Beberapa arsitek di undang ke Jakarta untuk memberikan konsep
bangunan gedung DPR. Satu persatu arsitek mengajukan konsep gedung yang
berwibawa, monumental dan diberikan tempat untuk berdemonstrasi.
Berbeda dengan pendapat dari salah satu arsitek Ir. Munichi
Bachroen Edress (60), asal Yogyakarta memberikan pendapatnya mengenai konsep
gedung DPR. Beliau memberikan pandangan bahwa sebuah gedung yang sesuai dengan
fungsinya.
Gedung DPR merupakan pengejawantahan perwakilan rakyat yang
menyalurkan segala aspirasinya. Sehingga dalam sebuah konsepnya, gedung
tersebut akan memudahkan rakyatnya menyampaikan segala permasalahan.
Oleh karena konsep gedung yang serba berwibawa, maka rakyat akan
terasa enggan apabila ingin menyampaikan aspirasinya secara pribadi. Pada
akhirnya rakyat berbondong-bondong mendatangi gedung DPR melakukan demonstrasi.
Dalam pandanganya, konsep gedung DPR pada halaman depannya
terdapat gazebo-gazebo sebagai tempat interaksi bertemunya wakil rakyat dengan
rakyat. Disana segala permasalahan yang dihadapi rakyat harus didengar secara
langsung oleh mereka sebagai penyalur aspirasinya.
Sebelum memasuki gedung utama, didirikan makam yang berbentuk
boulevard (agar tidak terkesan horor) yang terintegrasi akses keluar masuk para
wakil rakyat dalam keseharian bekerja.
Harapan beliau dengan konsep seperti itu, agar para wakil rakyat
senantiasa ingat akan kematian. Sehingga mereka benar-benar serius menangani
permasalahan yang dialami rakyat dan satu lagi agar mereka tidak sekali
melakukan korupsi karena setiap mereka pulang bekerja, akan dihadirkan
pemandangan makam sebagai tujuan akhir hidupnya.
Sebuah esensi pengajian sebelum Sholat Jumat melalui siaran
televisi TVMu pada tanggal 13 Januari 2017.
No comments:
Post a Comment