Tuesday 19 July 2016

Saya Mencintai Keduanya

Tanggal 18 Juli 2016 kemarin ada teman yang kebetulan bekerja di Jepara yang membagikan sebuah tautan yang berisikan liputan acara halal bi halal. Adapun tema yang angkat dalam acara tersebut yaitu Halal bi Halal sebagai Wahana Sillaturahim untuk Membangun dan Memajukan Jepara. Sangat terkesan dengan ide yang digagas oleh panitia halal bi halal. Betapa sungguh indahnya jalinan silaturahmi antara keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang notabene merupakan organisasi masyarakat islam yang ruang lingkupnya nasional.

Meskipun saya tidak secara langsung mengikuti acaranya langsung, saya sangat mengapresiasi kepada panita halal bi halal bahwa kegiatan tersebut berdampak positif bagi masyarakat khususnya bagi bangsa dan negara. Seperti yang diketahui bersama bahwa masyarakat NU dan Muhammadiyah merupakan jumlah dari umat islam di Indonesia yang mayoritas ada disetiap kota. Kebersamaan diantara keduanya sangat erat kaitannya dalam pembangunan. Pemerintah hanya fasilitator pembangunan, namun penggerak modal pembangunan secara mental adalah rakyat Indonesia. Sangatlah tepat apabila tema acara tersebut bahwa silaturahmi warga NU dan Muhammadiyah berkaitan untuk membangun dan memajukan Jepara.

Sepatutnya kebersamaan menjadi prioritas utama dalam menyelesaikan persoalan. Negara yang masih membenahi sistem tata kenegaraan dan segudang masalah negara biarkan para petinggi negara menyelesaikan permasalahannya. Namun apakah rakyat hanya berpangku tangan menunggu serta menikmati hasil pembangunan fisik dari pemerintah? Sepertinya kurang tepat jika mempunyai persepsi  seperti itu. Tugas rakyat menjadi motor pembangunan negara merupakan aset perkembangan sebuah negara. Mungkin segala aspek penjajahan perang tergolong sedikit namun patut diwaspadai terhadap penjajahan motor negara yaitu penjajahan kepada rakyatnya melalui politik memecah belah yang ditularkan melalui pemikiran. 

Adanya perkembangan internet (dunia maya)  serta politik media dapat secara tidak langsung membawa kehidupan kearah nyata. Artinya para perusak kebersamaan negara Indonesia dapat memanfatkan media sosial untuk menyebarkan kebencian antara kelompok masyarakat baik sesame ormas, agama, ras, suku dan lain sebagainya. Rakyat harus lebih cerdas dalam menanggapi isu yang belum pasti kebenarannya.

Tugas rakyat dalam pembangunan mengusahakan keadaan di lingkungan masyarakan lebih terkondisikan aman, menjaga kerukunan dan ukhuah keislaman yang kondusif. Rasa aman menjadi cita-cita setiap individu sudah sepantasnya rasa aman harus diusahakan minimal dengan mencegah hal yang memunculkan keresahan didalam masyarakat. Adapun keresahan berasal secara fisik maupun secara batin. Keresahan fisik berarti keresahan yang ditimbulkan oleh ancaman fisik misalnya pencurian, perampokan, terror bom, penganiayaan, perampasan dan sebagainya. Sedangkan keresahan batin lebih berasal dari ancaman pemikiran dari kelompok yang dapat mengancam rasa aman, misalkan kelompok separatis, kelompok yang dapat mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Menjaga kerukunan, paling mudah dilakukan terhadap tetangga paling dekat dari rumah. Melakukan hal yang terkecil misalkan saling menjaga etika kesopanan kepada tetangga, tengga rasa serta berani mengalah demi kepentingan bersama menjadi perbuatan kecil tapi akan berdampak besar apabila setiap warga masyarakat melakukan hal yang serupa. Terakhir menjaga ukhuwah keislaman sudah sepantasnya seluruh organisasi masyarakat islam mengedepankan cita-cita bangsa dengan ikut serta membuat keadaan yang penuh keakraban dalam berbagai aspek kehidupan.

Saya tidak “gumunan” (kaget) dengan informasi yang berkaitan dengan silaturahmi antar organisasi ini, tentunya saya percaya meski tidak diadakan silaturahmi  organisasi secara resmi, saya yakin tiap individu meskipun beda organisasi masyarakat tetap melaksanakan silaturahmi. Selain sudah menjadi tradisi tiap Hari Raya Idul Fitri, bahwa momen silaturahmi menjadi alasan ajang untuk bertamu. Tentunya kebiasaan silaturahmi dalam setiap keluarga besar (bani) juga tidak semua memiliki  organisasi masyarakat yang sama. Pendek kata, meskipun tidak dilakukan secara formal antar organisasi masyarakat secara tradisi masyarakat telah melakukan silaturahmi antar individu maupun keluarga besar (bani).

Halal bi halal keluarga besar NU dan Muhammadiyah di Jepara patut menjadi contoh disetiap kota lainnya. Setiap kota mempunyai keangotaan yang cukup banyak dari seluruh yang aktif maupun sebagai simpatisan. Ditiap kota mungkin jumlah populasi NU paling banyak daripada Muhammadiyah, terlebih bahwa NU adalah cerminan orang islam di Indonesia. Kegitan dapat dimulai dari pertemuan antara pemuda dari NU misalnya IPNU dan IPPNU dengan Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah. Sudah menjadi tanggung jawab pemuda untuk membangun keutuhan organisasi masyarakat agar lebih kokoh menjalin komunikasi silaturahmi yang sangat erat. Saya yakin apabila komunikasi serta silaturahmi yang erat maka tidak akan terjadi prasangka dari informasi yang sengaja akan merobek rasa persatuan dan kesatuan sebagai umat islam.

Mengendalikan ego kebenaran masing-masing dan menyadari bahwa tiap organisasi hanyalah sebagai usaha untuk meraih Ridho dari Allah SWT. Sudah sepertinya meredam semua perbedaan, menghormati peraturan rumah tangga tiap organisasi, menganggapnya bahwa perbedaan adalah rahmat yang harus disyukuri secara bersama-sama. Tantangan ke depan menjadi tujuan bersama bahwa umat islam harus bersatu menghadapi sebuah pekerjaan rumah yang luar biasa.

Gelombang hiruk pikuk arus globalisasi yang merubah seluruh tatanan masyarakat menjadi matrealisme bahwa seluruh pandangan masyarakat hanya tertuju kepada materi. Tidaklah salah dari mereka mempunyai pandangan demikian, siaran acara televisi, iklan sponsor yang mengundang kemewahan dunia membuat manusia lalai akan tujuan utamanya mereka berada di dunia. Memperbaiki akhlak sebagai bekal kelak di akherat adalah di cita-cita mulia dari Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Tentunya beliau akan sangat bahagia apabila cita-cita tersebut dilaksanakan oleh semua organisasi masyarakat islam tidak terkecuali NU dan Muhammadiyah dengan melakukan hal terkecil yaitu mengadakan silaturahmi antar organisasi kemudian di istiqomahkan secara berkelanjutan tentunya suatu saat akan diikuti oleh organisasi masyarakat lainnya. Apabila silaturahmi ini dilakukan disetiap kota maka pengurus pusat akan mengikuti tradisi demikian hingga menjadi pertemuan akbar di tiap tahunnya, semoga kita berharap demikian.






No comments:

Post a Comment