Saya masih enggan menelaah varian
jenis kopi. Robusta, arabika, vanila caffe, cappucino atau segala macam
jenisnya memang kalau dipelajari asyik-asyik sedap. Pelajari lalu praktekan,
akan lebih bernuansa tanggung jawabnya, yang jadi kelinci percobaan adalah
peraciknya, deal.
Di bilang suka, ndak sampai
"ndakik" (ketagihan) hingga panas dingin jika sehari tidak minum
kopi. Lebih pantasnya perlu, disaat kepepet rasa ngantuk sedikit terobati
dengan seteguk kopi tentunya ini paling cepat seminggu sekali. Saya hanya "nuruti
dhawuh" dari kalangan medis yang pernah mengatakan bahwa kandungan
caffeine bisa membuka sedikit pembuluh darah. Sehingga kalau minum kopi
peredaran darahnya lebih cepat teraliri ke seluruh tubuh yang menyebabkan
metabolismenya bekerja lebih optimal. Kembali lagi ini hanya sekedar teori,
boleh tidak sepakat karena sama-sama tidak bayar atas kebenaran pribadinya.
Momen di atas kopi sebagai obat
kantuk yang bisa di aplikasikan langsung dengan cepat dan mudah. Tapi menurut
saya keadaan pribadi masing-masing berpengaruh atas akibat berlakunya melek
setelah minum kopi. Meskipun sudah minum 1 drum kalau memang mata harus
istirahat ya, bantal solusi paling menyenangkan.
Hanya sebatas dalam film Filosofi
Kopi saya bisa menikmati orang minum kopi sedemikian enaknya. Sedangkan rasa
sebenarnya hanya "jare" (katanya) yang membuat kota saya bermunculan
penjaja kopi berderet-deret memakan trotoar jalan. Andai saja rumah saya
dilengkapi semacam minilab uji perpaduan kopi layaknya di film tesebut bisa
jadi saya mempelajari sembari nyicipi resep kalau kurang pahit mungkin ada yang
salah disaat sangrainya dan sayangnya desain begitu tidaklah murah.
Budaya ngopi bagi orang
Indonesia, membuat saya terheran-heran. Saat setelah masuk di salah satu bank
di Pekalongan. Sekitar jam 12 siang layaknya ada orang yang nyeduh kopi di
ruang ber-AC. Aroma kopi menebar dari nomor antrian hingga meja mbak-mbak
teller. Sedangkan kanan kiri di atas meja cangkir pun tidak tersedia. Saya
sudah menebak bau ini tidak lepas dari kopi sachet yang lekat dengan essense
yang lebih ditonjolkan daripada rasanya. Ternyata saya harus menepis praduga,
saat setelah dispenser pengharum ruangan berbunyi "ssrrrruuuthh..."
Ohh saya tertipu dibuatnya.
Korban iklan layanan masyarakat
bisa jadi benar. Semenjak pengalaman itu saya semakin penasaran tentang varian
jenis refill pengharum ruangan tersebut. Usut punya usut ketemu aroma CAFFE
LATTE sekali semprot seakan barbau kopi yang baru diberi air panas. Menurut
saya ini masih kurang kreatif, karena di botolnya belum tercantum label
serifikasi halal. Apabila demikian adanya, saya lebih simpel menikmati kopi,
tinggal siapkan air panas lalu semrotkan pengharum ruangan, saya lebih mudah
membuat kopi dan untuk saat ini sepertinya belum terjadi.
No comments:
Post a Comment