Friday, 30 June 2017

Sepeda Anak

Dua hari yang lalu agaknya saya sedikit di bawa perasaannya atau memang saya ini terlalu 'ndeso setelah membaca status dari teman goweser dari Jogja Mas Dony Adhika yang menuliskan :
"Tidak semua mainan anak harus kita belikan baru ke toko. Kadang kita harus sedikit berpikir kreatif, out of the box, untuk mendapatkan sesuatu hal dengan lebih terjangkau. Fungsinya sama. Untuk melatih anak bersepeda lebih dini, melatih motorik, bermain di lingkungan sekitar serta berinteraksi".
Tulisan tersebut di unggah setelah berhasil membuat Balance Bike yang di costum oleh Mas Brindil Yanuar seorang goweser berambut panjang, brindil tentunya. Balance Bike yaitu sepeda tanpa menggunakan kayuhan (pedal) dan rantai. Fungsi sepeda ini digunakan untuk melatih keseimbangan sebelum dikenalkannya sepeda kepada anak-anak secara utuh.

Mengenai tulisan tersebut, saya baca berulang-ulang dan kemudian saya pahami dengan pola-pola kesederhanaan cara berfikir saya. Meski hanya dua kalimat yang ternyata mempunyai nilai histori tidak sama dengan orang tua umumnya.

Pertama, berbelanja tidak serta merta gegabah dengan membelikan sepeda meskipun itu tidak salah. Namun menurut saya di sini naluri sang ayah mulai muncul. Beliau mulai berfikir keras agar bisa membuat sepeda sederhana tapi tidak meninggalkan sebagai fungsinya.

Kedua, melatih anak bersepeda sedini mungkin. Saya jadi teringat sewaktu pertama kali belajar sepeda secara otodidak. Berkali-kali jatuh bangun tanpa diberi nasehat dari siapapun. Meski harus pede,babak belur, kaki penuh luka, terkilir dan sebagainya.

Ternyata sekarang saya menyadari bahwa perhatian seorang ayah dengan cara mengajari sepeda akan selalu di ingat oleh anak bahkan sampai dewasa. Coba ditanya ketika beranjak remaja,"Dengan siapa pertama kali belajar bersepeda? Bersama Ayah...",tentunya ayah mana yang gak bangga mendengarnya.

Ketiga, mengajarkan anak berlatih keseimbangan melalui motoriknya. Menurut saya bersepeda sejak kecil itu mengajarkan keseimbangan manusia dari segi apapun. Fisik misalnya, bersepeda sebenarnya melatih keseimbangan berdiri, berjalan dan berlari di atas putaran roda.

Secara emosional bersepeda menambah keceriaan, makanya anak-anak lebih suka bersepeda dari pada jalan kaki. Karena di hatinya merasa bangga terhadap sesuatu yang bisa diraihnya dan bisa berinteraksi di lingkungan sekitar.

Belajar tanggap dengan keadaan sekitar khususnya di jalan. Tentang pengetahuan harus letak tempat di saat mengayuh lebih kencang, berbelok harus sesuai dengan etika ataupun bisa berhenti harus menurunkan ritme kayuhan. Ini semuanya sepaket lengkap dalam pembelajaran.

Sedangkan bersepeda bagi orang dewasa mengajarkan perputaran keseimbangan kebiasaan berkendara itu salah satunya. Biasanya naik mobil atau motor seminggu sekali naik sepeda. Biar bisa berkaca tingkah laku manusia yang sudah banyak hilang etikanya ketika di jalan raya.

Apabila sepeda anak bisa menjadi saksi kebanggaan anak kepada seorang ayah mungkin Anda patut tersenyum lega melihatnya, semoga.


No comments:

Post a Comment