Sesuatu
yang tak perlu digunakan atas asas kemanfaatannya bisa disebut dengan sampah
sekalipun terdengar terasa formal dan bertajuk pada pakem tertentu. Baik, saya
coba menariknya lebih jauh dari asalnya kemudian digolongkan dalam berbagai
jenis sampah seperti organik dan an organik. Saya tidak akan memberikan
definisi mengenai hal itu, anak Sekolah Dasar pun mengerti disaat akan membuang
bungkus es krim Walls bisa membedakan
masuknya diantara 2 boks sampah tersebut. Kalau saya memberikan bentuk sampah pada
titik deskripsi diatas, saya tergolong manusia picik yang hanya berfikir linier
apalagi ketika Anda membaca status saya ini meski hanya melakukan scroll saja sudah berpuluhan kilobyte terbuang.
Artinya saya harus memberikan nilai lebih kepada Anda. Apabila Anda bisa
menemukannya, maka saya bisa tersenyum lega. Tapi jika itu tidak terjadi
berarti memang harus cepat-cepat mereview pertimbangan untuk masih berteman
dengan saya di media sosial tapi pesan singkat saya jangan putuskan rasa kemesraan
pertemanan di dunia nyata karena justeru itu hakekat pertemanan sesungguhnya yang
membuat saya dan Anda dinaungi keberkahan. Kembali kepada pokok permasalahan saya
ulangi lagi bahwa sampah yang berada di sekitar saya dan Anda ternyata banyak
sekali seperti tetangganya sampah konvensional yaitu pencemaran lingkungan baik
berupa benda padat, cair dan udara yang secara langsung ataupun tidak langsung
pasti akan menimbulkan dampak bagi ekosistem termasuk saya dan Anda didalamnya.
Proses
membuang sampah dan sudah mengalami perpindahan (mobilitas) dari bentuk
sekaligus dari tempat satu ke tempat lainnya disebut proses menyampah atau
menghasilkan sampah yang sering disebut nyampah. Kata nyampah tersebut pertama saya dapat dari media sosial yang menjadi trendsetter masyarakat moderen merancap
begitu saja sehingga pernyataan saya diatas pun bisa tumbang atas jarak pandang
terhadap definisi sampah. Lalu pola
pikiran lain berjalan harus serta merta saya hubungkan dengan kebiasaan
bermedia sosial. Berpijak pada sesuatu yang terus menerus dan dilakukan secara
berkelanjutan sudah bisa dikaitan sesuatu yang tidak penting harus dilabeli
stempel penting agar orang lain berkomentar inilah dunia maya, representasi dari
arus global berlandaskan dari kebebasan. Sedangkan secara mentalitas belum bisa
menanggapi secara serius atau hanya peningkatan rating sesuatu yang bisa
bermanfaat secara subyektif (likers) dan siap menghadapi tikaman yang menusuk
dada secara subyektif, kolektif, institutif, komulatif dan diskriminatif
(haters). Harusnya saya dan Anda pun harus mengerti dan memahami kata “setuju”
saat penginstalan aplikasi apapun harus menyetujui atas tindakan yang tidak
bertolakbelakang dengan hukum yang berlaku ini sebagai pengikraran terhadap
perilaku yang menyimpang dan tingkatan hukum itu berada dibawah dari norma, etika
dan attitude. Artinya orang bernorma, etika dan beratitude pasti akan
menjunjung tinggi permasalahan yang berbau dengan hukum. Sepertinya kita patut
mengetahui antara bentuk jalan, arus jalan, tikungan, rambu-rambu, jalur
penyelamat dan batas jalan sebelum berkendara termasuk dalam bermedia sosial.
Kata-kata di atas berupa sampah yang berserakan kemudian saya kumpulkan sebelum saya beristirahat.
foto :google
No comments:
Post a Comment