Sunday, 4 June 2017

Kini Grand Livina Semakin Semok


Motor dijaman sekarang ibarat dua kaki manusia yang bermesin mengikuti arah geraknya kemanapun ia berada. Membahas tentang motor sebenarnya saya termasuk pengguna motor abg yang masih produktif menunjukkan tingkat kedewasaan yang berarti. Boleh jadi motor saya ini masih pada tahap menginjak fase dewasa trengginas dan lincah mondar-mandir. 

Temen saya yang bernama Ardi menyebut motor dengan merek Grand Livina, motor legendaris tahun 1996 masih saya gunakan mengais rezeki. Pada bulan September 2016 kemarin genap berusia 20 tahun, makanya saya menyebutnya sebagai motor yang masih pada tahap pendewasaan karena kalau pada manusia usia tersebut sudah mulai matang dalam pemikiran, itu hanya penafsiran saya agar tetap legowo terhadap kenyataan.

Kata orang bijak jasmerah selalu dipakai meskipun waktu memakan sebagian usiamu. Jangan melupakan sejarah sebutan jasmerah mungkin saya ulas sedikit tentang motor Grand Livina. Pada dasarnya adalah pemberian dari ibu yang waktu itu melihat saya merasa kasihan pertama kalinya bekerja hanya menggunakan sepeda. Padahal bagi saya anggapan itu tidak seberat yang dibayangkannya, pastinya lebih berat pengorbanan ibu untuk saya dari dulu sampai sekarang ini.

Disisi lain kegemaran saya bersepeda ternyata membuat teman-teman berceloteh tentang motor Grand Livina yang saya pakai. Diantara deretan motor yang berjejer di parkiran kantor, motor saya ini sudah jarang yang memakainya. Satu diantara teman menyarankan agar saya membeli motor keluaran tahun sekarang dan motor Grand Livinanya konon beliau siap membelinya. Ada-ada saja orang ini, memberi saran tapi menyesatkan malah dia sendiri yang akan mempunyai kepentingan, sontak saya berkelakar menolaknya.

Sampai suatu malam ketika saya akan membayar pulsa di rumahnya Ardi, aksi ngobrol ngalor-ngidul pun terjadi saat itu pula Rozi datang menggunakan motor Honda Grand saya taksir lebih tua dari Grand Livinanya milik saya. Percakapan ringan dengan pemilik Honda Grand itu membuat saya kepincut konon belum lama ini membuka bengkel motor sendiri dan rata-rata pasiennya milik anggota Honda Grand Fans Club. Jauh-jauh dia datang ternyata sama yaitu membayar pulsa ternyata malam ini Ardi Cell banyak pelanggan yang sekedar “ngapeli” nyaur hutang.

Dari perbincangan singkat semalam, ada keinginan dibenak saya paling tidak perhatian kepada Grand Livina yang sudah tidak karuan rasanya. Kalau lewat jalan yang banyak batunya goncangannya semakin keras pantat saya kian panas maka mau tidak mau harus berdiri. Kali saja kalau saya minta tolong Rozi menservis Grand Livina saya siapa tahu lebih greget larinya. Singkat cerita paginya saya ke rumah Rozi firasat saya nanti akan banyak parts yang diganti, tak lama kemudian dia menganamnese beberapa tingkat keausan dan toko parts adalah destinasi selanjutnya dalam acara ngoprek motor saya.

Beberapa parts yang harus dibeli diantaranya oli mesin, tabung shock depan, dan beberapa bagian permesinan yang saya lupa sampai bagian-bagian terkecilnya. Sesaat setelah om china penjual parts menyodorkan nota pembelian nominalnya lumayan fantastis. Hampir sepertiga gaji saya baru membeli beberapa parts. Baiklah, mungkin ini hari Grand Livina saya dimana setelah beberapa bulan tidak mendapatkan belaian dari sang empunya. Buritan bagian samping bawah kalap harus dirumahkan diganti dengan yang lebih gembung biar kelihatan semok. Kebeneran ada knalpot motor lain yang langsung bisa dipasang, meski diantara pencapaian naik motor yang cukup nyaman uang tabungan harus raib dalam hitungan 4 hari. Memang waktunya memanjakan kaki ketika sudah 7 tahun ini menemani bekerja.

Saya hanya bisa merawat yang sudah ada biar lebih  bersejarah. Kesaksian sesuatu yang saya miliki adalah waktu pinjam yang sangat singkat. Semakin banyak yang bersaksi kita akan kerepotan melihat persaksiaannya. Kalau saya bisa memilih lebih baik saya merogoh kocek hampir separo gaji daripada membayar sepertiga gaji demi angsuran motor yang membuat saya takut lagi kalau makan di angkringan.




No comments:

Post a Comment