Merupakan pasar tradisional yang terletak
di pesisir pantura tepatnya di Desa Pekuncen Kecamatan Wiradesa. Apa yang
membuat rasa penasaran tentang sebutannya? Yaitu kesepakatan istilah dari
penduduk lokal tentang penggunaan istilah krempyeng.
Tidak ada kepastian kapan dan siapa yang memberikan penamaan
tersebut. Ini pernah saya tanyakan kepada salah satu pembeli yang telah usai
berbelanja.
Menurut saya krempyeng berasal dari bahasa jawa yang berarti
keberlangsungannya lebih cepat. Sesuai penggunaan kata krempyeng pada pasar
tradisional mempunyai makna bahwa barang-barang dagangan yang dijual akan
langsung habis pada waktu itu juga. Biasanya pasar dimulai pada pukul 05.00 WIB
hingga pukul 09.00 WIB.
Adapun bentuk barang dagangan yang diperjualbelikan bersifat
barang habis pakai. Misalkan kebutuhan sayuran, ikan, daging, bumbu pawon dan
jajan pasar yang umumnya siap saji. Bentuk lapak pasar juga bukan
permanen hanya bilahan kayu yang ditata mirip bedak (kios) atau bahkan hanya
berjualan di atas motor seperti layaknya ojek yang menunggu penumpang.
Karena letaknya pasar krempyeng berada diantara perumahan dan
rumah penduduk, ini menyebabkan kedekatan sosial yang telah berlangsung lama. Dari
pertemuan dua strata yang berbeda tidak mempengaruhi terhadap nilai harga
barang. Artinya siapapun pembelinya maka harga yang dipatok akan sama. Mungkin
karena kedekatan sosial tersebut sudah tidak ada batas hubungan dalam jual
beli.
Memang orang Jawa itu apabila pernah diberikan kebaikan ada rasa
pakewuh meski satu titik yang terselip dibenaknya. Faktor tersebut menjadi
mudahnya bisa membaur diantara latar belakang yang berbeda apalagi berdirinya
pasar krempyeng sudah lama menjadi komunitas ibu-ibu berbelanja.
Mendekati lebaran aktifitas pasar krempyeng
tidak begitu ramai seperti hari-hari sebelumnya. Boleh jadi baik penjual dan
pembeli mempunyai kesibukan mempersiapkan menyambut hari lebaran. Tapi lebih
seringnya adat setempat bahwa ketika menjelang H-5 aktifitas perdagangan
beralih ke pasar induk tradisional yang lebih lama aktifitasnya. Puncaknya
mendekati H-1 atau sering disebut dengan pasar kembang.
Pasar krempyeng pada hari biasa menjadi
pasar satelit yang membantu mengefektifkan jarak tempuh. Sedang menjelang hari
lebaran kebiasaan masyarakat lebih memusat berada di pasar induk tradisional. Sambil
menunggu ibu berbelanja saya sempatkan mengetik sesuatu yang saya pikirkan dan
membaca kata pengantar mengenai Indonesia Poenja Tjerita.
No comments:
Post a Comment