Sunday 12 June 2016

Mentalitas dalam Bermaiyah

Gedung Kesenian Kabupaten Pekalongan menjadi tempat Kegiatan Majelis Masyarakat Maiyah Suluk Pesisiran edisi  11 Juni 2016 yang mengambil  tema  Garuda Bermental Emprit. Lantunan sholawat oleh Grup Duror Roudhothus Sa’adah menjadi pembuka acara sebagai cerminan semangat generasi muda yang energik penuh semangat, harapan lebih baik dalam membangun bangsa.  

Acara yang dihadiri beberapa elemen masyarakat diantaranya kalangan ulama, pengurus veteran, kalangan dosen , tokoh bimbingan masyarakat dari Kepolisian, mahasiswa, relawan peduli banjir,  korban bajir air pasang (rob), dan para hadirin lainnya membaur dalam atmosfer kebangsaan membahas semangat garuda yang mengalami degradasi mental yang pernah dimiliki pejuang pendahulu kita.

Gus Mansyur didaulat oleh pembawa acara sebagai penyampai materi sebagai pendahuluan yaitu memaparkan mengenai sejarah garuda yang mempunyai esensi dari sejarah tersebut bahwa garuda sebagai jiwa pembebasan dari penindasan dan keterpurukan apabila makna tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka setiap individu mempunyai tugas mulia menjadi pembebas kesulitan dan kesesengsaraan bagi sesamanya.

Pembahasan agak mendalam mengenai sejarah perjuangan di Kabupaten Pekalongan yang tak lain berkat jasa para pejuang dan pembela tanah air yang hingga sekarang masih hidup yang disampaikan oleh Bapak Oscarudin selaku pengurus veteran sekaligus diiringi oleh penampilan Mbah Pri membacakan puisi yang berjudul Sembahyah Rerumputan yang sangat lekat dengan nuansa penghambaan kepada Sang Pencipta.
Pesan dari Bapak Akrom dari tokoh bimbingan masyarakat dari Kepolisian kepada Majelis Masyarakat Maiyah agar menjadi sosok burung garuda yang selama ini berada disarangnya agar bisa terbang mengajak masyarakat dalam kebaikan. Selain itu beliau mengharapkan ada regenerasi pemimpin yang bisa menjadi panutan dan bermanfaat bagi masyarakat.

Bersinggungan dengan peran garuda yang sesungguhnya Bapak Suryo sebagai wartawan mengajak agar Majelis Masyarakat Maiyah berkontribusi langsung tanggap atas bencana air pasang (rob) yang melanda di pesisir pantai Pekalongan. Semangat garuda serta motivasi diberikan oleh Gus Mufid dengan rumusan dasar untuk merubah keadaan sekitar agar lebih maka dimulai dari mengenal diri sendiri kemudian direpresentasikan kebaikan bagi sesamanya. Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Ribut sebagai dosen pendidik bahwa untuk melakukan perubahan secara menyeluruh dimulai dari kemauan diri sendiri yang dibuktikan dengan tindakan nyata menuju kebaikan.

Pengerucutan makna burung garuda sebagai jati diri serta mentalitas bangsa Indonesia. Berbagai masalah yang terjadi karena tiap individu tidak mengsinergikan antara indera, akal pikiran dan hati. Indera berfungsi sebagai penerima informasi masalah, akal pikiran dapat menganisis penyebab serta mencari permasalahannya dan hati berfungsi sebagai muhassabah diri mengingat kepada Allah SWT. Maka pencerahan mengenai makna garuda mengajak orang lain untuk mempunyai sifat tidak mudah mengeluh, mampu menganalisis masalah dan mencari solusinya bersama-sama. Wujud negara sesungguhnya merupakan tindakan nyata rakyatnya untuk bangsanya.

Sesi berikutnya dilanjutkan dengan diskusi bersama membahas mengenai morfologi bahasa yang berhubungan dengan lambang garuda. Momen diskusi semakin hangat dan tak terasa pukul telah menunjukkan 01.35 WIB sebagai tanda untuk segera memuncaki acara. Suasana khusyuk melingkupi rangkaian sholawat shohibu baiti yang menjadi penutup acara yang dilanjutkan dengan doa bersama agar kebaikan senantiasa dapat dilakukan oleh diri kita, orang lain dan bisa memberikan kontribusi kepada negara kita Indonesia tercinta.

No comments:

Post a Comment