis, lebih murni lagi bahwa kegiatan ini disebut menuangkan ide melalui netbook atau lebih enak sebagai juru ketik (tukang ketik). Kelakar tersebut berasal dari keadaan sebenarnya agar predikat saya tidak disebut sebagai penulis. Sebutan tersebut terlalu tinggi tingkatannya, karena penulis sudah mengenyam masa proses hidup dan perenungan yang mendalam kemudian hasil  tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan. Perbedaan lain tulisan dari seorang penulis hasil tulisannya mempunyai kekuatan yang mengikat terhadap tingkah laku penulisnya. Lebih mudah diartikan tulisan seoerang penulis mempunyai karakter dari pengalaman hidup penulisnya itu sendiri.

Dari alasan teknik diatas lebih nyaman saya disebut tukang ketik, sebagai penjabaran pertanyaan “Siapa yang menyuruh untuk menulis?”  dapat saya ubah menjadi “Siapa yang menyuruh untuk jadi tukang ketik?”, agar lebih enak didengar dan beban predikat sebagai penulis benar-benar hilang. Lantas pertanyaan lebih spesifik itu saya akan mulai menjawab posisi saya sebagai tukang ketik. Teknik mengetik sudah saya pelajari sewaktu SMP kelas I, disana disebut sebagai ketrampilan mengetik termasuk mata pelajaran muatan lokal. Dengan menggunakan mesin ketik para siswa termasuk saya diharapakan bisa menguasai teknik mengetik baik secara penggunaan dalam tata administrasi perkantoran maupun teknik 10 jari sebagai bentuk profesional seorang juru ketik. Teknik 10 jari merupakan teknik mengetik memposisikan 10 jari mempunyai fungsi masing-masing sesuai huruf di papan keyboard mesin ketik. Artinya setiap jari berfungsi semua disaat mengetik. Namun hal itu belum terjadi dengan saya, disaat menulis masih  mengandalkan teknik telunjuk dua jari. Dari sudut pandang profesional juru ketik pun saya masih sangat jauh dari standarisasi keahlian dalam hal ketik mengetik. Berarti predikat juru ketik pun bisa gugur karena berbeda kemampuan dengan realita yang sesungguhnya.

Kembali lagi ke pokok permasalahan yang belum terjawab mengenai pertanyaan “Siapa yang menyuruh untuk jadi tukang ketik?”. Kalau saya jawab pertanyaan itu pada dasarnya tujuan hanya untuk diri sendiri. Maksudnya menulis itu tujuannya untuk kebaikan diri sendiri, menulis sesuatu agar saya bisa mengambil sisi positifnya dari sebuah kejadian. Adapun jika itu saya share melalui facebook ataupun blogger bertujuan agar orang lain bisa mengambil sisi kebaikan pula dan penggunaan  blogger saya rasa wadah paling pas agar tulisan tetap dapat dibuka kembali tanpa adanya rasa khawatir data hilang terkena virus.

Terakhir pertanyaan mengenai “Motivasi apa yang akan diraih dengan menulis?”. Mengenai motivasi adalah hasil akhir yang akan saya raih.Tentang hasil baik sekarang atau  sesuatu yang akan terjadi saya tidak ada tendensi menjadi apapun. Kegiatan merangkai kata bagi saya sangat menyenangkan dan terasa mempunyai rasa nikmat bisa menyelesaikan per paragraf. Singkatnya motivasi menulis karena ingin merangkai kata agar menjadi kalimat kemudian menjadi paragraf. Kalaupun itu bisa bermanfaat bagi orang lain tentunya saya turut senang dan yang membuat sesuatu bisa bermanfaat adalah Dzat Yang Maha Segalanya yaitu Allah SWT.

No comments:

Post a Comment