Friday 17 February 2017

Jalan Hidup Perempuan

Bagi laki-laki memang sudah dari suratan menyukai sesuatu yang enak dilihat oleh keindahan, keanggunan termasuk kecantikan oleh seorang perempuan. Meski bukan yang utama bagi laki-laki namun pandangan pertama yang bisa melihat secara fisik keadaan baik rupa maupun etika. Perempuan pun juga mengetahui adanya, semenjak masa anak-anak bisa menilai fisik dari teman perempuan sebayanya bahkan bisa menilai keadaan diri terhadap pantasnya memutuskan teman akrabnya yang dinilai bisa memberikan satu titik prinsip kesamaan dan kenyamanan.

Dari masa anak-anak, perempuan yang mempunyai fisik good looking akan menjadi bahan obrolan teman-temannya. Ejekan-ejekan kecil menggelitik terus bertaburan tatkala satu diantara teman laki-laki hanya sebatas misalnya sering meminjam buku pelajaran. Tak heran masa kecil terkadang membuat hal sepele namun dibuat gosip lelucon ejekan sepulang sekolah.

Membahas perempuan bagi laki-laki terasa asyik, mungkin begitu pula sebaliknya perempuan juga melakukan hal sama lebih sering disaat keduanya sama-sama belum menikah. Tabiat manusia suka mencari perhatian dan suka diperhatikan dari masa pubertas mereka sama-sama mengalami rasa ketertarikan kepada lawan jenis yang membedakannya yaitu relativitas cara pengekspresiannya. Laki-laki lebih aktif mengekspresikan segala perasaan melalui lisan atau perkataan, sedangkan perempuan lebih mengedepankan rasa, perasaan dan bahasa tubuh sebagai cara penyampaian yang hanya beberapa laki-laki mengerti dan memahami. Adanya perbedaan ini Tuhan membuat manusia berpasang-pasang saling mengisi dan melengkapi hidup. Maka dari itu kewajiban manusia hanya bisa berusaha memantaskan kerpibadian diri menuai janji Tuhan dengan segala penuh Rahmat.

Perempuan menginjak kedewasaannya mendekati matang disaat usianya mulai memasuki 20 tahun. Berbagai perspektif pemikiran sudah tidak remaja lagi yang penuh hingar bingar, grudhak-grudhuk layaknya seorang remaja mengalami masa pubertas. Porsi masa depan mulai berkecimuk sedikit mengenai pasangan yang kelak akan menjadi panutan, pengayom serta pendidik tabiat wanita karena bagi perempuan akan berani diatur atau ditata dalam bahasa Jawa berarti wani ditoto (berani ditata).

Perempuan terasa sudah menginjak pada zona nyaman adalah jika telah ada sesorang yang mencalonkan diri sebagai suami terlepas melalui cara apapun, saya tidak akan menjustifikasi kebenaran cara. Setiap manusia hanya bisa memilih dan meyakini caranya karena kedaulatan pilihan itu bersifat personal sekalipun terhadap semua resiko yang ditimbulkan. Entah melalui proses panjang pacaran, proses singkat perkenalan, ta’aruf dalam sekejap atau cara lain Tuhan mempertemukan jodohnya. Semuanya ada persamaan yaitu sama-sama menapaki ujian baik senang ataupun sedih, mudah ataupun sulit, lapang maupun sempit dan semua narasi kehidupan yang bagi Tuhan.

Bertambah usia menjadi 25 tahun rasa cemas perempuan sudah mulai dirasakan. Menunggu dalam penantian saat laki-laki belum mengetuk hati dan perasaan sembari membawa bunga cinta menuju mahligai rumah tangga. Berbagai usaha dari memantaskan diri mendekat kepada Tuhannya, bersolek merawat segala macam pernak pernik dari ujung rambut hingga ujung kaki, saat yang kini menjadi tren yaitu eksis dalam media sosial dan masih banyak sekali upaya-upaya yang perempuan lakukan demi merubah statusnya.

Bagi perempuan dipinang oleh seorang laki-laki adalah sesuatu yang membahagian dalam hidupnya. Apalagi rasa cinta itu bagi perempuan yang mengerti kesabaran menunggu sangatlah mulia. Harapan baginya laki-laki yang disebut suami itu akan membimbing ke arah lebih baik terlenih apabila Tuhan memberikan rezeki berupa keturunan maka akan bisa membawakan kebahagiaan melengkapi rumah tangga sebagaimana cita-cita yang mereka banggakan.

Sumber gambar : google toyyibah.com

No comments:

Post a Comment