Setelah
gerimis saya masih saja ngobrol asyik bareng Pak satpam bank ternama di
Pekalongan. Lantai masjid yang agak dingin langsung meresap sampai pantat
karena saya hanya memakai sarung dan saya dobeli celana pendek namun rasanya
tetap saja menusuk sampai ke ubun-ubun. Bahasan utamanya dari bapak-bapak tentang
anaknya masih ada kegalauan mendalam kala itu belum yakin sepenuhnya tentang
jurusan pilihan anaknya.
Ada
beberapa jurusan yang akan dipilih namun pada pilihan terakhir mendengar ucapan
mengenai Jurusan Kesehatan Masyarakat wajahnya langsung memucat meragukan
eksistensi saat bersaing mendapatkan lowongan pekerjaan. “Kalau saya disuruh
berpendapat saya ndak bisa menjamin pak mengenai kelanjutan masalah kariernya,
lowongan pekerjaan untuk sesuai dengan ijazahnya ya gampang-gampang susah”,
tukas saya berkomentar
Suasana
serius terpecah disaat seorang laki-laki datang bersama anak yang biasa
menemaninya berdagang. Dengan membawa bungkusan kue pukis mengatakan bahwa ini
untuk jama’ah masjid. Wajah anak SD itu terasa polos menirukan percakapan
perintah dari ayahnya sedang sebelumnya terlihat satu percakapan semenjak
sampai di halaman masjid. Saya mengenali
laki-laki tersebut, beliau adalah penjual pukis dekat rumah saya. Bersama sepeda
bututnya beliau berpamitan pulang.
Saya
sempat menghentikan percakapan dengan Pak Satpam, lantas kue yang berada di
tangan saya langsung saya serahkan kepada jama’ah yang kala itu sedang memulai
untuk tadarusan. Nampaknya masih saja ingin melanjutkan obrolan hangat karena
Pak Satpam masih saja duduk disamping pintu menghadap ke selatan meski jama’ah
lainnya sudah berlalu lalang pulang meninggalkan masjid.
“Ya
memang begitu pak keadaannya untuk keadaan pendidikan di negara kita. Tiap
tahun masing-masing jurusan mengeluarkan ribuan mahasiswa namun kembali lagi
beradu usaha dan nasib pencari kerja”, saya melanjutkan obrolan lagi dan duduk
bersila dihadapnya.
No comments:
Post a Comment