Thursday, 26 January 2017

Bola Tenis Sang Pemimpin

Sebuah petikan esensi yang mengenai kebiasaan yang dilakukan oleh pemimpin yang lebih merasa dihormati dalam konteks fungsinya sebagai turunan teknis dari kewenangan bidang. Termasuk contoh lain disaat pemimpin yang seharusnya bersusah payah mengecek keadaan pangkat bawahan, menelusuri berbagai macam jumlah standar hutang karyawan yang dibolehkan, malah berkebalikan acuh terhadap gelombang-gelombang gaya hidup bawahan. Bahkan rasa apatis tersebut seakan hilang dengan langsung ditanda tanganinya pengajuan tersebut melalui disposisi asisten ataupun sekertarisnya, yang turut menyelesaikan proses pengakaran birokrasi hingga sekarang.

Tanpa disadari bawahan pun menjadi pemicu sebagai aksi tidak tega melihat pemimpin melaksanakan  kerharusan program kinerjanya mengawasi beberapa staf yang berada di bagan bawahnya.  Malahan contoh-contoh pemimpin tersebut menurutnya adalah hal yang dihindari demi mensukseskan aksi penyalahgunaan variable peniliaian yang berhubungan kenaikan pangkat. Seperti beberapa contoh karyawan yang melebihkan jumlah gaji sebenarnya, pada saat pengajuan hutang. Semuanya itu berpotensi sebagai sesuatu yang akan mengancam rasa kenyamanan.

Seorang pelawak pernah berceloteh dalam aksinya yang mengatakan “Semakin orang itu pintar, kaya dan berpangkat pada akhirnya akan menjadi sakit. Sedangkan orang sehat adalah mereka yang bekerja melayani”. Sangat berdampak bagi pemimpin dari rumah sudah disiapkan baju beserta sarapannya oleh istri tercinta. Disaat keluar dari rumah, sopir sudah standby membuka pintu mobil, sedangkan tas  kerjanya istri masih setia membawanya dan serahken kepada sang suami sembari mencium tangannya. Alangkah mulianya Pak Pemimpin ini, hidup terasa nyaman tanpa merasakan bekerja langsung bahkan masih dihormati.

Sebelum kaki Pak Pemimpin menapaki jalanan depan kantor terlebih dahulu si sopir turun memutar melewati depan mobil kemudian membukakan pintu sebelah kiri agar Pak Pemimpin bisa keluar dari mobil. Bagaikan raja yang terus dihormati sepatu hitam dilangkahkan dari atas mobil menuju aula depan kantor. Penjaga kantor senyum ramah kepaada beliau, mengucapkan “Selamat pagi, Pak” sapa satpam kantor kepada Pak Satpam.

Pak Pemimpin mempunyai asisten ahli sebagai bentuk turunan fungsi menyelesaikan tugas-tugas pokok pemimpin. Disaat memperoleh masalah baru maka pemimpin hanya menampakkan diri sebagai sosok bisa berwujud, sedangkan asistennya yang menghandel dari keseluruhan pokok permasalahan dan juga konsep penanganannya. Pukul 10.00 rapat dipimpinya disamping pojok kiri notulen menuliskan beberapa hal penting termasuk jalannya rapat. Di akhir sesi acara asisten ahli berjalan menuju meja paling pojok sambil berbisik, ”Mbak mohon kopikan notulen hasil rapat hari ini”, sembari menyodorkan  flash disk kepada notulen rapat. Pak Pemimpin keluar dari ruangan rapat menuju gedung berikutnya menunggu rapat koordinasi dengan bidang lain membahas anggaran tahunan. Hal yang sama dan senada dengan rutinitas kerja asisten ahli yang turut berjalan kemana pun Pak Pemimpin ini mengikuti rapat.

Sabtu hari akhir pekan Pak Pemimpin pagi itu memakai kaos oblong menikmati indahnya kota bersama istri dan anak-anaknya tercinta. Di pinggir lapangan beliau joging agar berat badan yang sudah mulai melebar agar tidak terlihat sebagai pemimpin yang tidak pernah mengatur pola makanannya. Tiba-tiba dari belakang ada yang memanggilnya,”Pak kok sendirian jogingya?” tanya staf kantor menghampiri Pak Pemimpin dengan rasa begitu hormat. Kemudian beliau menjawab, “Ini sama istri dan anak-anak, tapi di warung sebelah timur lapangan sedang sarapan” jawab Pak Pemimpin kepada stafnya.

Dari percakapan diatas Pak Pemimpin meskipun sudah berada diluar jam kerjanya, emblem pemimpin masih dipangkunya sembari dibawa lari mengelilingi lapangan. Keinginan senatiasa disegeni menyeru kepada khalayak dalam hatinya bersuara lantang bahwasanya “Aku ini pemimpin kalian” betapa angkuhnya dada Pak Pemimpin terus bicara. Lain halnya dengan penghormatan Raja Kraton selain sebagai pemimpin beliau Sang Raja mempunyai trah kebangsawanan yang bersifat hierarki dan masyarakat yang menghormati atas keabsahannya meskipun di luar istana kerajaan.

Perbedaan keduanya apabila bahwa jabatan Pak Pemimpin dalam fungsional umum kerangka birokrasi pemerintahan. Batasan jabatannya sudah jelas dipilahkan dari wilayah fungsi yang lain. Disaat Pak Pemimpin makan, sebenarnya yang makan adalah manusianya. Sedangkan posisinya Pak Pemimpin tatkala  menjalankan fungsionalnya.

Akan tetapi keadaan jabatan Pak Pemimpin tersebut sudah dianggap masyakarat sebagai jabatan kultural dimana Pak Pemimpin berada disitulah bawahan harus bisa menghormatinya. Ketimpangan tersebut apabila diwujudkan pertandingan tenis dengan bawahan. Maka disaat bawahan memberi bola lambung yang seharusnya direspon cepat, karena telah tahu yang aka merespon Pak Pemimpin maka bawahan tidak bermain serius layaknya lawan main biasanya.
Sumber gambar : google luvictordolay.baseball
Rasa pakewuh (enggan bersungguh-sungguh) bawahan disaat berlatih tenis bedampak sekali pada teknik yang sebenarnya ingin dicapai oleh Pak Pemimpin yaitu teknik kejujuran skil seorang petenis. Makin lama Pak Pemimpin semakin tak menyadari kebodohannya atas pemanjaan, pelayanan dan kemudahan yang didapat. Penghormatan salah kaprah itu tak ujar diberantasnya bahkan mengakar hingga Pak Pemimpin menganggapnya semua yang diberikan oleh bawahannya sebagai kemudahan “nasib baik” nya padahal itu semua kekeliruan yang mutlak adanya.

Lapangan tenis tersebut apabila digantikan dengan berbagai seri keragaman dunia pemerintahan banyak sekali contoh-contoh kemudahan yang diterima oleh Pak Pemimpin. Kepengurusan naik pangkat, pengajuan kredit dan lain sebagainya akan lebih “nyaman” apabila dari bawahan memberikan “bonus” cuma-Cuma kepada Pak Pemimpin dianggapnya sebagai “nasib baik” dan juga sebagai bola-bola umpan lambung yang dimudahkan oleh bawahannya.

Cara-cara tersebut yang digunakan oleh bawahan memberikan pelayanan, kemudahan serta berbagai umpan-umpan lain untuk meraih sesuatu hal yang berhubungan dengan birokrasi Pak Pemimpin. Suatu saat Pak Pemimimpin melakukan pembenaran dengan cara mainnya namun sebenarnya akan membahayakan bagi dirinya.

#tadabbur Sedang Tuhan pun Cemburu (EAN)


No comments:

Post a Comment