Saturday, 28 January 2017

Keringat Anak Kecil

Sudah 4 bulan yang lalu atau pada akhir mendekati pergantian tahun 2017 saya dibuat terenyuh oleh pedagang makanan yang keliling di depan rumah. Bapak-bapak berpostur tubuh kurus mengayuh sepeda butut berkali-kali bersuara menawarkan kue bapel berharap ada calon pembeli memanggilnya. Pemandangan itu aku lihat disaat bapak itu sudah 15 meter meninggalkan jalan depan rumah. Sudah begitu sederhananya beliau menawarkan kue yang sudah sangat jarang digemari masyarakat jaman sekarang.

Bagi saya kejadian dihari itu terlalu mengesankan. Penampilan beliau sangat sederhana berjenggot tipis pakaian yang bagi kalangan umum menyebutnya sebagai pakaian syar’i. Ada beberapa pesan yang saya tangkap rasa tanggung jawab begitu besar kepada keluarga terutama istri dan anak-anaknya.. Apapun keadaan bagi dirinya tidaklah penting mengenai sesuatu yang dikenakan meski demikian nilai zuhud tetap beliau terapkan dalam berpakaian.

Akhir-akhir ini suara pedagang kue bapel itu tidak terdengar mungkin karena sengaja jalanan rumah saya tidak dilewati. Mungkin karena calon pembeli di kawasan RT saya tidak begitu banyak dan lagi posisi blok perumahan paling belakang dan pojok sehingga aksesnya pun jarang dilewati oleh pengguna jalan lainnya.

Diwaktu pagi yang cukup luang, saya berencana ke sebuah  provider layanan akses seluler, jaraknya kurang lebih 5 kilometer dari rumah. Motor saya siapkan di depan rumah, bersama ibu akhirnya perjalanan dimulai. Berjarak sekitar 500 meter akses dari rumah menuju ke gerbang awal atau pintu utama perumahan yang berada di kawasan Jalan Yos Sudarso Wiradesa. Dari gerbang ini lah masyarakat sering keluar masuk perumahan yaitu tempat pertama sebagai akses interaksi dunia luar.

Dari pintu utama, sebelum saya menyeberang ada pemandangan yang tidak seperti biasanya di pinggir jalan, ditempat saya menunggu lintasan agar benar-benar aman. Terlihat anak berusia sekitar 10 tahun berpeci dan mengenakan baju koko berdiri sedang menjaga barang dagangan. Dalam hati saya berkata ini pasti tidak sendirian, bahasa tubuhnya terasa kaku berdiri disamping meja. Posisi motor saya majukan sedikit sembari menunggu hilir mudik lalu lintas, saya kembali menerka mengenai barang yang dijualnya.  Setelah saya amati barang yang berada di atas meja seperti tumpukan kue setengah lingkaran berwarna coklat dari situlah saya menyimpulkan bahwa anak kecil itu ternyata menjajakan kue bapel.

Setelah saya menyeberang, sembari berkendara motor, pikiran saya masih tertuju kepada anak tersebut sepertinya ada korelasi dengan bapak-bapak pedagang kue bapel yang biasa keliling di perumahan. Sepertinya perkiraan-perkiraan sementara itu harus saya pending, karena keamanan berkendara lebih saya prioritaskan.

Kurang lebih satu jam proses acara di sebuah  provider layanan akses seluler telah selesai. Tidak ada tujuan lainnya dan kemudian perjalanan dilanjutkan pulang ke rumah. Sesampainya di pintu gerbang perumahan saya melihat bapak-bapak pedagang kue bapel berada tepat di meja yang ditunggu oleh anak tadi, ternyata perkiraan saya benar adanya. Bahwasanya anak yang berjualan kue bapel itu anaknya dari bapak yang sering berjualan keliling di perumahan.


Pelajaran berharga kepada anak bahwasanya dia dididik agar bisa merasakan keadaan orang tua. Belajar merasakan keprihatianan mengenai tujuan hidup di dunia haya sebatas pemenuhan kebutuhan bukan keinginan hawa nafsu. Meski di hari Jum’at hari libur sekolah karena bersekolah di madrasah tidak digunakan bermain layaknya teman sebayanya. Ini bukan melanggar hak-hak anak bermain, bisa dikatakan bahwa peraturan pemerintah tidak setuju jika seorang anak bekerja. Anggapan bahwa memperkerjakan anak bagi pemerintah sebagai tindak diluar batasanya. Semua itu pandangan pemerintah, namun disisi lain pemerintah juga tidak menjamin warga negaranya memperoleh penghidupan yang layak. Menciptakan suasana perekonomian yang kondusif pun masih jauh dari target yang diharapkan. Rakyat sudah terbiasa dengan cara-cara tersendiri memperoleh penghidupan, pastinya kerja sama antara bapak dan anak pedagang kue bapel tersebut berusaha memperoleh rezeki yang halal.

No comments:

Post a Comment