Biru
panggilan nama seorang pekerja honorer di sebuah instansi pemerintahan. Ada
satu kelebihan yang dimilikinya kala itu karena dia mempunyai surat izin
beberapa kepentingan dengan pihak instansi lain. Sebab kepunyaannya itu pada
akhirnya biru resmi masuk bekerja pada tahun 2010. Biru sangat terobati karena
sebelumnya ia menemukan pelajaran yang berharga. Tentang pengkhianatan teman
seperjuangan honorer yang telah lolos seleksi menjadi pegawai resmi
pemerintahan dengan cara yang tidak masuk kategori sportif dan kejujuran. Untuk
kedua kalinya ini biru bekerja di tempat yang berlabel sama bahkan tidak jauh
tempatnya dari pekerjaan yang lama.
Biru
tidak sendiri, atas sesuatu yang diinginkan hijau mengundangnya menjadi rekan
satu profesi dalam suasana tempat baru. Hijau sebutan bagi pekerja resmi
pemerintahan yang telah diakui dengan berbagai ikatan antara hak dan kewajiban
lebih dibandingkan biru. Hijau sangat responsif terhadap sesuatu yang dianggap
abu-abu terutama mengenai tendensi pemasukan finansial diluar lalu lintas resmi
dari pemerintahannya. Kalau ada rekanan luar instansi akan memberikan ucapan
terima kasih berupa tanda mata atau sejenisnya maka hijau menolak mentah-mentah
ini yang disebut abu-abu.
Selah
2 tahun ada kabar dari atasan kalau di perusahaan namanya general manager , konon ada promosi jabatan yang menghendaki
penerimaan mutasi kerja dari instansi tetangga. Tentunnya ini membuat hijau sedikit
panik nantinya akan menjadi pemimpin diantara bawahan yang sudah lebih dahulu
mengenyam asam garam meniti berbagai pengalaman dengan posisi yang sama menjadi
kepala. Ada yang perlu digaris bawahi bahwasanya kedatangan pekerja mutasi
tersebut tidak akan menyaingi posisinya hijau sekarang. Atas ada kabar
terselinap tersebut perasaan hijau agak lega.
Selang
beberapa hari kemudian ketentuan dari manajemen menghendaki tambahan jumlah
honorer atau yang disebut dengan penerimaan karyawan kaum biru. Via telepon
berbagai karyawan kaum biru dipanggil memenuhi persyaratan mengikuti seleksi
penerimaan calon karyawan. Biru 2 akhirnya resmi menjadi karyawan honorer dan
sekaligus menjadi partner biru menjalin kekompakan bekerja.
Permasalahan
demi permasalahan baik biru, hijau dan sekelumit penawaran abu-abu tertoreh
silih berganti. Ada kalanya diskusi sebagai muara titik temu keputusan yang
membuat hijau bertindak sendiri mengikuti satu prinsip menghindari kepentingan mengejar
target penerimaan abu-abu.
Biru
masih saja statusnya sebagai biru berusaha menumbuhkan suasana nyaman antara
perbedaan prinsip yang tejadi. Kejadian secuil yang akan menyulut kondisi kemudian cepat-cepat
kemudian ia redam. Atas perbedaan jenis yang terjadi antara pegakuan resmi
pemerintahan maka disana terjadi pereloncoan beban kerja yang dirasa cukup
memberatkan oleh biru.
Tiba
akhirnya sesuatu datang bentuk pekerjaan berupa pelatihan yang mau tidak mau
harus diemban oleh ruang lingkup biru dan hijau. Mereka saling memandang satu
sama lain dan mengatakan siapa yang akan mengikuti pelatihan ini mengingat
begitu besar resikonya yang akan terjadi kelak. Berhubung sifat hijau disaat ngomong tidak pernah dijaga, hijau
secara mendadak memberikan perintah kepada hijau kemudian mendelegasikannya
atas acara itu.
Dalam
diamnya, biru memutar segala pikirannya sebisa mungkin agar rencana pelatihan
itu bisa ditangguhkan. Singkat perjalanannya permintaan biru ditangguhkan dan
akhirnya hijau yang berangkat atas dasar pengakuan tugas resmi dari pemerintah.
Memang dalam kejadian ini biru masih ingin bermain-main dengan keseriusan hijau
tentang statusnya kini.
Sumber :google
No comments:
Post a Comment