Thursday 16 June 2016

Plastik dan Botol

Meski sudah terlambat saya tetap ingin merespon mengenai kebijakan pemerintah dalam mengendalikan jumlah  sampah plastik yang semakin menngkat. Kebijakan tersebut berlaku di supermarket maupun minimarket seperti alfarmart dan indomart. Kejadian pun saya alami saat berbelanja di Indomaret waktu itu hanya membeli suplemen iseng-iseng mencoba pemberlakuan kebijakan tersebut, pilihan saya pun masuk ke  Indomaret.

“Selamat datang di Indomart”, sambil senyum centil khas keramah tamahan, aku masih terkaget dengan slogan pembeli langsung disambut kekompakan tim Indomaret.
“Mbak Omeproz 1”
“Seratus empat puluh lima ribu rupiah” senyum Mbak Kasir dengan muka sumringah. Saya pun akhirnya memberikan uang lima puluh ribuan tiga lembar.
“Uangnya seratus lima puluh ribu rupiah, mau nambah pulsanya sekalian mas? Tersenyum lagi menawarkan pulsa
“Ndak usah mbak....”masih berlaga gak butuh
“Ini suplemennya ya mas...” sambil menyodorkan omeproz ke tangan saya, ada yang tidak seperti biasanya dan begitu janggal. Mungkin karena ia melihat bahasa tubuh saya kemudian nyeletuk.
“Mas kalau mau diberi plastik nambah Rp. 200”, sedikit terkaget dalam hati ternyata memang sudah diberlakukan.
“Oh yaa...mbak tapi aneh ya Mbak kebijakan pemerintah, yang dilarang kok bungkus plastiknya gak bungkus barang belanjaannya. Padahal orang belanja itu yang mengandung plastik dan  botol adalah barang belanjaanya bukan plastik pembungkusnya, Mbak kasir pun juga sempat bengong, (gak begitu pasti bengong mikir apa memang baru nyadar)...ah,...sudah lah mbak gak usah dipikirin...makasih yaa” sambil nyelonong keluar.

Saya sangat setuju sekali atas pengurangan jumlah plastik dalam berbelanja. Apabila tidak menggunakan plastik pun juga saya tidak dirugikan. Menilik lebih lanjut bahwa jenis plastik di Indomaret akan lebih mudah terurai tanah sesuai dengan icon yang tertera meskipun saya belum meneliti sendiri makna yang tercetak dalam plastik tersebut.

Saya juga berfikir bahwa jumlah plastik barang belanjaan lebih banyak jenisnya dari makanan, kebersihan dan sebagainya. Hampir semua barang dibungkus plastik yang tidak teridentifikasi jenisnya, mudah terurai atapun tidak. Belum lagi bahan kebersihan diri misalkan shampo yang rata-rata menggunakan botol plastik secara pandangan saya, botol plastik lebih susah terurai dengan tanah dibandingkan dengan plastik biasa.


Kebijakan yang sangat nyata apabila dilihat dari akar sebuah sampah yang dihasilkan oleh industri. Limbah barang produksi tidak hanya menyangkut dari proses barang melainkan pemanfaatan barang setelah diterima konsumen. Akan lebih menarik apabila semua yang berhubungan dengan wadah sebisa mungkin diminimalisir, Apabila bisa diganti dengan bahan lain misalkan diganti dengan kertas itu lebih baik.Teknik isi ulang juga akan mengurangi sampah berbentuk botol yang sekarang sudah diberlakukan oleh cairan anti nyamuk, pelembut setrika dan lainnya. Saya menunggu kebijakan diperuntukan kepada produsen yang masih menggunakan botol untuk menyediakan isi ulang dalam bentuk lain selain menggunakan botol.

No comments:

Post a Comment