Saturday 2 July 2016

Lintas Malam, Kartono

Lagi-lagi Dharma hampir susah tidur di tiap malamnya, apalagi saat Ramadhan sekarang ini hampir malamnya digunakan duduk-duduk di depan rumah. Berteman secangkir kopi, sebungkus rokok beserta korek api, sebatang habis kemudian ambil lagi batang berikutnya. Sajaknya memang caranya menghabiskan malamnya cuma kegiatan seperti itu. Kartono berjalan dari arah timur menuju rumahnya yang tak jau berdampingan dengan Dharma.

"Dhar, saya amati hampir tiap malem km kok ada didepan rumah memang ada apa tho?",tanya Kartono yang kemudian berjalan mampir ke rumah Dharma.

Lantas Dharma masih tidak beranjak dari duduknya. Senyum kecil diberikan kepada Kartono, tangan kirinya Dharma menepuk-nepukan tangannya ke lantai sembari menoleh lantai seakan memerintahkan Kartono untuk menemani Dharma.

"Aku tiap malam berfikir hanya masalah sepele, Kar. Masalahnya berganti ganti tergantung kejadian yang aku alami selama satu hari tadi. Wajar jika kamu begitu perhatian, orang-orang sering mengatakan saya ini orang aneh, tapi menurutku di depan rumah ini aku bisa melihat diriku sendiri", Dharma menghisap rokoknya sambil menatap jalan yanh berangsur sepi.

"Masalah apa tho kang Dharma?mungkin aku bisa bantu memecahkannya", Kartono duduk disampingnya kedua kaki ditekuk sama-sama berlesehan.

"Anu Kar, aku kok malu terhadap diri sendiri. Rasanya saya masih terlalu berlebihan terhadap semua keinginan", Dharma merunduk serasa malu kepada Kartono.

"Lhah memangnya hidupmu berlebihan Dhar?menurutku kamu itu hampir sama denganku sebagai rakyat jelata",Kartono merasa keheranan melihat Dharma.

"Haha...kamu itu memang aneh kok Dhar...lha wong kecil itu boleh berlebihan", asal hanya angan saja ndak masalah tho, hanya cita-cita selagi gak menyusahkan orang lain", Kartono sambil berkelakar hampir mengejek Dharma.

"Semprul kamu, Kar?justru karena wong kecil itu harus tau diri dan menerima yang Tuhan berikan", sanggah Dharma sedikit hampir senyum kepadanya.

"Hampir tiap hari aku hidup paling sederhana tapi kok masih ada orang  yang lebih sederhana daripadaku", Dharma menghela nafas.

"Aku berusaha sudah sabar tapi masih ada orang yang lebih bersabar dariku, kemudian",
"Aku mengurangi menangis  mencoba tegar atas terpaan dari cobaan istri dan anak-anakku, Namun ada yang lebih ceria menganggap cobaan menjadi makanan sehari-hari yang tak tahu kapan berakhir", sepertinya Kartono sedikit mengetahui alasan Dharma atas kegundahan hatinya.

"Oh, kalo begitu..mending kang Dharma cepet telp saja sama Gusti Allah, Dia lebih tau alasan mengapa semuanya bisa terjadi dan itu jalan yang pas menurutku kang!" ,jawab Kartono agak serius.

***

No comments:

Post a Comment