Kiranya ada sebagian masyarakat
masih awam disaat pertama kali dikenalkannya flash disk. Saya termasuk
diantaranya. Awalnya ada rasa ketidakmungkinan terhadap benda mungil itu bisa
menyimpan sebuah data. Bukan tidak beralasan karena bentuknya lebih kecil
dibandingkan punggawanya terdahulu yaitu disket yang berisi kepingan film tipis
berbentuk lingkaran. Pemahaman yang sama saya ini saya sepakati atas dasar
analogi bentuk piringan hitam sebagaimana penyimpan lagu sedangkan disket
sebagai penyimpan data. Alhasil teknologi flash disk bentuknya bukan menyerupai
keduanya, babar blas!.
Dulu sewaktu saya belajar
ngetik komputer, software WordStar 7.0. sempat menjadi primadona meskipun jenis
karakternya masih serba terbatas. Persiapan lain pun terlalu belibet, saat mau
ngetik, 2 hari sebelumnya harus mampir dulu ke toko stasioneri membeli 1 keping
disket seharga 2.500 rupiah. Itu saja harus segera dibeli, kalau tidak, bisa
saja tidak kebagian oleh mas-mas yang sedang menyelesaikan skripsinya. Sontak,
disket kala itu menjadi komoditas langka yang tidak setiap toko stasioneri
menyediakan.
Peralihan penggunaan disket
menjadi flash disk ternyata tidak dibarengi pengetahuan kepada masyarakat.
Umumnya flashdisk telah dikenali oleh seseorang yang memang berkutat di dunia
perkomputeran minimal menjadi teman setianya bekerja. Seperti saat saya baru
mengenal flash disk pada kuartal tahun 2006 silam.
Melalui mahaguru saya Pak Bagus Abimanyu memberi tugas
artikel dan cara mengumpulkannya diketik dalam 2 spasi dalam Microsoft Word
kemudian disimpan ke dalam flash disk. Setiap anggota kelompok saya saling
bertanya mengenai istilah flash disk yang kala itu benar-benar asing ditelinga.
Bahkan bentuknya saja belum pernah melihat. Setelah buntu tidak menemukan
jawaban akhirnya tugas kembali ke pangkuan mahaguru. Dibarengi rasa penasaran
yang memuncak saat itu pula beliau menjawab, "Flashdisk itu penyimpanan
data, bentuknya kecil, ada kapasitasnya, harganya 150 ribuan", sembari
menyodorkan contohnya. Terasa mahal sekali ukuran 150 ribu di tahun 2006 saat
itu ongkos bus Pekalongan - Semarang masih 15 ribu. Akhirnya sepakat demi memperoleh
flash disk kami pun berpatungan.
Kapasitas penyimpanan flash
disk yang beredar di Semarang saat itu 64 dan 128 Megabyte. Lambat laun naik
mencapai 256 dan 512 Megabyte. Dalam waktu kurang dari 2 tahun sudah merebak
menjadi ukuran 1 Gigabyte yang sepadan dengan 1024 Megabyte. Saat itu pula
hukum rimba mengenai stok pun berlaku apabila kapasitas diatasnya sudah
tersedia maka stok kapasitas dibawahnya sudah punah tak tersisa. Dari kurun
waktu kurang lebih 10 tahun terakhir ini kapasitas flash disk telah mencapai 16
Gigabyte bahkan bahkan sampai 32 Gigabyte. Pengguna dimanjakan berbagai
kelonggaran ruang menyimpan data, ribuan musik maupun berbagai film dalam satu
alat kecil yang dinamakan flash disk.
Disamping ada kelonggaran
penyimpanan data lebih besar, flash disk mempunyai kelemahan yang cukup
signifikan terhadap fungsinya. Berupa virus yang bisa mengganggu keberadaan
data yang disimpan. Beragam cara untuk mengatasi ancaman virus salah satunya
dengan mengaktifkan antivirus di komputer. Secara teknis data yang terdapat
flash disk akan dilakukan scanning selama beberapa waktu tergantung kapasitas
datanya. Apabila sudah tidak ditemukan ancaman virus yang berarti maka berarti
komputer dirasa aman untuk dioperasikan. Namun ternyata, jenis virus maupun
kemampuan antivirus juga menjadi 2 variabel yang saling mempengaruhi. Artinya
pada kasus tertentu terkadang virus tidak tampak dalam flash disk karena
antivirus tidak bisa mendeteksi keberadaannya.
Semakin sering flash disk
keluar masuk komputer maka semakin rentan terhadap penularan virusnya. Ini
berlaku apabila kondisi antar komputer belum terkondisikan label
"aman" dari ancaman virus. Fenomena ini saya lebih suka bilang,
"Kalau flash disk suka keluyuran njajan kesana kemari, bisa lebih rentan
terhadap ancaman virus". Sedangkankan tiap pemilik komputer belum 100%
"ngeh" tentang virus serta cara mengatasinya, termasuk saya!
No comments:
Post a Comment