Motor dijaman sekarang ibarat
dua kaki manusia yang bermesin mengikuti arah geraknya kemanapun ia berada. Membahas
tentang motor sebenarnya saya termasuk pengguna motor abg yang masih produktif
menunjukkan tingkat kedewasaan yang berarti. Boleh jadi motor saya ini masih pada
tahap menginjak fase dewasa trengginas dan lincah mondar-mandir.
Temen saya yang bernama Ardi
menyebut motor dengan merek Grand Livina, motor legendaris tahun 1996 masih
saya gunakan mengais rezeki. Pada bulan September 2016 kemarin genap berusia 20
tahun, makanya saya menyebutnya sebagai motor yang masih pada tahap pendewasaan
karena kalau pada manusia usia tersebut sudah mulai matang dalam pemikiran, itu
hanya penafsiran saya agar tetap legowo terhadap kenyataan.
Kata orang bijak jasmerah
selalu dipakai meskipun waktu memakan sebagian usiamu. Jangan melupakan sejarah
sebutan jasmerah mungkin saya ulas sedikit tentang motor Grand Livina. Pada
dasarnya adalah pemberian dari ibu yang waktu itu melihat saya merasa kasihan
pertama kalinya bekerja hanya menggunakan sepeda. Padahal bagi saya anggapan
itu tidak seberat yang dibayangkannya, pastinya lebih berat pengorbanan ibu untuk
saya dari dulu sampai sekarang ini.
Disisi lain kegemaran saya
bersepeda ternyata membuat teman-teman berceloteh tentang motor Grand Livina
yang saya pakai. Diantara deretan motor yang berjejer di parkiran kantor, motor
saya ini sudah jarang yang memakainya. Satu diantara teman menyarankan agar
saya membeli motor keluaran tahun sekarang dan motor Grand Livinanya konon
beliau siap membelinya. Ada-ada saja orang ini, memberi saran tapi menyesatkan
malah dia sendiri yang akan mempunyai kepentingan, sontak saya berkelakar
menolaknya.
Sampai suatu malam ketika saya
akan membayar pulsa di rumahnya Ardi, aksi ngobrol
ngalor-ngidul pun terjadi saat itu pula Rozi datang menggunakan motor Honda
Grand saya taksir lebih tua dari Grand Livinanya milik saya. Percakapan ringan
dengan pemilik Honda Grand itu membuat saya kepincut konon belum lama ini membuka
bengkel motor sendiri dan rata-rata pasiennya milik anggota Honda Grand Fans
Club. Jauh-jauh dia datang ternyata sama yaitu membayar pulsa ternyata malam
ini Ardi Cell banyak pelanggan yang sekedar “ngapeli” nyaur hutang.
Dari perbincangan singkat
semalam, ada keinginan dibenak saya paling tidak perhatian kepada Grand Livina
yang sudah tidak karuan rasanya. Kalau lewat jalan yang banyak batunya
goncangannya semakin keras pantat saya kian panas maka mau tidak mau harus berdiri.
Kali saja kalau saya minta tolong Rozi menservis Grand Livina saya siapa tahu
lebih greget larinya. Singkat cerita
paginya saya ke rumah Rozi firasat saya nanti akan banyak parts yang diganti, tak lama kemudian dia menganamnese beberapa
tingkat keausan dan toko parts adalah
destinasi selanjutnya dalam acara ngoprek
motor saya.
Beberapa parts yang harus dibeli diantaranya oli mesin, tabung shock depan,
dan beberapa bagian permesinan yang saya lupa sampai bagian-bagian terkecilnya.
Sesaat setelah om china penjual parts menyodorkan
nota pembelian nominalnya lumayan fantastis. Hampir sepertiga gaji saya baru
membeli beberapa parts. Baiklah,
mungkin ini hari Grand Livina saya dimana setelah beberapa bulan tidak
mendapatkan belaian dari sang empunya. Buritan bagian samping bawah kalap harus
dirumahkan diganti dengan yang lebih gembung biar kelihatan semok. Kebeneran
ada knalpot motor lain yang langsung bisa dipasang, meski diantara pencapaian
naik motor yang cukup nyaman uang tabungan harus raib dalam hitungan 4 hari.
Memang waktunya memanjakan kaki ketika sudah 7 tahun ini menemani bekerja.
Saya hanya bisa merawat yang
sudah ada biar lebih bersejarah.
Kesaksian sesuatu yang saya miliki adalah waktu pinjam yang sangat singkat.
Semakin banyak yang bersaksi kita akan kerepotan melihat persaksiaannya. Kalau
saya bisa memilih lebih baik saya merogoh kocek hampir separo gaji daripada
membayar sepertiga gaji demi angsuran motor yang membuat saya takut lagi kalau
makan di angkringan.
No comments:
Post a Comment