Begitupula
para karyawan dipenghujung bulan Ramadhan masih asyik menggunjingkan kedatangan
truk-truk berisi amplop yang diberi bungkus nama THR atau sejenisnya. Skala
nominalnya diprediksi cukuplah membeli pakaian, sandal, ayam kampung, beras dan
sisanya pada H-1 buat beli bungkus ketupat di pinggir jalan.
Para
bos perusahaan mulai mikir mremet atas biaya yang sudah terprogram sebelumnya.
Bahkan memang harus kesana kemari ambil dana produksi, cukup membuat jidadnya
mengerut, baik bos perusahaan ecek-ecek atau sekaliber perusahaan
internasigoreng. Semuanya gaduh diantara karyawan yang mengunggah status di
media sosial bertanya kepada Tim Hilal Hari Raya, "Kapan THR akan
keluar?". Apesnya keputusannya "Masih belum tampak",
hhmmm...mencengangkan, ya seperti nagih hutang atas kebiasaan tahunan ini.
Tidak
tanggung-tanggung pembelaan dibredel dengan tembusan dari Pak Mentri atas
legalitas yang tersruktur dalam undang-undang. Sah Permenaker Nomor 6 TAHUN
2016 tentang THR diberlakukan. Memang semuanya akan melindungi sebagaimana
haknya, sepakat dengan 2 jempol.
Tampaknya
bisa tersenyum lega bagi yang pekerja formal yang mengenal angka sial bagi
sebagian orang. Yaitu angka 13, bila mendengarnya lumayan bisa dialokasikan
persiapan hari raya. Saya pernah ngobrol bareng salah satu karyawan perbankan
pencapaian angka 14 bahkan ada, jadi dalam satu tahun bisa gajian 14 kali, jadi
pengen beli kalendernya.
Sorakan
"Kapan THR akan keluar...", akan langsung berubah disaat uang-uang
tersebut telah berjalan-jalan diantara mbak-mbak kasir mall dengan berderet
tulisan DISKON ALL item *)berlaku kelipatannya dan diatasnya ada tulisan
"Berkah Ramadhan", memang pinter banget bentuk rayuan gombal yang
terselubung dengan modus religi.
Efek
uang memang melebihi merek bir yang mahal, memabukkan, menghilangkan
keseimbangan dan tak tak pernah usai sebelum usia menutupnya. Sampai dititik
jenuh dunia lupalah terhadap semua atas kewajiban terhadap hutang kepada sesama
manusia, hutang atas kewajiban yang berhak dan hutang atas dirinya kepada
kepada orang tuanya.
Masih
ada kekurangan pembayaran kepada penjual sayur yang setiap hari menyediakan
segala kebutuhan makanan. Bahkan masih ada beberapa tunggakan bayar pulsa meski
terasa sepele bagi penjual mengambil untung 700 rupiah harus menunggu 1 bulan
lamanya. Atau hutang lain yang seharusnya bisa diprioritaskan segera untuk
pelunasan. Alangkah lebih baik sempurnakan kebaikannya dengan rasa legowo
memberikan stempel LUNAS atas jeratan kewajiban sebagai pembayar hutang.
Apakah
tidak memperhatikan nenek diseberang jalan yang sudah tidak mempunyai sanak
saudara?Tentunya yang terakhir hutang yang tak kan bisa terbalaskan yaitu kasih
sayang dari orang tua.
Atas
nama THR, diskon, hutang dan kasih sayang di penghujung bulan Ramadhan.
No comments:
Post a Comment