Sosok
Dharma seorang pegawai. Berasal dari keluarga sederhana bekerja sebagai kuli
pemerintah yang belum diakui sebagai abdi negara berpangkat dan bergolongan sekaligus
register berembel-embel nomor induk pegawai. Statusnya sebagai pegawai kontrak
sebuah instansi pemerintahan kini sudah hampir 8 tahun ia tekuni bidang
pekerjaannya.
Pandangan
beberapa masyarakat bekerja di instansi pemerintah memang didambakan. Apalagi
sekarang diantara profesi menggiurkan dengan pendapatan fantastis pegawai
negeri dinilai cakap profesi yang menghasilkan karena meski sudah mencapai masa
pensiun dana bulanan masih saja mengalir. Poin itulah sebagai nilai lebih
diantara profesi lain. Sisi lain bahwa pegawai negeri tidak mengenal masa
pemecatan kecuali memang melanggar dari falsafah Pancasila dan UUD 1945.
Dharma
bekerja bersama komunitas orang negara meskipun statusnya berbeda sehingga lebih
dekat mengerti seluk beluk yang menjadi budaya atau beberapa kebijakan yang
bisa dilihat dan dimengerti bahkan secara implisit. Sebandel-bandel pegawai
negeri kalau terkena masalah hanya tindak mutasi yang bisa dikenakan kepada
yang bersangkutan. Segala macam kebijakan kenaikan disektor perekonomian akan
berbanding lurus dengan kenaikan gaji dan segala macam thethek bengek didalamnya. Meskipun tiap lini ada yang serius bekerja sebagaimana etos
profesionalisme aparat negara predikat miring selalu terlontar karena masih ada
oknum undisipliner yang tertangkap mata masyarakat.
Bentuk
visual fisik seragam tidak jauh beda bahkan bisa dikatakan sama hanya ada
hari-hari khusus yang mengharuskan mereka mengenakan seragam kebanggaan negara
dan pada posisi ini seragam Dharma tidak sama karena memang kepatuhan peraturannya
demikian. Dari segi penampilan masyarakat tidak mengetahui tentang perbedaan
status yang dialami oleh Dharma. Alhasil persepsi masyarakat mengira bahwasanya
Dharma mempunyai kepangkatan sebagai orang negara. Sampai suatu ketika tatkala
Dharma di sebuah pompa bensin, saat setelah menutup jok motor ada slentingan
dari seorang yang duduk sembari mengatakan, “Enak ya, masih muda sudah menjadi pegawai”, kenyamnya.
Dharma mendengar sambil gergetan inginya
menimpuk sepatunya namun ia hanya diam kemudian melaju pulang.
Perpeloncoan
porsi beban pekerjaan oleh pekerja negara masih ditemukan disetiap bidang meski
ini terlalu sulit terendus oleh publik. Bagi pekerja yang belum diakui oleh
negara menjadi buruh bayangan yang menyelesaikan pekerjaan. Berbagai alasan
yang menyeruat berbicara tentang kesibukan maya diadakan ataukah mengada ada.
Semua itu mereka sendiri yang mengetahui jawabannya. Bagaimana akan mengetahui
segala macam jenis kualitas pekerjaannya. Sedangkan tim penilai masih dalam
kategori yang sama menilai rekan kerjanya sendiri, dan tidak ada yang menjamin
kalau terjadi deal-deal yang mengiyakan hasil nilainya baik bahkan sangat baik.
Dharma hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku cari aman dari berbagai
spekulasi yang ingin dilayangkan oleh atasannya langsung.
Teman
seumuran Dharma yang dulunya pernah satu SMA dengannya pernah mengutarakan
wacana yang sama. Diantara yang berpangkat akan memberikan mandat berlebih
kepada mereka yang berpangkat di bawahnya, apalagi bagi orang yang tidak
mempunyai asas legalitas pangkat sebagai titik pencapaian yang diidamkan.
Begitulah bedanya non dan karyawan yang diakui oleh pemerintah.
No comments:
Post a Comment