Kota Bandung menjadi
destinasi liburan yang dipilih beberapa rekan kerja bisa dibilang sebagai
rumpun keluarga ke dua dipekerjaan. Kok mikir, kenapa harus ke Bandung? Kata orang
sih...Bandung itu Kota Parisnya Indonesia atau kota bunga? boleh-boleh saja, mau
menyebutnya kota siomay pun, sah-sah ajah. Wisata Bandung letaknya berdekatan
dan mempunyai tema tersendiri, itu sebabnya kita beranjak kesana sekedar
menikmati suasana baru syukur-syukur pulang bisa bawa oleh-oleh, yee...gak melulu oleh-oleh itu identik dengan
buah tangan, boleh dong! mengambil kesan
nanti setalah ke Bandung.
Teringat sebuah
diskusi beberapa minggu yang lalu, “Ndak
apa-apa nang, pikniknya langsung jauh ke Bandung ajah...disana asyik-asyik lho
tempatnya”, sedikit usulan dari Bu Wahyu kepada kita yang hendak
merencanakan liburan week end bersama.
Waktu singkat 2
minggu sudah cukup menyiapkan agenda jalan-jalan ke Bandung. Yupps...emang
bener pergi bareng temen-temen itu lebih menyenangkan. Memilih waktu yang tepat
yaitu weekend, lalu Sabtu malam kemarin
bus warna ungu melaju dari Pekalongan suasana gerimis dari sore hari mengguyur
diantara debu-debu jalanan pantura. Arrrhhhgghh...jatuhnya air hujan itu
beriringan dan terus menerus menambah dari jumlah kenangan yang dirangkai dalam
momen yang asyik...ya...kita mencari keasyikan singgah tersendiri diantara
rutinitas yang sudah berlalu, terjadi bertahun-tahun.
Sejalan dengan tempat
tujuan, ada tempat yang menarik lho...disekitar perbatasan Lembang dan Kabupaten
Subang yaitu Ciater. Semacam tempat permandian air panas dan resort ternama
yaitu “Sari Ater”. Lokasi wisatanya satu area dengan penginapan sehingga kalau
menginap disini sudah barang tentu bisa menikmati mandi air hangat khas
belerang. Sedangkan bagi wisatawan baik lokal maupun manca bisa membeli
tiketnya di loket yang tersedia. Bentuk tiketnya juga sudah menggunakan tiket
elektronik jadi sebelum membeli harus memesan dulu sesuai dengan jumlah
pengunjung, setelah itu baru deh....kartu tiketnya bisa didapet.
Suaasana menunggu pintu tiket elektronik
Ternyata banyak
sekali curug yang memancarkan air panas di sana, diantaranya curug pitu, curug jodo,
aliran sungai dan pemandian air panas. Curug tersebut mempunyai keunikan masing
masing. Curug pitu berjumlah 7 buah air yang mengalir, disana pengunjung bisa
menikmati bersama 7 orang
berjejeran. Selain itu curug jodo
juga tak kalah menyajikan air panas yang keluar dari bukit meski air terjunnya
tidak tinggi cukuplah kepala bisa merasakan air langsung membasahi ubun-ubun,
nikmatnya...hhmm...
“Kalau
sudah sampai air panas kok gak nyebbbyurrrr....bakalan nyeesel deh... Mas Gun! Wakakakaka....”, ejekan
kepada Mas Guntur yang tadinya enggan turun ke sungai air hangat.
Curug Jodo Ciater
Mandi sudah...badan
sudah suegeerr.....tinggal kita ke Floating Market di daerah Lembang Kabupan
Bandung. Tiket masuk tempat wisata bisa dituker langsung dengan minuman kopi,
coklat ataupun susu pada pintu enterance. Pas sekali deh...suasana sejuk
Lembang ditemani kopi panas dalam sekejap langsung dingin, sssruuuputh....sembari
foto diantara icon sampan Floating Market berwarna kuning dan merah. Cocoknya
tempat ini sebagai wahana keluarga karena semua usia bisa menikmati segala
fasilitas dari yang balita bisa belajar tentang animal kids seperti kelinci dan ayam kate atau belajar tentang
transportasi yaitu taman miniatur kereta api.
Kopi Floating Market Lembang Bandung
Sudah ada gambaran
tentang Floating Market? Kalau aku sudah sih...kalau ingat istilah floating
pasti ada hubungannya dengan sifat busa yaitu mengapung, betul kan?!...(setengah maksa). Yappp...tul sekali,
pasar apung atau menikmati kuliner serta pemandangan sekitar danau buatan
menggunakan wisata air apung diantaranya sepeda air, kereta air dan kano.
Icon Floating Market pada Enterance Room
Pertikaian
argumentasi kecil terjadi betapa keinginan naik kano terhalang karena berat
badan. “Uiih...uih...kayaknya bakalan gelimpang tuh sampan mas kalau aku ikut
naik”, jawab Mas Johan ketika aku ajak naik kano. Pada akhirnya cancle dah!
Namun setelah akan
beranjak ada Mbak Ayu dan Mbak Misgerina
yang pengen nyoba wahana air ini, “Mas
tolongin fotoin kita dong, kita mau naik kano ini! Okey deh...siapp....panggil
aja mbak....mas-mas penjaganya”, sahutku sambil nyamperin ke dermaga.
Menikmati Keindahan Floating Market dengan Kano
Mengenal bandung dari
kota bunga gak asyik juga kalau belum
nyamperin lihat bunga-bunga sekitaran Flaoating Market. Nah...untuk menuju ke
kebun bunga harus naik beberapa pijakan, tidak jauh kok palingan 10 meter udah
nyampai di TKP. Momen yang jarang dihampiri diantara hamparan perbukitan
biasanya. Paling indah lho, karena disini bisa melihat beberapa bentangan kebun
bunga yang seragam.
Kebun Bunga Floating Market
Pada bagian belakang
kebun bunga terdapat miniatur beberapa jenis rumah dunia. Diantaranya dari
Belanda dan Inggris dimaksudkan agar pengunjung secara sederhana bisa mengenal
arsitektur dunia tanpa harus datang ke negara asalnya.
Suasana Sekitar Kebun Bunga Floating Market
Destinasi di Bandung
ke-tiga yaitu di Farm House masih di sekitaran Lembang. Merupakan wisata
belajar tentang domba dan berbelanja aneka olahan dari ternak sapi. Memasuki
pintu utama Feed the Sheep maka akan disajikan pengunjung bisa memberikan makanan
kepada domba secara langsung. Jangan khawatir domba disini sudah jinak
kok...buktinya banyak pengunjung yang berinteraksi bercanda, ada pula yang
berekspresi ketakutan karena dikejar beberapa domba, sedang gelak tawa penon
pun tertawa terbahak-bahak.
Interaksi Pengunjung dalam Feed the Sheep
Bagi yang
menginginkan suasana berbeda ala Belanda di Farm House terdapat penyewaan baju
none-none Belanda. Berada di sebelah kiri sebelum pintu utama. Pakaian tersebut
hanya bisa di pakai disaat area lokasi wisata. Terasa lengkap sudah pengunjung
dimanjakan suasana dan tentunya tiket masuk bisa ditukar dengan satu cup susu
segar khas dari Farm House.
Menginjak sore hari
keadaan sekitar jalanan Lembang terdesak oleh beberapa pengguna jalan yang
berujung kemacetan. Menuju ke Kota Bandung suasana Ciwalk dikanan dan kirinya
dikepung oleh aktifitas pengguna jalan baik yang memadati beberapa factory
outlet terkemuka di Bandung. Tujuan selanjutnya sih...sebenarnya ingin
menikmati suasana kota disore hari. Melihat waktu sudah pukul 15.30 WIB, masih
bergerak merayap hingga mencapai kota sangat immposibel bisa sampai sebelum jam
16.00 WIB.
Melewati Jalan Asia Afrika suasana tata kota kian membuat terbuai
yang dengan intens sekali menikmati daya tarik aksen berbagai bentuk dari lampu
kota, rambu-rambu lalu lintas hinga eksterior lain berupa bulatan-bulatan
seperti bola berjejer disepanjang jalan menuju Balai Kota Bandung. Apalagi ada
sebuah pesan dari salah satu seniman, penulis serta budayawan Bandung yang
menuliskan, “Dan Bandung bagiku bukan Cuma masalah geografis, lebih jauh dari
itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi” Pidi Baiq. Bagi yang
membacanya bisa mengalami proses multitafsir sesuai dengan persepsi pelaku
ketika mengalami kesunyian. Bagi kita Bandung hari ini sebagai
tempat pencapaian kebersamaan menyusuri tanah Pasundan.
Salah satu tulisan Pidi Baiq tentang Bandung