Sunday 17 July 2016

Riyaya Dunia

Gedung Kantor Kepala Desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan menjadi tempat acara Maiyah Suluk Pesisiran edisi 16 Juli 2016 dengan mengambil tema Riya (ya) Dunia. Lantunan sholawat duror pembuka acara maiyahan oleh segenap IPNU Kecamatan Wonopringgo, terus berkumandang menghangatkan suasana keakraban yang terjalin atas dasar sebuah rasa kebersamaan

Acara maiyahan dihadiri nara sumber diantaranya adalah Pak Suryo Sukarno (selaku pengamat sosial budaya), Gus Mansyur (ulama) dan Cak Mufid (ustadz). Bapak Hasbi Riski selaku Kepala Desa Rowokembu juga ikut berpartisipasi melakukan sambutan acaara Suluk Pesisiran. Dalam pembukanya Pak Suryo menjelaskan tentang sejarah halal bi halal di Indonesia. Selain itu beliau memaparkan melestarikan budaya riyoyo yang bermakna merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Pembahasan tema lebih mengerucut saat Gus Mansyur mulai membicarakan unsur manusia yang terdiri dari 4 bagian. Pertama unsur api (nariyyah) yang berarti semangat. Unsur yang kedua  unsur air berarti kemanfaatan. Unsur ketiga khayawaniyyah yang berarti nafsu. Unsur terakhir keempat unsur batu yang berarti kekuatan. Dari semua unsur tersebut Allah SWT membekali akal dan pikiran kepada manusia untuk mensinergi akar setiap unsur tidak ada yang lebih dominan satu sama lain. Apabila unsur api lebih tinggi maka manusia cenderung lebih suka mempertahankan egonya atau keinginannya. Contoh lain misalnya apabila unsur air lebih dominan maka manusia akan lebih memanfaatkan sepenuhnya dirinya untuk orang lain akan tetapi dia tidak memperhitungkan keadaan dirinya bahkan melupakannya. Dalam prosesnya manusia harus melewati usaha memperbaiki diri dan menundukkan ke empat unsur tersebut dalam sebuah ibadah yang berupa puasa. Para wali zaman dahulu memberikan pengajaran pengendalian ke empat unsur tersebut melalui contoh tradisi disaat lebaran. Dimulai dengan tradisi menyembelih ayam lebih tepatnya ayam jago, lambang jenis ayam jago lebih menampakkan sifatnya egonya yang begitu tinggi maka dengan disembelihnya ayam jago sebagai simbol hilangnya ke egoan diri manusia.  Dilanjutkan dengan membuat ketupat terbuat dari janur kuning yang dianyam tumpang tindih menandakan bahwa sifat manusia yang dinamis berubah kemudian diisi beras putih (kebaikan). Tidak hanya itu apabila ketupat telah matang maka harus dibelah menjadi dua bermakna bahwa seluruh manusia dihari raya membuka hatinya untuk menyadari semua kesalahan yang telah diperbuatnya.

Menyinggung masalah riya Gus Mansyur memberikan prinsip bahwa penilaian riya hanya manusia dan Allah SWT yang mengetahui. Malaikat pencatat amal pun tidak pernah tahu keberadaan niat riya yang dilakukan oleh manusia. Kemudia beliau bercerita tentang manusia fi sabilillah sekaligus ahli ibadah seluruh hidupnya bahkan semua hartanya digunakan sepenuhnya untuk agama. Para malaikat bertasbih memberikan saksi bahwa tipe manusia seperti ini sangatlah istimewa,  jarang ditemui jenisnya. Disaat meninggal seluruh amalnya dibawa oleh malaikat kemudian diperlihatkan kepada Allah SWT. Majlis malaikat memberikan penghargaan kepada manusia fi sabilillah tersebut. Namun, Allah SWT menolak semua amal ibadahnya, kemudian malaikat merasa bingung dan bertanya lagi kepada Allah SWT, mengenai alasan penolakan amalnya. Allah SWT menjawab bahwa seluruh amal manusia fi sabilillah tersebut sudah mendapatkan balasan ketika di dunia. Pengharapan pujian dalam beribadah membuatnya dia selalu bangga disaat orang lain menyanjungnya. Jihad fi sabilliahnya berniat untuk disebut paling berani bagi sesamanya. Alasan riya tersebut menjadi penyebab tertolaknya seluruh amal ibadahnya.

Sebagai penghangat suasana agar lebih menambah kemesraan Mas Joko mengingatkan kepada grup musik akustik dan perkusinya akan segera tampil ke depan. Persiapan tidak begitu lama grup musik ini melantunkan lagu religinya milik ungu dan maherzain nuansa pop religius sangat mengatmosfer dalam sebuah gedung acara maiyahan. Nyanyi bersama jamaah maiyah menjadikan momen paling istimewa ternyata begitu singkatnya dua lagu yang telah dilantunkan harus berakhir dan suara tepuk tangan yang meriah menutup perfom dari grup musik akustik tersebut.

Sesi selanjutnya adalah diskusi tanya jawab atau sekedar memberikan tanggapan dari pemaparan nara sumber. Mas Abdul Ghoni adalah audien pertama yang akan menanggapi bahwa “riyoyo” merupakan hari perayaan yang telah disiapkan bulan sebelumnya dari bulan. Selanjutnya audien kedua yang akan menanggapi diskusi yaitu Muhammad Tifani yang bercerita menganai sejarah tradisi lebaran ternyata sudah ada pada tahun 1725 M, dimasa pemerintahan Raja Mangkunegara I. Tanggapan  terakhir dilakukan oleh Mas Antoni yang melihat kebiasaan autoselfi masyarakat berupa perayaan Idul Fitri merupakan sebagai ungkapan kegembiraan.

Gus Mansyur memberikan tanggapan secara keseluruan mengenai tema riya dunia bahwa kita dibimbing untuk melihat masalah secara lebih jauh bukan hanya sekedar riya saja. Waktu satu bulan lamanya digembleng ibadah puasa di Bulan Ramadhan hendaknya kita tidak lengah terhadap tipu daya dunia. Disaat lebaran tiba manusia kembali ke fitri, iblis pun merasa kecewa melihat keadaan manusia yang begitu sucinya hingga seperti ia baru lahir. Iblis sangat kecewa saat takbir berkumandang karena segala daya dan upayanya berakhir sia-sia, karena segala dosa kesalahan manusia akan terhapus menjadi keadaan fitri (seperti bayi yang baru lahir). “Apakah iblis akan diam saja tanpa menggoda manusia lagi?”. Tentunya itu tidak terjadi selama manusia itu hidup dunia maka iblis akan senantiasa menggodanya. Setelah manusia melaksanakan Sholat Idul Fitri iblis kembali datang merusak kesucian hati sanubari manusia dengan tipu daya keduniaan menjadikan manusia salah fokus dan melupakan esensi manusia hidup didunia bahwa suatu saat manusia harus kembali  kepada Allah SWT.

Janganlah manusia melakukan hal yang berlebihan dan sia-sia. Setelah manusia melewati Bulan Ramadhan maka tidak ada lagi batasan rukun ibadah melakukan hal yang disukainya. Makan dan minum misalnya, di Bulan Ramadhan mulut manusia sangat tertib melakukannya. Namun setelah melewatinya maka manusia seakan bebas terkekang dari semua yang melarangnya. Hal itu jangan sampai membuat manusia menjadi lupa dengan usahanya selama satu bulan. Langkah penuh barokah menjadi nilai yang sia-sia. Gus Mansyur juga mengingatkan untuk selalu ingat membacar pesan pesan dari simbol tradisi kebudayaan misalnya lopis raksasa yang belum lama diselenggarakan di Pekalongan.

Cak Mufid memuncaki acara maiyahan dengan memberikan asal kata riya dari dua kata ru’ya dan ro’ a keduanya mempunyai makna memperlihatkan. Apabila dilihat dari bahasa maka seluruh aktifitas ibadah manusia termasuk riya karena makna tersebut berarti memperlihatkan misalnya ketika melangkahkan kaki ke masjid maka secara langsung kita memperlihatkan langkah kita untuk beribadah ke masjid. Apabila dilihat dari tasawuf maka riya mempunyai arti membanggakan amal ibadah kepada orang lain. Letaknya riya ada dalam hati manusia yang ingin selalu memperlihatkan amal ibadahnya. Dalam konteks realitas ibadah riya yang bermakna tasawuf ini dilarang karena yang dimaksud riya sesungguhnya. Sedangkan makna riyoyo dalam bahasa jawa berarti perayaan hari raya yang  dibolehkan asalkan tidak menyalahi syariat yang Allah SWT tetapkan.

Tepat pada pukul 00.30 Mas Joko memberi tanda untuk segera mengakhiri acara maiyahan segenap penggiat memberikan instruksi untuk melingkar bersama dengan para jamaah yang hadir. Lampu utama gedung dipadamkan sholawat shohibul baiti mengiringi acara penutup Gus Mansyur memimpin doa bersama dilanjutkan dengan bersalaman.




No comments:

Post a Comment