Sebuah petikan esensi yang mengenai
kebiasaan yang dilakukan oleh pemimpin yang lebih merasa dihormati dalam
konteks fungsinya sebagai turunan teknis dari kewenangan bidang. Termasuk
contoh lain disaat pemimpin yang seharusnya bersusah payah mengecek keadaan
pangkat bawahan, menelusuri berbagai macam jumlah standar hutang karyawan yang
dibolehkan, malah berkebalikan acuh terhadap gelombang-gelombang gaya hidup
bawahan. Bahkan rasa apatis tersebut seakan hilang dengan langsung ditanda
tanganinya pengajuan tersebut melalui disposisi asisten ataupun sekertarisnya,
yang turut menyelesaikan proses pengakaran birokrasi hingga sekarang.
Tanpa disadari bawahan pun menjadi
pemicu sebagai aksi tidak tega melihat pemimpin melaksanakan kerharusan program kinerjanya mengawasi
beberapa staf yang berada di bagan bawahnya.
Malahan contoh-contoh pemimpin tersebut menurutnya adalah hal yang
dihindari demi mensukseskan aksi penyalahgunaan variable peniliaian yang
berhubungan kenaikan pangkat. Seperti beberapa contoh karyawan yang melebihkan jumlah
gaji sebenarnya, pada saat pengajuan hutang. Semuanya itu berpotensi sebagai
sesuatu yang akan mengancam rasa kenyamanan.
Seorang pelawak pernah berceloteh
dalam aksinya yang mengatakan “Semakin
orang itu pintar, kaya dan berpangkat pada akhirnya akan menjadi sakit.
Sedangkan orang sehat adalah mereka yang bekerja melayani”. Sangat
berdampak bagi pemimpin dari rumah sudah disiapkan baju beserta sarapannya oleh
istri tercinta. Disaat keluar dari rumah, sopir sudah standby membuka pintu mobil, sedangkan tas kerjanya istri masih setia membawanya dan
serahken kepada sang suami sembari mencium tangannya. Alangkah mulianya Pak
Pemimpin ini, hidup terasa nyaman tanpa merasakan bekerja langsung bahkan masih
dihormati.
Sebelum kaki Pak Pemimpin menapaki
jalanan depan kantor terlebih dahulu si sopir turun memutar melewati depan
mobil kemudian membukakan pintu sebelah kiri agar Pak Pemimpin bisa keluar dari
mobil. Bagaikan raja yang terus dihormati sepatu hitam dilangkahkan dari atas
mobil menuju aula depan kantor. Penjaga kantor senyum ramah kepaada beliau,
mengucapkan “Selamat pagi, Pak” sapa satpam kantor kepada Pak Satpam.
Pak Pemimpin mempunyai asisten ahli
sebagai bentuk turunan fungsi menyelesaikan tugas-tugas pokok pemimpin. Disaat
memperoleh masalah baru maka pemimpin hanya menampakkan diri sebagai sosok bisa
berwujud, sedangkan asistennya yang menghandel dari keseluruhan pokok
permasalahan dan juga konsep penanganannya. Pukul 10.00 rapat dipimpinya
disamping pojok kiri notulen menuliskan beberapa hal penting termasuk jalannya
rapat. Di akhir sesi acara asisten ahli berjalan menuju meja paling pojok sambil berbisik, ”Mbak mohon kopikan
notulen hasil rapat hari ini”, sembari menyodorkan flash
disk kepada notulen rapat. Pak Pemimpin keluar dari ruangan rapat menuju
gedung berikutnya menunggu rapat koordinasi dengan bidang lain membahas
anggaran tahunan. Hal yang sama dan senada dengan rutinitas kerja asisten ahli
yang turut berjalan kemana pun Pak Pemimpin ini mengikuti rapat.
Sabtu hari akhir pekan Pak Pemimpin
pagi itu memakai kaos oblong menikmati indahnya kota bersama istri dan
anak-anaknya tercinta. Di pinggir lapangan beliau joging agar berat badan yang sudah mulai melebar agar tidak terlihat
sebagai pemimpin yang tidak pernah mengatur pola makanannya. Tiba-tiba dari
belakang ada yang memanggilnya,”Pak kok sendirian jogingya?” tanya staf kantor
menghampiri Pak Pemimpin dengan rasa begitu hormat. Kemudian beliau menjawab,
“Ini sama istri dan anak-anak, tapi di warung sebelah timur lapangan sedang
sarapan” jawab Pak Pemimpin kepada stafnya.
Dari percakapan diatas Pak Pemimpin
meskipun sudah berada diluar jam kerjanya, emblem pemimpin masih dipangkunya
sembari dibawa lari mengelilingi lapangan. Keinginan senatiasa disegeni menyeru
kepada khalayak dalam hatinya bersuara lantang bahwasanya “Aku ini pemimpin
kalian” betapa angkuhnya dada Pak Pemimpin terus bicara. Lain halnya dengan
penghormatan Raja Kraton selain sebagai pemimpin beliau Sang Raja mempunyai
trah kebangsawanan yang bersifat hierarki dan masyarakat yang menghormati atas
keabsahannya meskipun di luar istana kerajaan.
Perbedaan keduanya apabila bahwa
jabatan Pak Pemimpin dalam fungsional umum kerangka birokrasi pemerintahan.
Batasan jabatannya sudah jelas dipilahkan dari wilayah fungsi yang lain. Disaat
Pak Pemimpin makan, sebenarnya yang makan adalah manusianya. Sedangkan
posisinya Pak Pemimpin tatkala
menjalankan fungsionalnya.
Akan tetapi keadaan jabatan Pak
Pemimpin tersebut sudah dianggap masyakarat sebagai jabatan kultural dimana Pak
Pemimpin berada disitulah bawahan harus bisa menghormatinya. Ketimpangan
tersebut apabila diwujudkan pertandingan tenis dengan bawahan. Maka disaat
bawahan memberi bola lambung yang seharusnya direspon cepat, karena telah tahu
yang aka merespon Pak Pemimpin maka bawahan tidak bermain serius layaknya lawan
main biasanya.
Sumber gambar : google luvictordolay.baseball
Rasa pakewuh (enggan bersungguh-sungguh) bawahan disaat berlatih tenis
bedampak sekali pada teknik yang sebenarnya ingin dicapai oleh Pak Pemimpin
yaitu teknik kejujuran skil seorang petenis. Makin lama Pak Pemimpin semakin
tak menyadari kebodohannya atas pemanjaan, pelayanan dan kemudahan yang
didapat. Penghormatan salah kaprah itu tak ujar diberantasnya bahkan mengakar
hingga Pak Pemimpin menganggapnya semua yang diberikan oleh bawahannya sebagai
kemudahan “nasib baik” nya padahal itu semua kekeliruan yang mutlak adanya.
Lapangan tenis tersebut apabila
digantikan dengan berbagai seri keragaman dunia pemerintahan banyak sekali
contoh-contoh kemudahan yang diterima oleh Pak Pemimpin. Kepengurusan naik
pangkat, pengajuan kredit dan lain sebagainya akan lebih “nyaman” apabila dari
bawahan memberikan “bonus” cuma-Cuma kepada Pak Pemimpin dianggapnya sebagai
“nasib baik” dan juga sebagai bola-bola umpan lambung yang dimudahkan oleh
bawahannya.
Cara-cara tersebut yang digunakan oleh
bawahan memberikan pelayanan, kemudahan serta berbagai umpan-umpan lain untuk
meraih sesuatu hal yang berhubungan dengan birokrasi Pak Pemimpin. Suatu saat
Pak Pemimimpin melakukan pembenaran dengan cara mainnya namun sebenarnya akan
membahayakan bagi dirinya.
#tadabbur Sedang Tuhan pun
Cemburu (EAN)
No comments:
Post a Comment